Sinopsis Drama ‘Can You Hear My Heart’ episode 7 @ Indosiar [teks Indonesia]
[web/page ringan, bisa dibuka di Ponsel/HP]
Woo Ri celingukan mencari dokter yang dimaksud Min Soo, matanya bertemu pandang dengan mata Joon Ha. Joon Ha malah pergi dari tempat itu.
Presdir Choi terusik dengan keberadaan Joon Ha. Ia sampai menyuruh orang untuk menyelidikinya. Mungkin terbesit di pikirannya kalau Joon Ha adalah Ma Roo, karena ia mengambil foto Ma Roo waktu kecil yang ia simpan di laci.
Di laboratorium Kang Min Soo berada menerima telepon dari Woo Ri yang bilang kalau belum bertemu dengan dokter yang Min Soo maksud. Min Soo mengatakan kalau ia akan mencoba menghubungi Joon Ha lagi.
Ny Tae mengunjungi lab dan mendengar Min Soo menyebut nama putranya.
Min Soo mencoba menghubungi Joon Ha tapi ponselnya tidak aktif. Min Soo kesal, “Apa dia pikir dia itu Cha Dong Joo?” Min Soo mulai mengomel tentang Dong Joo selalu menon-aktifkan ponselnya dan tidak pernah menjawab telepon. “Apa dia tidak membutuhkan orang lain?” Ucap Min Soo kesal. Dia juga mengatakan kalau Joon Ha mungkin ketularan oleh sifat Dong Joo.
Ny Tae menimpalinya dengan tertawa.
Ponsel Min Soo bedering. SMS dari Dong Joo meminta bertemu.
… … …
Joon Ha berdiri di resepsionis meminta bantuan untuk dihubungkan ke dr. Kim Yeon Gyu kepala operasi bedah. Petugas resepsionis tanya apa yang harus ia katakan pada dokter itu. Joon Ha berkata kalau dokter itu akan tahu, “Aku Jang Joon Ha!”
Woo Ri terkejut mendengar nama orang yang dicarinya itu sudah ada di dekatnya. “Apakah anda dokter Jang Joon Ha?”
“Ya, Ada apa?”
Woo Ri berkata kalau Kang Min Soo memintanya datang ke rumah sakit. Dan bla bla bla…
Joon Ha menyuruh Woo Ri pergi ke bagian bedah syaraf dan meminta Woo Ri menyebutkan namanya saja, “Kau tahu namaku kan?”
Woo Ri membungkuk mengucapkan terima kasih.
Akhirnya nenek diperiksa juga. Seperti biasa, dia terus mengomel, terlebih saat ditanya-tanya sama dokter.
Woo Ri teringat dengan kata dokter tadi.
“Kemungkinan besar dia menderita alzheimer. Tes darah akan dilakukan berikutnya. Tekanan darahnya naik, ada banyak tanda-tanda alzheimer. Fungsi hatinya juga memburuk. Semua gejala menunjukan penyakit alzheimer. Kemungkinan ada organ tubuh yang tak berfungsi. Lebih baik dia di diagnosa lebih dalam di rumah sakit ini!”
Nenek melihat Woo Ri duduk melamun. “Apa kau sakit?”
Woo Ri berusaha seceria mungkin dan memaksa tersenyum.
Seung Chul datang dan berkata kalau mereka mengalami masalah. Seung chul menarik Woo Ri kemudian ia berbisik. Ini soal biaya pemeriksaan yang harus mereka bayar.
“Untuk tes 500 dolar apa itu tidak terlalu mahal?” tanya Woo Ri pada petugas administrasi. Ia sampai melakukan tawar menawar agar biayanya bisa dikurangi. “Kalau jumlah test pemeriksaannya dikurangi apa bisa menjadi lebih murah? Ia tak paham tentang semuanya tapi kalau Neneknya melakukan semua test apakah alzheimer-nya akan sembuh.”
Joon Ha yang melintas tempat itu mendengar apa yang dikatakan Woo Ri tentang kondisi Nenek.
… … …
Joon Ha hendak masuk ke ruangan Min Soo, dia berpapasan dengan Dong Joo. Dong joo menyapa kakaknya tapi kemudian langsung pergi karena urusannya sudah selesai.
Min Soo penasaran dengan sikap Dong Joo yang begitu dingin. Padahal jelas-jelas Dong Joo yang meminta untuk bertemu. Ini untuk pertama kalinya dia diacuhkan laki-laki.
Joon Ha hanya tersenyum “Memangnya apa yang mau kau diskusikan denganku?”
Ah ya, Min Soo langsung menarik Joon Ha dan menyalakan laptopnya. Ia membuka rekaman Woo Ri ketika tampil di TV. Min Soo berkata kalau yang disampaikan Woo Ri di televisi yang mengatakan kalau keluraga mereka memiliki tanah yang luas itu adalah kebohongan. “Haruskah kita menolong mereka menemukan saudaranya?”
Joon Ha terkejut mendengar usulan Min Soo.
… … …
Joon Ha kembali ke mobilnya dan teringat ketika ia melihat Woo Ri dipesta dan memperkenalkan diri sebagai Mi Sook kecil. Sikap Woo Ri yang sama persis seperti ayahnya ketika kebingungan (memukul-mukul kepala). Joon Ha juga teringat ketika ia meninggalkan Mi Sook kecil di depan kantor polisi, ia meminta Mi Sook kecil menunggunya karena ia akan kembali.
Mata Joon Ha berkaca-kaca mengingat itu tapi kemudian ia memantapkan hatinya karena sudah memilih jalan yang ia ambil.
… … …
Di tempat lain, nampak Woo Ri yang mengajak Seung Chul bertemu dengan Manajer Team, “Aku membawakanmu pegawai baru apa kau bisa mempekerjakannya?”
“Bukankah aku sudah bilang aku tak mau!” Seung Chul sewot dan akan pergi dari sana.
Woo Ri mengingatkan soal uang 5 juta won itu. Ia kemudian mengancam akan memberitahukan ini pada Ny Lee. Seung Chul pun akhirnya menyerah.
Woo Ri akan menemui pelanggan dan meminta Seung Chul rajin bekerja tapi kemudian ponselnya berdering. Woo Ri terkejut mendengarnya, ini soal Ma Roo yang sudah ditemukan. Dia pun segera menghubungi ayahnya.
… … …
Woo Ri berlari menuju rumahnya, tiba-tiba ada mobil yang melintas (Mobil Dong Joo). Ia segera menepi, kemudian melanjutkan larinya.
Mobil itu berhenti bersamaan dengan ponsel Woo Ri berdering, “Halo!”
“Nona Bong Woo Ri?”
“Ya ya ya aku Bong Wo Ri, Bong Woo Ri. Kak!” (Woo Ri mengira yang menelpon itu Ma Roo)
Ya ya ya aku Bong Wo Ri, Bong Woo Ri. Kak. Dong Joo membaca tulisan yang tertera diponselnya apa yang diucapan Woo Ri tadi.
(ternyata Dong Jooo yang menelpon Woo Ri)
“Nona Bong Woo Ri aku ingin bertemu denganmu!”
Woo Ri tetap mengira itu Ma Roo “Ya dimana kau? apa kau sudah pulang? Kak, cepat datang!”
Dong Joo tak mengerti maksud Woo Ri.
“Kak, dimana kau? kenapa diam saja, Kak!” Woo Ri berhenti berlari tak jauh dari mobil Dong Joo.
Dong Joo kemudian melihat wanita di samping mobilnya terus bicara dan tulisan diponselnya terus menunjukan kata, “Kakak, kakak!”
Dong Joo menatap Woo Ri. Ia ingat itu adalah gadis yang mengira ia kakaknya ketika di pesta tempo hari. Dong Joo terus memperhatikan Woo Ri yang bicara ditelepon dan ia sendiri menatap layar ponselnya, ia membaca apa yang diucapkan Woo Ri.
“Aku bukan kakakmu!” ucap Dong Joo akhirnya.
Woo Ri langsung lemas mendengarnya, “Kalau begitu kau siapa?”
“Aku... Cha Dong Joo!”
“ Siapa?”
“Cha Dong Joo!”
Woo Ri terdiam sejenak kemudian ia bergumam lirih Apa mungkin Cha Dong Joo yang itu, “Piano-ist?”
Dong Joo membaca layar ponselnya, tertulis piano-ist. Dong Joo heran. Ia menatap Woo Ri dan ia teringat teman masa kecilnya yang minta diajari bermain piano.
“Pianika .... Woo Kyung... Cha Dong Joo?”
Dong Joo tersenyum membaca tulisan yang tertera di layar ponselnya. Ia terus menatap Woo Ri.
Tapi kemudian Dong Joo menyadari sesuatu, “Aku tak mengerti apa maksudmu. Aku menghubungimu untuk membahas lukisan, ayo kita bertemu!”
Tapi kemudian Dong Joo menyadari sesuatu, “Aku tak mengerti apa maksudmu. Aku menghubungimu untuk membahas lukisan, ayo kita bertemu!”
“Sudah kubilang lukisan itu tak kujual!” sahut Woo Ri sambil lari.
Dong Joo melihat tulisan di ponselnya. Ia menatap Woo Ri yang lari menjauh darinya.
“Anak bodoh. Dia bahkan lupa tentang pianika!”
(Ini maksudnya Woo Ri belum tau Cha Dong Joo yang menelponnya adalah Cha Dong Joo temannya sewaktu kecil atau gimana ya? Aku kog bingung)
Woo Ri kemudian menerima telepon dari Seung Chul yang memintanya bergegas pulang.
… … …
Di rumah Ny Lee.
“Maafkan aku Nenek!” sahut Ma Roo (Ma Roo KW alias palsu. Jiahaha, mukanya anyep.)
Woo Ri terharu melihatnya.
“Kak!” panggil Woo Ri tapi Seung Chul menariknya.
“Berapa usiamu tahun ini?” Tanya Tn Lee penasaran.
“30 tahun dan aku meninggalkan rumah tahun 1995.” Jawab Ma Roo KW
“Kakak!” Woo Ri kembali akan mendekat tapi Seung Chul lagi-lagi menariknya.
“Kalau kau benar-benar Ma Roo, siapa nama ibunya Woo Ri?” test Seung Chul.
Ma Roo KW berfikir sejenak ia mengingat-ingat, “Mi sook kecil, Mi Sook, Mi sook!” ucapnya sambil memeluk Woo Ri.
Yang lain mulai percaya kalau itu adalah Ma Roo dan mulai kangen-kangenan.
“Dia hanya mengejar uang!” sahut Seung Chul yang masih belum yakin.
“Kak, Apa kau mengingat ini?” Woo Ri memperlihatkan jam tangan yang Ma Roo titipkan padanya.
Ma Roo KW tentu tidak tau, ia kemudian mengalihkan pembicaraan. “Kenapa kalian tinggal di rumah ini” Ma Roo KW benar-benar berfikir kalau apa yang dikatakan Woo Ri tentang Taman Botani itu adalah milik keluarga Woo Ri.
Nenek mengatakan kalau sekarang mereka tinggal di sini, rumah yang lama sudah di jual untuk membiayai pencarian Ma Roo. Kami hanya menyewa disini.
“Kenapa menyewa? Taman botani itu bukan milik kalian? Katanya kalian sudah kaya?” Ma Roo KW kaget.
Young Gyu sampai di rumah tergesa-gesa, “Ma Roo di sini? Mana Ma Roo?”
Nenek menunjuk Ma Roo KW.
Young Gyu memandangnya, “Ma Roo?”“
Ayah!” ucap Ma Roo KW.
Young Gyu lalu meraba wajah Ma Roo KW dan memintanya diam ia akan melihatnya. Young Gyu menutup mata Ma Roo KW dengan tangannya. Ma Roo KW memejamkan mata.
“Kau bukan Ma Roo!” sahut Young Gyu. “Bukan Ma Roo, bukan Ma Roo, dia bukan Ma Roo. Bukan. Dia bukan Ma Roo bukan Ma Roo, aku pasti tahu Ma Roo!”
Woo Ri penasaran, “bagaimana ayah bis tahu kalau dia bukan kak Ma Roo?”
“Setiap kali aku memandang Ma Roo, dia selalu menghindar karena malu jadi aku hanya bisa menyentuhnya ketika dia tidur. Sejak dia kecil dia selalu kuusap saat tidur! Dia bukan Ma Roo dia anak aneh, ibu mana Ma Roo?”
Ma Roo KW mulai panik, takut identitas aslinya terungkap, ia langsung ambil langkah seribu. Seung Chul dan Tn Lee mengejarnya. menangkapnya.
Tiba-tiba Shin Ae datang, “Mana dia? Mana anakku?”
Seung Chul mendorong Ma Roo KW ke Shin Ae. Shin Ae kaget dan mendorong Ma Roo KW sampai terjatuh ia kemudian langsung kabur.
Menyadari kalau Ma Roo tadi adalah versi KW, Shin Ae marah, “Aku sudah jauh-jauh datang ke sini. Apa kalian pikir ini main-main? Aku tak mau kalian mencari Ma Roo? Apa kalian iri dengan hidupku? apa kalian ingin Ma Roo hidup miskin seperti kalian?”
Nenek menarik Shin Ae, “Tak ada yang menyuruhmu datang. Lebih baik kau pergi dan keluar!”
Shin Ae berkata ia tak akan datang lagi ke sini. Ia datang karena Young Gyu meneleponnya.
Shin Ae berkata ia tak akan datang lagi ke sini. Ia datang karena Young Gyu meneleponnya.
… … …
Joon Ha berdiri di depan gambar ayahnya yang ditempel di dinding Taman bekas rumahnya dulu. Ia kemudian merobek kertas itu dan membuangnya. Dong Joo yang juga ada disana dan melihat apa yang dilakukan kakaknya.
“Kenapa datang ke sini?” Tanya Joon Ha pada adiknya.
“Ibu yang menyuruhku datang. Kau sendiri?”
“Aku juga. Aku disuruh datang katanya ada yang ingin disampaikan! Kenapa tak menjawab teleponku?”
“Aku sedang mengemudi jadi tak bisa menjawab telepon. Kak, tidakkah ada yang ingin kau sampaikan padaku?”
“Tentang apa?”
“Sesuatu seperti earphone atau kotoran semut? Bong Woo Ri?” Pertanyaan Dong Joo ini menghentikan langkah Joon Ha. “Mi sook kecil?” sambung Dong Joo.
Joon Ha memandang terkejut.
“Jadi kalian disini?” Ny Tae datang.
… … …
Ketiganya kini berada di dalam rumah baru untuk Dong Joo. Ny Tae meminta pendapat pada Dong Joo dan Joon Ha tentang rumah baru itu. Tapi cuma Joon Ha yang menanggapinya.
Ny Tae memuji apa yang disampaikan Joon Ha. Ny Tae kemudian memberikan hadiah untuk Dong Joo bentuknya seperti jam tangan. Ia juga sudah menyiapkan hadiah untuk Joon Ha.
Ny Tae membuka berkas dan menyuruh Joon Ha mendekat ke arahnya. “Min Soo sudah menyiapkan daftar periset bisakah kau memilihkan yang terbaik?”
“Aku sudah melakukannya!” sahut Dong Joo. Dia juga berkata mungkin orang-orang itu sudah berangkat naik pesawat.
Ny Tae terkejut, “Apa kau sudah memutuskan?”
“Tentu saja bukankah aku pemimpinnya!” jawab Dong Joo.
Terdengar suara bel pintu berbunyi dan benda di tangan Dong Joo yang mirip seperti jam tangan memberikan sinyal memberi tahu kalau ada yang menekan bel. Dong Joo menatap heran, ia mulai mengerti benda apa yang diberikan ibunya.
“Aku MD taman botani Namaku Lee Pul Ip!” ternyata yang datang adalah manajer (yang tempo hari memarahi Young Gyu)
“Lee Pil Ip?” nama yang aneh menurut Dong Joo.
“Haha… walau terdengar seperti orang asing tapi aku adalah penduduk lokal.” Manajer ingin masuk ke dalam rumah tapi Dong Joo memintanya tak usah masuk dan menyuruh meninggalkan barang-barang yang dibawa manajer ditinggalkan saja disini. Manajer beralasan kalau ini berat.
Jam tangan Dong Joo memperlihatkan tanda kalau ada suara air mendidih. Ia melihat jam tangannya namun ketika Manajer ikut melihat dengan cepat ia menarik tangannya.
Jam tangan Dong Joo memperlihatkan tanda kalau ada suara air mendidih. Ia melihat jam tangannya namun ketika Manajer ikut melihat dengan cepat ia menarik tangannya.
… … …
Dong Joo memasukan pakaiannya ke lemari, kemudian ia mengambil kantong pemberian Mi Sook. Dia kemudian berdiri di depan cermin, mengenakan earphone, “Mulai sekarang kau kupanggil kotoran semut?” Dong Joo memperagakan bagaimana Joon Ha bicara seperti itu padanya.
“Apa yang kau lakukan?” Joon Ha masuk tiba-tiba.
“Kenapa kakak masih disini?”
“Ibu pulang lebih dulu, apa ada yang akan kau sampaikan?”
“Tidak ada, tapi masih ada yang ingin aku dengar.”
Raut wajah Joon Ha langsung berubah.
“Apakah kau akan melamar pekerjaan? Kenapa kau tegang?” tanya Dong Joo.
Joon Ha sadar kalau tak bisa menutupi rahasianya lagi.
Ia mulai jujur bahwa Ia sudah berbohong tentang keluarganya yang sudah meninggal “Sebenarnya bukan keluargaku yang sudah meninggal, tapi Bong Ma Roo!” (maksudnya gini, dulu waktu Ma Roo memutuskan untuk mau diangkat anak sama Ny Tae, dia bilang pada Dong Joo bahwa dia mau ikut dengan Ny Tae karena semua keluarganya sudah meninggal. Dan sekarang dia mengaku kalau sebenarnya keluarganya masih hidup, justru mungkin keluarganya yang menganggap Bong Ma Roo lah yang sudah meninggal. Karena dulu dia pergi tanpa pamit dan tak pernah kembali)
“Aku minta maaf karena telah membohongimu. Aku berjanji tak akan berbohong lagi.” ucap Joon Ha selanjutnya.
“Tunggu. Jadi gadis itu benar-benar adikmu?”
“Bukan!” jawab Joon Ha. “Dia tidak ada hubungan langsung denganku, dia putri ibu tiriku. Jadi kami tak ada hubungan. Jangan temui dia lagi!”“
Aku tak mau!” sahut Dong Joo. “Kalau kau tak memiliki hubungan dengannya berarti aku bisa berkencan dengannya kan?” Dong Joo lalu memainkan kantung miliknya.
… … …
Sementara itu di rumah Ny Lee, lagi-lagi terjadi kegaduhan oleh ulah Young Gyu yang membentur-benturkan kepalanya ke dingin yang kemudian diikuti oleh Woo Ri karena tidak tega melihat ayahnya.
Tn Lee, Ny Lee dan Seung Chul tak bisa tidur karena keributan Woo Ri dan ayahnya. Mereka yang berada di lantai bawah kesal mendengarnya.
“Ya Tuhan, aku sudah tak tahan lagi!” Ny Lee menggerutu. “WOO RI...!” teriak Ny Lee akhirnya. Ia bermaksud melabrak tapi dihentikan oleh Seung Chul.
… … ….
“Benarkah kau akan mendapatkan uang 150 ribu won? Dari mana kau akan mendapatkan uang itu.” Tanya Woo Ri pada Seung Chul.
Seung Chul malah balik bertanya berapa mobil yang harus ia jual untuk mendapatkan 1500 dolar.
“Kau harus menjual 5 mobil untuk mendapatkan 150 ibu won!”
Seung Chul merangkul Woo Ri dari samping, “Kau harus berterima kasih padaku!”
“Jadi dari mana uangnya?”
Seung Chul menggenggam tangan Woo Ri dan meletakkan di dadanya. “Dari sini!” ucapnya.
“Tentu saja dari dalam lubuk hatiku!” (Hoyooooo…???)
“Aku baru mulai berfikir bagaimana caranya mendapatkan uang 150 ribu won itu. Kita bersama, bersama! Bersama kita akan mencarinya” Seung Chul memperagakan bahasa isyarat bersama.
“Dasar kau!” Woo Ri kesal dan akan beranjak pergi, Seung Chul berusaha menahannya meski Woo Ri terus meronta.
(haha… pasangan yang unik)
… … …
Tn Lee memberikan obat untuk Young kyu dan minta segera diminum lalu tidur.
Young kyu menerima dan mencium aromanya dulu, “Ini bukan obat!” sahut Young kyu, “Ini mengandung alkohol, alkohol itu buruk!” lanjutnya.
Tn Lee menjelaskan kalau itu tidak terlalu buruk, dan orang akan tertidur setelahnya meminumnya.
Nenek membenarkan setelah Young Kyu meminum itu pasti akan melupakan semuanya. Nenek sendiri terus minum.
Nenek membenarkan setelah Young Kyu meminum itu pasti akan melupakan semuanya. Nenek sendiri terus minum.
Tn Lee mengancam kalau Young kyu seperti itu Woo Ri akan pergi dari rumah.
“pergi dari rumah?” nenek ikut terkejut
“Woo Ri sudah mendapatkan 3 pukulan, Shin Ae memukulnya, biaya rumah sakit 150 ribu won!”
Nenek belum paham, “150 ribu won!”
Nenek belum paham, “150 ribu won!”
Ny Lee menjelaskan kalau pagi ini ada tagihan rumah sakit sebesar 150 dolar, ia mengeluh kenapa tagihan rumah sakit sangat mahal.
Young Kyu ingin tahu seberapa banyak 150 ribu won itu.
Nenek marah mendengarnya, “Kenapa aku membiarkan mereka membawaku ke rumah sakit? Aku tak mau ke rumah sakit!”
Tn Lee berkata kalau Nenek tak ke rumah sakit masalahnya tak akan selesai, “Sudah 16 tahun selalu saja Ma Roo... Woo Ri itu tak ada hubungan darah dengan Ma Roo, bahkan mereka tidak saling menyayangi. Ma Roo telah pergi. Karena itulah gadis itu akan pergi dari rumah!” (Tn Lee hanya menakut-nakuti, agar Nenek dan Young Gyu tidak terus-terusan memikirkan Ma Roo yang sudah kabur entah kemana.
“Terus kenapa? Kenapa Woo Ri akan pergi dari rumah?” Nenek takut juga kalau di tinggal Woo Ri. Ia kemudian menyadari maksud Tn Lee dan meminta Young Gyu meminum obatnya.
… … …
Dong Joo masih beres-beres rumah barunya, Joon Ha memintanya memperhatikan dia bicara. Dong Joo acuh dan meletakkan foto dirinya dan kakek di atas piano.
Joon Ha mengambil foto itu dan meminta Dong Joo memperhatikannya.
“Aku tak memerlukan bantuanmu. Pergilah!” seru Dong Joo.
“Haruskah kau melalui semua ini?”
“Memangnya ada cara lain? Orang-orang yang tak kuingat ketika aku kecil bukan masalah bagiku. Haruskah aku berkata pada mereka, haloo lama tak bertemu? Menyalami mereka seperti itu? Kakak tidak usah khawatir, mulai sekarang aku tidak akan menyusahkanmu.”
Joon Ha menjelaskan, “Ini bukan hanya tentangmu. Ibunya tuli, kau tau itu. Kau sudah tahu kenapa aku harus menjelaskan ini padamu. Menderita selama 16 tahun, mengapa kau memulainya kalau nanti akan ketahuan?”
“Kalau aku tahu akan ketahuan, aku tak akan memulainya. Aku percaya aku tak akan ketahuan!”
... … …
Di rumah lama, Ny Tae menjelaskan pada suaminya tentang Dong Joo yang akan tinggal terpisah dengan mereka.
“Lalu kenapa dia kembali? Kenapa tidak tinggal di Amerika saja?” protes Presdir Choi yang tidak setuju dengan Dong Joo yang akan tinggal terpisah.
Ny Tae menerima telepon dari Joon Ha. Joon Ha mengatakan ia tak akan pulang, Ny Tae bertanya kapan pulang?
Presdir Choi mengingatkan istrinya walaupun dia anak dokter Jang istrinya tak perlu terlalu baik pada Joon Ha. Ia kembali menunjukkan ketidak sukaanya pada Joon Ha.
… … …
Dong Joo melihat kakaknya berbicara di telepon. Dong Joo memperhatikan kakaknya bicara tapi ia tak bisa mengetahui apa yang dikatakan kakaknya karena tak menatap langsung.
Dong Joo akan tidur dan meminta Joon Ha agar tidak mematikan lampu.
Joon Ha memandang Dong Joo dan berkata kalau ia tadi menghubungi ibu dan akan menginap di rumah Dong Joo.
“Tak perlu kau katakan itu!” sahut Dong Joo langsung memiringkan tubuhnya.
Joon Ha tidur di samping adiknya. Ia mengambil remote dan mematikan lampu kamar.
“Kakak!” teriak Dong Joo bangun menyalakan lampu kecil di sebelahnya. “Mana remotenya!”
Joon Ha menopang kepala dengan tangannya, “Jangan tidur dengan lampu menyala kau akan pusing waktu kau menutup matamu!”
“Berikan padaku!” Dong Joo meminta remote.
“Tidur saja, matamu sudah merah!” tangan Joon Ha memejamkan mata Dong Joo. (sama kaya waktu mereka kecil dulu)
“Berikan padaku!” Dong Joo terus meminta dengan menyodorkan tangan.
Joon Ha memegang tangan Dong Joo, “Oh, Kenapa? Apa? Apa kau mau menyentuh tanganku? Apa kau mencintaiku?” (Gubrakk!!!!! Skor 1 – 1)
“Aaagh…!” Dong Joo kesal dan segera kembali menyelimuti tubuhnya untuk tidur. Joon Ha tertawa melihat tingkah Dong Joo dan kembali tangannya menopang kepalanya dan menatap Dong Joo.
Joon Ha menghela nafas. “Dong Joo, aku sudah merasa nyaman dengan keadaan ini. Aku yang memilih jalan ini. Kau dan ibu akan kulindungi sampai akhir!”
… … …
Woo Ri duduk menyendiri di depan rumah ia memandang langit, “Ibu!” Ucapnya. Kemudian Woo Ri menutup kedua telinga dengan tangannya mencoba mendengar dengan suara hatinya, “Ibu. ibu katakan padaku. katakanlah sesuatu. Katakanlah sesuatu Bu!” Woo Ri mulai menangis.
... … …
Dong Joo dan Joon Ha masih tidur, arloji Dong Joo memberi sinyal kalau ada telepon yang berdering. Perlahan tirai kamar terbuka secara otamatis. Dong Joo merasakan silau sinar matahari pagi. Dong Joo dan Joon Ha terbangun bersamaan.
“Udaranya segar, apa kakak mau olahraga pagi?”
“Sebaiknya kau jangan terlalu sibuk. Tidurlah!” Joon Ha lalu menyuruh Dong Joo kembali tidur.
Dong Joo lalu menyingkirkan selimut tebal, menepisnya hingga menutupi tubuh Joon Ha yang kembali mengambil posisi tidur.
… … …
Dong joo berjalan menyusuri taman. Ia menirukan suara yang ia lihat, suara burung, suara nafas orang hampir saja menabraknya dengan lori-lori, suara anjing sampai suara angin. “Sssahhhhh… anginya berhembus seperti ini. Sssaahhhhh….!”
… … …
Hari ini Woo Ri menggantikan ayahnya bekerja di taman. Ia sedang bersama dengan ibu-ibu pekerja lainnya. Ia sudah menyelesaikan pekerjannya dan bertanya apa lagi yang harus ia kerjakan. Ibu pekerja berkata kalau mereka akan menanam bunga dan masih banyak pekerjaan lainnya.
Ibu pekerja merasa kasihan melihat ayah Woo Ri yang sekarang sakit. “Ayah hanya sakit kepala.” Woo Ri berusaha menghilangkan kekhawatiran ibu pekerja.
Ibu pekerja meminta Woo Ri mengambil obat yang tengah mereka bungkus untuk ayah Woo Ri. Woo Ri senang, “berapa harganya?”
“Bawa saja karena panennya kali ini banyak. Ayahmu kerja 3 kali lebih keras dari pada orang lain, tak ada yang bisa menandinginya!” Ibu pekerja memberikan Woo Ri beberapa bungkus tamanan obat yang mereka panen.
Woo Ri senang dan berterima kasih ia juga akan memberikannya pada Nenek karena sering mengalami sakit kepala.
Woo Ri harus pergi ke suatu tempat, ia berdiri dan melihat Dong Joo berjalan-jalan di taman. Woo Ri mengusap-usap matanya barangkali ia salah lihat. Setelah yakin, Ia lalu menyusul Dong Joo.
Woo Ri berjalan pelan di belakang Dong Joo, Dong Joo tak menyadari ada yang mengikutinya.
Woo Ri mengendap dari belakang . Ia mengikuti Dong Joo sampai beberapa meter jaraknya,
Dong Joo membalik badan, dan “Ah dasar!” serunya kaget dengan penampakan Woo Ri (penampakan? Hooo…)
“Kenapa kau terkejut?” tanya Woo Ri. “Kenapa ke sini? Kau bilang kau bukan kakakku?”
“Apa kau bekerja disini?” Dong Joo balik bertanya.
Woo Ri menatap Dong Joo. Dong Joo segera berlalu.
“Kau mau pergi dan kau tetap tak mau mengaku!” ucap Woo Ri kesal, ia masih mengira kalau Dong Joo itu Ma Roo. “Kenapa? Apa kau begitu membenciku? Kau tidak mau jadi kakakku? “Tapi kenapa?” mata Woo Ri mulai merembes. Sementara Dong Joo tetap berjalan meninggalkan Woo Ri karena dia sama sekali tidak mendengar teriakan Woo Ri.
“Kenapa kau jahat sekali?” Woo Ri kemudian segera menelepon ayahnya.
… … …
Dong Joo masih berjalan menyusuri taman.
Woo Ri tiba-tiba melompat dan berdiri dihadapan Dong Joo.
“kutangkap kau!” tunjuk Woo Ri.
“Apa-apaan ini?” Dong Joo kaget.
“Aku adikmu!” teriak Woo Ri.
Dong Joo memandang Woo Ri beberapa saat, lalu tersenyum, “Aku bukan kakakmu, kenapa kau bersikeras kalau aku ini kakakmu?”
“Kotoran semut! Kenapa kau selalu bilang kotoran semut, kata-kata yang hanya diucapkan oleh kakakku!”
“Apa aku tak boleh mengatakannya? aku bukan kakak-mu!”
“Apa aku tak boleh mengatakannya? aku bukan kakak-mu!”
“Lalu kenapa kau mencariku?” Woo Ri tidak tau kalau ini masih wilayah perusahaan Woo Kyung. Woo Ri mengira pria ini sengaja datang mencarinya.
“ Aku?” Dong Joo makin bingung.
Mata Woo Ri berkaca-kaca, “Kenapa kau ada di sini? kau pasti Kakakku!”
“Aku kesini untuk mencari taman botani. Jadi jangan ganggu aku lagi, atau aku akan marah besar!” Dong Joo berjalan pergi.
“Apa kau benar-benar membenciku?” Air mata Woo Ri mulai menetes, “Apa aku masih marah padaku? Ayah menunggumu, ayah merindukanmu. kak!” Air mata Woo Ri mulai merembes. “Aku takkan lagi memanggilmu kakak, tapi jangan pergi sebelum ayah sampai disini. Biarkan ayah menemuimu sebentar saja!”
Woo Ri terus berteriak sambil menangis tapi Dong Joo tak melihatnya.
“Apa kau masih akan tetap seperti ini selamanya?” Woo Ri lari menyusul dan langsung memegang tangan Dong Joo erat-erat.
“Apa yang kau lakukan?” Dong Joo menepis tangan Woo Ri.
Woo Ri kembali dan menahan tubuh Dong Joo, “Aku mohon tunggu sebentar saja.”
“Ada apa denganmu? Lepaskan aku!”
“Kak, aku tahu kau tak manyukaiku tapi jangan pergi dulu ada yang akan kusampaikan tunggulah dulu!”
Tak jauh dari tempat Dong Joo dan Woo Ri, di beranda rumah, Joon Ha melihat ayahnya yang berlari sambil meracau perihal kepalanya yang sakit. Matanya terus mengekor, tiba-tiba ia merasa sedih, bibirnya bergetar dan matanya mulai berkaca-kaca.
….
“Ayah, kau sudah datang. Bukankah ayah bilang bisa mengenali kak Ma Roo?”
“Siapa dia. Apa dia Ma Roo?” Young Gyu kemudian manatap Dong Joo, sesekali ia masih mengeluh akan sakit di kepalanya
“Benar. Ayah benar, tapi dia masih menyangkalnya.”
Young Gyu kemudian menyentuh pipi Dong Joo. Dong Joo membiarkannya. Young Gyu kemudian menutup mata Dong Joo, refleks Dong Joo menepisnya dengan keras. “Apa-apaan ini!” Dong Joo kesal. Ia takut gelap, makanya saat Young Gyu menutup pandangannya, dia menepisnya dengan segera.
“Lihat, bukankah ekspresinya sama seperti dulu waktu masih kecil?” sahut Woo Ri.
“Dia bukan Ma Roo. Dia bukan Ma Roo!”
“Dia kak Ma Roo! Coba ayah lihat baik-baik.” Woo Ri meminta ayahnya melihat sekali lagi tapi Young Gyu bersikeras kalau itu bukan Ma Roo. Young Gyu kembali mengeluhkan sakit dikepalaya, ia lalu jongkok memegang kepalanya.
“Ayah pasti terlalu banyak minum alkohol. Lihatlah sekali lagi.”
Young Gyu meyakinkan ini bukan karena alkohol, “Dia memang bukan Ma Roo, dengan melihatnya saja aku sudah tahu dia bukan Ma Roo!”
Dong Joo kembali berjalan meninggalkan Woo Ri dan ayahnya. Dia lalu melihat kakaknya berdiri di beranda rumah sedang memperhatikan.
“Tiap hari aku melihatnya tidur, mulutnya seperti ini, matanya seperti ini. Dia bukan Ma Roo dia bukan Ma Roo!” Young Gyu masih bersikeras.
Woo Ri tetap meminta ayahnya melihat Dong Joo sekali lagi.
“Dia bukan Ma Roo, ketika mata Ma Roo tertutup matanya seperti ini, alisnya seperti ini, bibirnya seperti ini. Ma Roo tidak suka dilihat olehku jadi aku hanya bisa memandangnya ketika dia tidur!” Young Gyu hampir menangis.
Joon Ha masih memperhatikannya, ia dengar apa yang diucapkan Youg Gyu, ayahnya. Tangisnya hampir saja pecah.
Young Gyu masih meracau tentang mata Ma Roo, alis Ma Roo, Ia mulai menangis.
“Ayah jangan menangis. Ayah , aku yang salah ,aku yang salah!” Woo Ri khawatir. “Aku tidak akan tanya ayah lagi. Ayah jangan menangis.”
“Tidak, bukan Ma Roo. Ma Roo matanya seperti ini, bibirnya seperti ini,….”
Joon Ha tak tahan melihatnya. Mulutnya bergetar makin hebat menahan tangis. Sementara matanya mulai menggembung oleh air.
Dong Joo melihatnya dengan mata menyelidik.
Tahu kalau Dong Joo melihatnya, Joon Ha segera menyembunyikan muka sedihnya dan berusaha terlihat tegar.