Cari Blog Ini

Selasa, 04 September 2012

Sinopsis Drama ‘Can You Hear My Heart’ episode 11 @ Indosiar

Sinopsis Drama ‘Can You Hear My Heart’ episode 11 @ Indosiar [teks Indonesia]
[web/page ringan, bisa dibuka di Ponsel/HP]



Air Mata Dong Joo menetes, “Suaramu!” sahutnya pelan sambil terus mendekap erat Woo Ri.
“Aku bisa mendengarnya!
Suaramu....  Aku mendengar suaramu... ...
Aku mendengar Suaramu... ...”

“A-apa kau sedang sakit? Kalau kau sakit seperti ini aku tak sanggup membencimu.” Woo Ri salah tingkah,  “Apa kau sakit?”
Mata Dong Joo masih terpejam. “Bong Woo Ri lihatlah aku kalau kau bicara!” bathin Dong joo. Tangannya langsung terkulai lemas.
Woo Ri panik dan segera bangun untuk melihat kondisi Dong Joo.
Perlahan Dong Joo membuka matanya.
“Apa kau tak apa-apa?” tanya Woo Ri.
“Bicaralah!” pinta Dong Joo.
“Kau jahat, sudah sakit seperti ini kalau aku bicara aku ini apa? Dasar kotoran semut!”
Dong Joo memperhatikan ucapan Woo Ri.
Ponsel Dong Joo bergetar, Joon Ha meneleponnya. Dong Joo masih terlalu lemah untuk mengangkat telepon.
Sementara Woo Ri, dia bingung bagaimana cara mengambil ponsel yang ada di saku celana Dong Joo.
Joon Ha cemas Dong Joo tak segera menjawab teleponnya. Ia terus mencoba menghubungi adiknya.
Woo Ri mengguncang-guncangkan tubuh Dong Joo memberi tahu kalau ada telepon. Dong Joo meraih tangan Woo Ri dan menggenggamnya.

Young Gyu masuk, ia melihat Woo Ri.
Woo Ri senang ayahnya datang dan berkata kalau Dong Joo sakit. Woo Ri meminta ayahnya mengambil ponsel di saku celana Dong Joo. Young Gyu mengambil dan memberikannya pada Woo Ri.
Woo Ri melihat tulisan si penelpon 'Kakak'. Ia langsung tahu kalau itu telepon dari Joon Ha dan segera menjawabnya.
Young Gyu membawa Dong Joo ke kamar.
“Siapa kau? Kenapa kau yang menjawab telpon Dong Joo?”
Woo Ri kemudian mengatakan kalau Dong Joo pingsan.
Joon Ha langsung panik, “Lalu kau ada dimana sekarang?”
“Kami berada di rumah Dong Joo.
Kenapa dia bisa seperti itu. Dia pucat sekali dan sekarang pingsan, apa Cha Dong Joo mengalami cidera?”
“Aku akan segera pulang dan memeriksanya.” Joon Ha segera menelepon ibunya, memberi tahu kondisi Dong Joo. Ny Tae panik dan akan ke rumah Dong Joo tapi Joon Ha melarang, ia yang akan ke sana.
“Baiklah, aku tunggu kabar selanjutnya.” Ny Tae tau Joon Ha bisa diandalkan.
Presdir Choi sampai di rumah, Ny Tae berkata kalau Joon Ha menginap di rumah Dong Joo. “Mengenai lounching produknya, apa semua beres?”
“Dong Joo sudah tumbuh lebih baik dari yang aku bayangkan. Kau pasti sudah bersusah payah membesarkannya!” (agh… basa basi)
Ny Tae merasa senang mendengar suaminya mengatakan hal itu.
Presdir Choi juga merasa bangga, “Dia menghidupkan kembali apa yang dulu dikerjakan almarhum ayahmu!” (seriusan?)
“Suamiku, bantulah dia. Karena kau ayahnya!”
Presdir Choi tersenyum (sinis).

… … …
Woo Ri masuk ke kamar Dong Joo, ia melihat ayahnya tengah memijat kaki Dong Joo yang sudah mulai kembali kesadarannya.
“Apa kau menungguku? Aku juga sambil menunggu Ma Roo kembali. Aku membawakan makanan untuk ikan-ikan itu. Maaf aku terlambat. Ikan-ikan itu pasti menyukainya!
“Apa kau ingin melihat apa yang aku bawa?
“Nanti saja. Aku sekarang ngantuk.”
Young Gyu menggenggam tangan Dong Joo, “Aku akan menemanimu. Jika aku menemanimu kau tak perlu takut dengan kegelapan. Mi Sook juga setiap hari tidur dengan lampu yang menyala. Setiap kugenggam tangannya dia tak takut lagi. Karena kita bersama kau tak perlu takut lagi. Kau sudah tak takut lagi kan?”
Dong Joo mengangguk pelan. Ia memejamkan matanya. Young Gyu mengalihkan sinar senternya supaya tak menyilaukan Dong Joo.
Young Gyu mengamati wajah Dong Joo yang tertidur, “Orang yang bukan Ma Roo. Cha Dong Joo, seperti ini. Ma Roo tidak seperti ini!”
Dong Joo tertidur dengan tangan masih menggenggam Young Gyu. Woo Ri melihatnya dari luar kamar. (andai saja itu benar kak Ma Roo)

… … …
Joon Ha sampai di rumah Dong Joo. Ia melihat Woo Ri sendirian di depan rumah.
“Bagaimana Dong Jo?”
“Dia sudah tertidur.”
Joon Ha akan masuk tapi Woo Ri bilang kalau Dong Joo sedang bersama ayahnya. Joon Ha mengurungkan niatnya.
Woo Ri menjelaskan kalau kedatangan ayahnya itu untuk memberi makan ikan-ikan.
Joon Ha melihat dari luar jendela, dan melihat sedang menemani Dong Joo tidur.
Woo Ri kemudian meminta Joon Ha segera masuk dan memeriksa kondisi Dong Joo.
Joon Ha menolak, ia beralasan akan mengambil obat di rumah sakit dulu karena tadi lupa membawanya.
“Lihatlah dulu dia sebentar. Sakitnya apa?”
“Aku sudah tahu!” jawab Joon Ha. “Aku akan segera kembali. Kalian boleh pulang sekarang.”
Woo Ri masin penasaran Dong Joo sakit apa karena sebelumnya dia terlihat pucat.
“Ketika Dong Joo masih kecil kepala Dong Joo terluka karena kecelakaan!”
“Kapan itu? kapan? Maksudku apa itu sebabnya...
aku mengerti. Tapi dia bilang dia tak ingat apa-apa. Aku bertemu dengannya ketika usiaku 9 tahun lalu....”
“Dia tak ingat apa-apa!”
“ Apa?”
“Dong Joo tak ingat apa-apa, semua kejadian sebelum kecelakaan itu!”
Joon Ha harus pergi sebelum Dong Joo bangun dan meminta Woo Ri dan Ayah Woo Ri segera pulang.

… … …
Dong Joo terbangun ia melihat helm yang dipakai Young Gyu tadi ada di meja, disamping ia terbaring. Helm itu digunakan untuk penerangan (pengganti lampu) agar ruangan tak gelap. Dong Joo kemudian berusaha meraih helm senter itu dengan tangannya.

Woo Ri berkata kalau Kakak Dong Joo seorang dokter dan akan membawakan obat, dan dia mengajak ayahnya untuk segera pulang.

Joon Ha melihat Woo Ri dan ayahnya pergi meninggalkan rumah Dong Joo. Sebenarnya tadi ia tidak pergi ke rumah sakit. Ia hanya menghindari bertemu langsung dengan ayahnya. Ia cuma bisa melihat ayahnya dari jauh tanpa berani mendekat.

Joon Ha melihat lampu rumah sudah menyala semua, ia segera masuk dan mendapati Dong Joo sedang tiduran sambil memakai helm senter.
Dong Joo melihat kakaknya, “Kapan kau sampai?” Kondisinya sudah membaik
“Apa ini?” Joon Ha menepuk helm yang dipakai Dong Joo.
Dong Joo kesal kakaknya menepuknya seperti itu, “Kak?”
“Apa aku tak boleh ke sini lagi?”
“ Apa?”
“Aku menunggu di depan rumahmu lama sekali. Apa ikan lebih penting dari pada kakakmu?”
“Iya,” jawab Dong Joo ceuk
“Kalau begitu main saja dengan ikanmu!” Joon Ha akan pergi.
Dong Joo berseru, “Bukankah launching produknya sudah selasai.
Bukankah kau harus kembali ke Amerika?” Suara Dong Joo melemah. Ia tidak suka menerima kenyataan bahwa Joon Ha akan pergi, selama ini Joon Ha selalu mendapinginya, ia merasa sudah sangat bergantung pada kakaknya itu.
“Jadi, apa aku tak usah pergi?” tanya Joon Ha.
Dong Joo menggeleng, “Tidak. Pergilah. Aku ingin kau dan ibu tak mencampuri bisnisku!”

… … …
Young Gyu membagikan-bagikan nasi, “Nasu untuk ibu, Nasi untuk Ma Roo!”
Tn Lee langsung mengambilnya, “Ini untuk Ma Roo kan?”
Young Gyu senang sobatnya mau bermain dengannya.
“Sudah kubilang aku ini temanmu!” sahut Tn Lee.
“Nasi Cha Dong Joo!”
“Apa nasinya sekarang kau bagi ke dia? Siapa itu Cha Dong Joo? Siapa dia?”
Young Gyu berkata kalau Cha Dong Joo sedang sakit, “Karena dia bermain denganku setiap hari. Aku sedih melihatnya sakit!”
“Aku akan bermain denganmu setiap hari. Kau mau main apa?” sahut Tn Lee. Young Gyu ingin main dokter-dokteran. Tn Lee berkata kalau ini pasti menyenangkan, ia bisa bermain rumah sakit-rumah sakitan.
Tn Lee langsung memperagakan berbagai macam orang sakit, bahkan ia menyelipkan bunga di rambut tanda seseorang yang sedang mengidap kelainan jiwa. (hehe… teman yang setia)
“Apa yang bisa dilakukan Cha Dong Joo yang tak bisa aku lakukan?”
“Cha Dong Joo mirip dengan mata Mi Sook.”
“Apa maksudmu kau mau main dengan Mi Sook-mu yang sudah meninggal?”
Tn Lee menyerah dan meminta mengakhiri permainan.

… …
Sendiri, Tn Lee ternyata masih melanjutkan permainan.
“Suamiku. apa yang kau lakukan? Kalau kau jadi bodoh begini aku tak mau menjadi istrimu!” sahut Ny Lee yang aneh melihat tingkah suaminya.
“Aku tak akan kalah olehmu Cha Dong Joo!” ujar Tn lee lalu memakan bunga. (haha…)

… … …

Woo Ri mengendap-endap di rumah Dong Joo, “Kenapa disini sepi? Apa dia pingsan lagi?”
“Cha Dong Joo!” terdengar suara ayahnya berteriak.
Woo Ri langsung sembunyi.
Young Gyu datang membawa nasi. Pintu terkunci ia bingung bagaimana membukanya. Ia mencoba membuka pintu yang lain tapi semua terkunci. Ia kemudian melihat ada ember merah. Ia membuka ember itu dan di dalamnya ada helm senter yang ia pakai semalam.
Ada pesan yang tertulis di kertas. Ia tak mengerti dan langsung menelepon Woo Ri.
Young Gyu bilang kalau terjadi sesuatu ia meminta Woo Ri cepat ke rumah Dong Joo.
Woo Ri langsung lari, “Ada apa. Ada apa? Apa yang terjadi?” Woo Ri sudah sampai. Ayahnya heran kenapa cepat sekali (qeqeqe…).
“Ayah ada apa?”
Young Gyu menunjukan tulisan yang ditinggalkan Dong Joo. Ia ingin tahu apa yang Dong Joo tulis.
Woo Ri pun membacanya, “Tuan Bong Young Gyu ini aku Cha Dong Joo, makanan ikan hari ini benar-benar enak. Mulai besok dan seterusnya aku akan menunggu kedatanganmu. Bong Young Gyu lebih dari pada topi sinar untuk Cha Dong Joo!”
“Apa maksudnya?” Woo Ri tak mengerti.
Young Gyu tahu maksudnya ia memakai helm itu, “Ini topi dengan sinar Bong Young Gyu!”

… … …
Di kantor baru Dong Joo, semua staf-nya beres-beres (ada Shin Ae juga di sana.)
Dong Joo dan Joon Ha datang.
Ny Tae keluar dari ruangan Dong Joo (Ny Tae dengan gaya rambut baru, tidak kriwil lagi), Ny Tae berkata kalau ia sudah membawa baju ganti untuk Dong Joo.
Dong Joo memuji gaya rambut baru ibunya. Ia pun mulai sibuk dengan staf-stafnya.
“Dong Joo sudah bekerja dengan baik.” Bisik Joon Ha pada ibunya.

Min Soo lalu mengusulkan bagaimana kalau dihari pertama bekerja diadakan makan bersama. Ny Tae menyetujui usul Min Soo dan ia yang akan mentraktirnya. Dong Joo malah mengalihkan ke pembicaraan lain, ia tanya ke Min Soo apa sudah membuat cover cadangan selain lukisan ayah Bong Woo Ri.
“Kau tak punya kan? Aku sudah memikirkannya, jadi kita harus mencari ide lain untuk cover itu.”
Karena sibuk, Dong Joo meminta ibunya pulang saja.
“Kak, sebelum kau kembali ke Amerika, bisa kah kau membantuku?”
“Aku siap membantu apapun”

Ny Tae akan pergi tapi Presdir Choi datang melihat kantor baru Dong Joo.
Shin Ae langsung berseru, “Pak komisaris langsung datang berkunjung, apa hari ini ada yang spesial?”
“Apa kau menyukai kantor barumu? Apa kau perlu pegawai tambahan? Kalau ada yang kau perlukan katakan saja.
“Ayahmu sangat tersentuh karena kau mengikuti jejak kakekmu, jangan kecewakan dia!” tambah Ny Tae.

Kim Bi datang tergesa-gesa dan menyampaikan kalau mereka memiliki masalah. Pabrik di Incheon menghentikan produksi kosmetik mereka. “Sepertinya Han kosmetik sudah menekan mereka, apa yang harus kita lakukan?”
Presdir Choi tanya apa Dong Joo sudah siap dengan kompetisi buas.
Dong Joo menjawab kalau ia tak menyangka ini terjadi dengan cepat. Dong Joo kemudian meminta Kim Bi mengecek ke pabrik yang lainnya, apakah mereka mengalami hal yang sama.
Presdir Choi tersenyum meremehkan.

… … …
Dong Joo dan Joon Ha berada di ruangan Dong Joo. Joon Ha ingin tahu bagaimana pabrik di Po River apa baik-baik saja. Dong Joo berkata kalau sejauh ini semuanya baik, hanya saja mereka tak bisa memproduksi lebih banyak lagi.
“Begitu masuk pasar, produk kita akan langsung habis. Apa yang harus kita lakukan?”
“Habis terjual?” Dong Joo tak menyangka itu akan terjadi. “itu Hebat. Ini bisa jadi bahan promosi. Akibatnya, produksi tahap dua pun akan segera habis terjual. Respon yang luar biasa!”
“Lalu? Selanjutnya?”
“Kita akan kebanjiran pesanan pelanggan, ini artinya kita akan bisa melakukan tahap awal rencana pemasaran dengan akurat. Katanya ayah akan membantu kita. Benar-benar membantu!”
“Kita tak boleh main potong kompas, tidak bagus membuat jangka panjang!”

Dong Joo tahu kalau niat sebenarnya dari Choi Jin Chul adalah menghancurkan mereka, bagaimanapun dia masih ingat bahwa ayah tirinya itu sudah menyebabkan Kakeknya meninggal, “Kita lihat saja sampai dimana kemampuannya!” Ia meminta jangan membuang-buang waktu, image merk sekarang menjadi fokus mereka.

Ny Tae masuk ruangan ia minta Dong Joo tak usah khawatir tentang pabrik di Incheon. Dong Joo malah melarang ibunya untuk ikut campur.
Ny Tae mengerti dan ia tak akan ikut campur. Ia bergegas keluar.
Joon Ha akan mengejar tapi Dong Joo mencegahnya.
“Ibu melakukan ini semua untukmu. Tidak bisakah kau merasakan perasaannya!” Joon Ha akhirnya keluar dari ruangan Dong Joo.

… … …
Woo Ri melepas lelah di kamar. Ia mengingat percakapannya dengan Joon Ha yang mengatakan ketika kecil Dong Joo mengalami kecelakaan sehingga membuat Dong Joo kehilangan ingatannya. “Tak bisa dipercaya, kenapa hal itu bisa terjadi?” Woo Ri mengingat ketika Dong Joo menarik dirinya kepelukan Dong Joo dan berkata kalau Dong Joo bisa mendengar suara Woo Ri.
Woo Ri lalu membuka kotak yang berisi pianika, “Kenapa kau melupakan hal yang begitu penting, anak bodoh!”

Terdengar suara dari luar, Woo Ri segera keluar dan melihat Nenek tengah memasak.
Woo Ri mengagetkan Neneknya. Nenek terkejut dengan kedatangan Woo Ri yang tiba-tiba.
Nenek dan Woo Ri akhirnya makan bersama.
“Mana Ayahmu?”
“Ayah pergi ke taman.”
“Bukankah dia sudah dipecat?”
“Ada seseorang yang tinggal disana dan memberikan ayah pekerjaan memberi makan ikan.”
Nenek terlihat senang mendengarnya, “Siapa yang peduli memelihara bunga atau memelihara ikan, yang penting Young Gyu bisa ke taman.”
“Nenek makanlah yang banyak” Woo Ri juga mengatakan kalau nenek harus ikut pemeriksaan kesehatan lagi.
Nenek menolak. Woo Ri tetap meminta Nenek harus pergi karena ia sudah membayar biaya pemeriksaannya.
“Siapa yang menyuruhmu membayarnya?” Nenek marah,  Ia akan memukul Woo Ri tapi Seung Chul datang tiba-tiba dan menahannya.
Nenek melihat wajah Seung Chul belepotan. Seung Chul mengatakan kalau ia baru saja menggoreng ayam.
Seung Chul memandang Woo Ri, “Ingatlah kukorbankan wajah tampanku demi kau!” (jiakaka…)
Seung Chul berjanji ia akan mencari pekerjaan yang lebih baik. Ia sudah bilang pada ibunya kalau ia akan kerja di restouran ayam selama 20 tahun. “Disana aku akan bekerja keras dan mendapat penghasilan yang akan kuberikan padamu. Aku melakuknnya bukan karena tertipu 5 juta won!”
“Tertipu?” Nenek tak mengerti.
“Hey kau bicara apa? Apa kau sedang mabuk?” ucap Woo Ri panik.
Seung Chul sadar sudah keceplosan bicara. Ia memberi kode tanda minta maaf pada Woo Ri karena sudah mengatakannya.

… … …
Young Gyu memakai helm topi senter dan memberi makan ikan-ikan di aquarium.
Dong Joo menghampiri, “Kau belum pulang?”
Young Gyu merasa pekerjaannya belum selesai, ia kemudian menunjuk salah satu ikan yang belum makan.
“Ha, jangan menyusahkan paman!” sahut Dong Joo pada ikannya.
Young Gyu tak mengerti, “Ha?”
Dong Joo berkata kalau ia sudah memberi nama ikan-ikannya. Ga Na Ta Ra Ma Ba Sa A Ra Cha Ka Pa Ha. Dong Joo juga menyebut ikannya terbalik.
Young Gyu kemudian mengatakan kalau Woo Ri juga bisa membaca huruf secara terbalik.
Dong Joo meminta lain kali kalau ikannya tak mau makan tulis saja namanya. Bagaimana menuliskannya Young Gyu sendiri tak pernah sekolah.
Dong Joo menunjukan huruf demi huruf pada Young Gyu. Tiap huruf ia kenalkan pada ikannya.

Dong Joo melihat di luar jendela ada yang mengintip. Woo Ri bolak balik kesana kemari di luar rumahnya. Dong Joo tersenyum melihatnya.


Woo Ri penasaran apa yang dilakukan Dong Joo, “Kemarin dia seperti orang yang sekarat. Sekarang dia sudah normal!”
Dong Joo melirik ke jendela, Woo Ri panik ia langsung sembunyi. Tapi Woo Ri penarasan dan melihat lagi ke dalam tapi Dong Joo sudah tak ada di tempatnya.
Woo Ri celingukan mencari Dong Joo, tiba-tiba ada tangan yang menghalangi pandangannya. Ia kaget setengah mati.
Woo Ri panik dan lari menjauh dan,
Brukk! Woo Ri menabrak pintu yang tiba-tiba terbuka. Ia langsung jatuh.
Dong Joo yang membuka pintunya. Woo Ri menutupi kepalanya dengan jaket ia tak mau Dong Joo melihatnya dan langsung lari.
“Hey tas merah!” panggil Dong Joo, Woo Ri tetap lari.
“Bong Woo Ri!” panggil Dong Joo. “Jangan pura-pura lain kali jangan wajahmu saja, sembunyikan juga tas merahmu!”
Woo Ri langsung berbalik memasang wajah juteknya, “Apa yang kau lakukan dengan ayahku? Kau memecatnya lalu kau mempekerjakannya!”
“Itu rahasia!” sahut Dong Joo. “Itu rahasia antara aku dan Bong Young Gyu. Kalau kau berani mengintip lagi....”
“Apa? kenapa? Apa kau punya bukti? Aku kesini bukan untuk mengintip aku mau bertemu ayahku. Kau siapa?”
“Cha Dong Joo!” Dong Joo kemudian ia menatap tajam ke arah Woo Ri, “Kau? Apa menurutmu kita memilki hubungan khusus?”
Woo Ri diam tak menjawab. Dong Joo memperhatikannya. Woo Ri melihat dirinya dan Dong Joo hanya geleng-geleng. Ia akan menutup pintu.
Woo Ri menahan pintunya, “Tatapan apa itu? Kalau ada yang mau kau katakan, katakan saja!”
Dong Joo tertawa.
 “Kenapa? Pandanganmu itu bisa diartikan kau meremehkan orang lain. Waktu kecil kau tak seperti itu, dari mana kau belajar bersikap kasar seperti itu?”
“Waktu aku masih kecil?”
“Benar. Waktu kau masih kecil memangnya kenapa? Kalau kau sudah ingat kau akan menangis. Aku merasa tak enak memberitahumu. Dulu kau berkata kau menyukaiku!”
“Benarkah? aku mengatakan aku menyukaimu?”
“Bukan hanya menyukaiku, kau bahkan memohon padaku untuk mengajarimu piano. Kau bahkan bolos sekolah. Orang-orang di kampung mengira kau tersesat. Kau tak ingat kan?” (Jiahaha… ngarang)
“Aku memohon padamu untuk mengajariku piano? Aku?”
“Bukan hanya itu!” Woo Ri terus berbohong, “Kau memaksa memberikan alamatmu karena besok hari ulang tahunmu. Waktu itu aku lari ke Nenek. Lebih jelasnya lagi akan kuceritkan lain waktu!”
“Ah ada bukti lain, kau mencuri kantong kacangku. Kembalikan!” Woo Ri meminta kantong kacangnya, “Tak kusangka kau berani mencurinya. Padahal kau bilang kantong itu kotor sekali. 16 tahun sudah berlalu dan benda itu masih ada padamu. Aku tak tahu kenapa masih kau simpan selama 16 tahun, kenapa tak kau buang?”
“Baru saja aku membuangnya kemarin!” sahut Dong Joo.
Mata Woo Ri memebesar terkejut, “Dibuang? Hey beraninya kau. Itu barangku yang paling berharga. Makanya kuberikan padamu!”
“Diberikan? Bukankah tadi kau bilang aku mencurinya?” (kena deh…)
“Itu tadi... kantongku....” Woo Ri salah tingkah.

“Cha Dong Joo!” terdengar panggilan Young Gyu dari dalam. Woo Ri mendengar panggilan ayahnya
“Apa?” Woo Ri yang menjawab.
Dong Joo yang tak tahu dirinya dipanggil malah bertanya, “Apa kenapa? Apa sebenarnya yang terjadi dengan kantong itu?”
“Cha Dong Joo! Cha Dong Joo dimana kau?” Young Gyu kembali memanggil,
Woo Ri celingukan mancari ayahnya, “Ayah memanggilmu, dia memanggilmu!” ujar Woo Ri member tau.
Dong Joo kemudian bersikap seolah-olah dia mendengar panggilan Young Gyu.
“Aku peringatkan, jangan lagi mengintip di rumahku? Dong Joo masuk dan menutup pintu.

“Bodoh bodoh!” Woo Ri memukuli kepalanya. “Siapa yang mau mengintip?” kemudian ia menyadari sesuatu. “Tidak mungkin, apa dia tahu kalau aku berbohong? Tentu saja tidak, dia tak mengingat semuanya!”

Woo Ri memakai penutup kepala jaketnya dan kembali mendekati pintu rumah Dong Joo tapi Woo Ri langsung mundur lagi, “Ah tidak mungkin. Tak masuk akal!” Woo Ri kembali memukul kepalanya.
Joon Ha menangkap tangan Woo Ri, Woo Ri terkejut melihat Joon Ha datang, “Kalau kau membenturkan kepalamu kau akan tambah bodoh!” ujar Joon Ha.

… … …
Joon Ha dan Woo Ri berjalan bersama menyusuri taman.
“Apa kau serius? Apa kau yang membawaku pulang?”
“Tubuhmu itu sangat berat.”
“Apa kau menggendongku seperti ini?” Woo Ri memajukan kedua tangannya di depan.
“Karena kau berat aku tak bisa membawamu seperti itu! Aku menggendongmu di punggungku!”
“Itu, itu karena tasku yang berat.” Woo Ri kemudian jalan membungkuk memberi tanda kalau ia keberatan menggendong tasnya. “Coba saja kau yang membawanya.”

… … …
Keduanya duduk di bangku taman. Joon Ha mengira setelah kejadian di kantor Woo Kyung ia berfikir tak ada alasan untuk bertemu Woo Ri lagi.
Woo Ri juga merasa ia tak mau lagi bertemu dengan gerombolan kotoran semut.
Joon Ha mendengar Woo Ri mengatakan hal yang sering ia ucapkan dari dulu, ia menatap Woo Ri.
Woo Ri minta Joon Ha berhati-hati, orang jahat itu suka berbohong dan Polisi akan menangkap orang jahat.
Joon Ha mengingat ayahnya juga sering mengatakan itu dulu.
“Tapi dari pada Cha Dong Joo, dr Jang Joon Ha sedikit lebih baik!”
Joon Ha tersenyum, “Kenapa?”
“Kau tahu kan, Kak Ma Roo juga bercita-cita menjadi dokter. Aku ingat waktu kita pulang dari rumah sakit, ketika kau mengantarku pulang, kau minta maaf atas nama Kakaku!
Di rumah sakit kau mengenakan jas putih dan memberikan ceramah. Melihatmu, aku mengingat Kak Ma Roo dan juga ibuku. Ibuku juga mengenakan jas putih kalau bekerja, dia memotong rambut. Pekerjaannya sangat bagus!” Woo Ri menyembunyikan air matanya.
“Jadi apa kau tak membenciku? Ini bukan kebohongan lain kan?”
Woo Ri mengusap air matanya, “Kapan aku berbohong?”
“Kau bilang kau berbohong mau mencari kakakmu!”
“Aku tak pernah berbohong. Kau tak tahu betapa aku ingin Kakakku kembali!”
“Hey..!” Joon Ha mengeraskan suaranya membuat Woo Ri kaget. “Kau bilang kau tak mau aku menjadi adikmu, aku juga tak mau kau jadi kakakku. Apa kau seorang kakak? Kakak seperti apa kau? Kepala ayam, kotoran sapi, kotoran anjing, kotoran kuda, kotoran semut, Kau brengsek!” Joon Ha mengucap ulang yang diucapkan Woo Ri, “Begitu kan yang kau bilang?”

Joon Ha harus pergi ia ada jadwal di rumah sakit.
“Apa kau membenciku sampai kau seperti itu?” Woo Ri sewot
“Apa itu karena cinta?” goda Joon Ha.
Woo Ri makin sewot dan akhirnya pamit.
Joon Ha menatap kepergian Woo Ri, “Kau tak tahu apa-apa!”

… … …
Dong Joo berada di kamar memperhatikan laptopnya sambil memainkan bola. Joon Ha merebut bolanya dan melempar-lempar bola itu.
“Kembalikan!” pinta Dong Joo.
Joon Ha terus memainkannya. 
“Kembalikan padaku!” ucap Dong Joo lagi.
“Memohonlah sekali lagi.” Goda Joon Ha pada adiknya.
“Sudah lama kau tidak mengoperasi pasien sekarang tanganmu menjadi gatal!”
“Sudah jelas!”
“Kalau begitu tolong lakukan operasi!” Dong Joo menyerahkan kantong kacanganya yang rusak parah.
“Apa kau merobeknya lagi?” tanya Joon Ha.
“Kali ini benar-benar parah. Kali ini kau harus melakukan operasi besar. Tolonglah aku dokter Jang!” Dong Joo memasang wajah memelas.


“Hey memangnya aku jadi dokter hanya untuk menjahit kantong kacangmu?”
“Kumohon, kumohon!” Dong Joo mengait erat lengan kakaknya. “Tolong aku, tolong aku. Tolong selamatkan ini, dokter Jang!”
“Hey jangan begitu!” Joon Ha berusaha melepaskan diri. “Kalau kau terus seperti ini kantong kacangmu akan mati!” Joon Ha menggertak.
“Kuserahkan padamu!” Dong Joo membungkuk menyerahkan kantong kacanganya.
Joon Ha kemudian menerima juga sambil berlutut dan Dong Joo pun langsung merangkul kakaknya.
(Menurutku, Ma Roo dewasa sikapnya jauh lebih baik. Entah itu pada Dong Joo, Woo Ri ataupun Ny Tae. Ia jadi lebih sabar dan bijak, jadi lebih penyayang)

… … …
Young Gyu belajar menghafal dan menulis huruf yang diajarkan Dong Joo. Ia mengeluh karena kesulitan.
Woo Ri mengendap-endap ingin tahu apa yang dilakukan ayahnya.
Tiba-tiba Seung Chul datang, membekap mulut dan menariknya menjauh dari Young Gyu.
Young Gyu mencium aroma sesuatu. Ia celingukan.

Seung Chul mengajak Woo Ri keluar rumah.
“Ada apa?” Tanya Woo Ri kesal.  Ia kemudian melihat ada ayam goreng, ia senang waktunya tapat karena ia sangat lapar.
Seung Chul membawakan ayam goreng buatannya yang pertama.
Woo Ri akan langsung mengambilnya tapi tangan Seung Chul meraih tangan Woo Ri. Seung Chul menatap serius, “Hari ini selama menggoreng ayam entah kenapa jantungku berdebar, apakah karena ayamnya? Ataukah karena....”
“Aku juga berdebar-debar, seharian aku lari-lari jadi aku lapar sekali!”
Seung Chul kemudian mengaitkan jemarinya ke jemari Woo Ri, “Inikah rasanya seperti lahir kembali? Karena lahir kembali atau karena ayamnya?”
Woo Ri merengut, “Sebenarnya kau mau memberikan atau tidak?”
“Kuberikan semua untukmu. Kau membangkitkan jiwaku menjadi pria sejati. Aku sangat berterima kasih padamu!” (Jiahahaha… seperti dugaankku, kisah Seung Chul dan Woo Ri akan menjadi sesuatu yang lucu dan menarik)

Woo Ri berteriak kalau ayamnya jadi dingin.
“Walaupun ayamnya dingin tapi hatiku tidak!” Seung Chul ikut mengeraskan suaranya.
Seung Chul kemudian melembutkan suaranya, “Tapi kita harus berpisah untuk sementara waktu!”
“Memangnya kau mau kemana?”
“Aku harus mengejar masa depanku!”
“Apa? Kalau Nenek harus ke rumah sakit bagaimana?”
“Kau harus berusaha sendiri. Mereka yang meremehkanmu dan menertawai ayahmu. Mereka nanti tak akan seperti itu lagi. Aku akan menjadi pelindungmu. Selama aku pergi kau jaga dirimu!”

Ada nyamuk yang melintas Woo Ri meniupnya. Melihat itu Seung Chul terprovokasi untuk mencium Woo Ri. Seung Chul memonyongkan bibirnya.  

(ngakak… ngakak…)


Dan, Taaa Daa!!!
Young Gyu datang tiba-tiba, nyempil diantaraSeung Chul dan Woo Ri. (gagal maning euy…)
“Ternyata benar bau ayam goreng!” sahut Young Gyu.
Seung Chul langsung melepas tangan Woo Ri.
“Woo Ri, Seung Chul, apa kalian akan berciuman sebelum makan atau makan dulu?”
Keduanya langsung salah tingkah.
Yong Kyu dan Woo Ri langsung melahap ayam goreng pertama buatan Seung Chul.

… … …
Esoknya, nenek ada di Rumah sakit bersama Shin Ae. Meski masih diselingi dengan omelan. Ia juga memarahi Woo Ri lewat telepon. (Ini tante-tante kisut, bener-bener…!)

... … …

Young Gyu berlari ke rumah Dong Jo. Ia melihat papan penahan angin jatuh menimpa tanaman. Ia bingung harus bagaimana.
Young Gyu melihat Manajer taman, ia memanggilnya. Manajer mendekat dan malah marah melihat Young Gyu ada di taman, “Kenapa datang ke sini? Cepat pergi. Tamu penting akan datang. Aku akan dipecat kalau kau masih disini. Cepat pergi. Pulang sana!”
Young Gyu menunjuk papan penahan angin yang menimpa tanaman.

Min Soo, Joon Ha dan Dong Joo melihat keributan kecil itu. Ketiganya melihat Manajer mengusir Young Gyu pergi dari taman.
Young Gyu terus mengatakan kalau papan penahan anginnya harus ditegakkan.

Ny Tae dan Shin Ae tiba di taman, mereka melihat keributan Young Gyu dan Manajer taman. Shin Ae langsung pamit untuk melihat-lihat taman, ia tak mau Young Gyu melihatnya.

Ny Tae mengajak Dong Joo masuk ke rumah. Dong Joo meminta ibunya masuk lebih dulu.
Ny Tae kemudian meminta Joon Ha mengantar Min Soo masuk, Joon Ha mengerti.

Min Soo heran dan bertanya pada Joon Ha, “Ada apa dengan Dong Joo Dia kelihatan marah.”
Joon Ha tak menjawab.

Ny Tae masih memperhatikan keributan Young Gyu dan Manajer taman.
Menajer kemudian menyadari Ny Tae ada disana, ia ketakutan dan terus meminta Young Gyu pergi.
Young Gyu melihat Dong Joo berjalan menghampirinya. “Cha Dong Joo!” panggil Young Gyu. Manajer membentak, “Beraninya kau menyebut namanya. Cepat pergi!”
Manajer taman lalu minta maaf pada Dong Joo, ia berkata sudah berusaha mengusirnya tapi Young Gyu tidak mau mengerti.
Dong Joo meraih dan memperhatikan telapak tangan Manajer.
Manajer tersipu tak mengerti, “Ada apa dengan tanganku?”
“ Manajer Seo, Kau tak pernah bekerja ya?”
“Ya aku bertanggung jawab atas taman ini!”
“Bong Young Gyu, maukah kau memperbaiki penahan anginnya?”
Young Gyu berkata ia tidak bisa melakukannya karena ia sudah dipecat.
Dong Joo bicara lagi pada Manajer, “Bong Young Gyu adalah orang yang harus memperbaiki penahan anginnya!”
Manajer mengerti dan ia akhirnya menyuruh Young Gyu segera melakukannya.

Dong Joo ingin tahu apa Bong Young Gyu dipecat. Manajer berkata itu karena Ny Tae yang menyuruhnya. (Ooo… jadi Ny Tae yang memecat, kira’in beneran Dong Joo)

Dong Joo meminta Manajer mengikuti apa yang ia perintahkan. Dari pengamatannya tak ada alasan untuk memecat Bong Young Gyu. “Sebagai penanggung jawab Taman Botani bukankah kau harus melakukan yang terbaik? Pekerjakan kembali Bong Young Gyu!”

… … …
Kini Semuanya berada di Galeri lukisan (acara pagelaran koleksi lukisan Ny Tae)
Min Soo memperhatikan Dong Joo yang berdiri menjauh,  kemudian menatap Joon Ha yang terus berada di samping ibunya.

Ibu pengunjung memperhatikan Joon Ha yang pernah ia lihat di pesta Woo Kyung. Joon Ha pun langsung memperkenalkan diri.
Ny Tae mengatakan kalau Joon Ha dan Dong Joo besar bersama, ia sudah menganggap Joon Ha seperti anaknya sendiri, “Dia dokter bedah saraf dan dia juga pemegang saham di perusahannya!”

Min Soo terus memperhatikan Dong Joo dengan tangan membidik layaknya kamera. “Aku paling suka lukisan ini, berapa harganya?”
Dong Joo lalu menimpali, “Kalau kau bosan, lebih baik pergi saja.”
“Pertemuan ini diselenggarakan oleh kantormu, kenapa Joon Ha mengerjakan semuanya sendirian?”
Dong Joo menatap Joon Ha, ia kemudian meminta Min Soo pergi membantu Joon Ha.

Joon Ha hendak pamit, ia berkata pada ibunya kalau ia ada janji dengan Direktur rumah sakit.
“Kau sudah mengerjakan semua pekerjaan Dong Joo, ibu sangat kasihan dan berterima kasih padamu!”

Dong Joo juga akhirnya pamit. Ia sudah menyelesaikan tugasnya, datang sebagai putra dari Choi Jin Chul.
Ny Tae hanya mendesah melihat sikap putranya.

… … …
Sebelumnya Presdir Choi meminta Sekertris Kim untuk menyelidiki tentang Pabrik Po River.
Dan hari ini Sekretarus Kim melaporkan hasil penyelidikannya. 
Presdir membaca berkas yang diserahkan sekretaris Choi. Ia kemudian meremas berkas itu, “Jang Joon Ha si brengsek itu!” umpatnya menahan amarah.

… … …
Joon Ha menerima telepon dari ibunya ketika sesang menyetir. Ny Tae memperingatkan Joon Ha sebentar lagi Choi Jin Chul akan menelepon Joon Ha, “Dia sudah mengetahui kalau aku menyerahkan kepemilikan pabrik itu padamu!”
Joon Ha tak mengerti, “Pabrik atas namaku? Apa Dong Joo tahu?”
“Kau tahu hanya kau yang bisa ibu percaya. Dong Joo tak akan mampu berhadapan dengan Choi Jin Chul. Persiapkan dirimu bila terjadi sesuatu. Dia akan segera menghubungimu!”

Setelah mengakhiri pembicaraan dengan ibunya, Joon Ha berniat menelepon Dong Joo. Tapi ia ragu.

Dalam bathin Ny Tae berkata, “Ya aku tak mau tangan anakku yang berdarah. Choi Jin Chul silakan bertumpah darah dengan anakmu sendiri!” (manteb si Ibu ini, rencananya berjalan sesuai rencana)

… … …
Young Gyu sedang memberi makan ikan, “Cha kenapa kau tak makan? Cha makan makananmu? Apa kau khawatir tentang ibuku? Aku juga khawatir!” Young Gyu memandang teleponnya, ia ingin menelepon Shin Ae tapi takut Shin Ae akan memarahinya.
Dong Joo tiba-tiba muncul dengan senyumnya, “Kukira ada ikan besar di aquarium tapi itu hanya Tuan Bong Young Gyu!” sahut Dong Joo.
“Aku bukan ikan, kau melihat kesini dan mengira aku ikan? Bukan, aku Bong Young Gyu!” sahut Young Gyu polos.
Dong Joo ingin tahu siapa (ikan mana) yang tak mendengarkan dengan baik hari ini.
Young Gyu menjawab dia sendiri, “Ibuku pergi ke rumah sakit. Ibuku bilang aku tak usah khawatir tapi aku tak mendengar dan tetap khawatir. Aku tak bisa menulis jadi aku tak bisa mencantumkan namaku disini!”

Tiba-tiba Ny Tae datang dan marah-marah, “Apa yang kau lakukan disini? Kau meninggalkan rapat penting hanya untuk ke sini? Kau pikir kau kuberikan rumah ini agar kau bisa bersamanya disini?”
Young Gyu melindungi Dong Joo dari amukan Ny Tae (seperti yang selalu ia lakukan untuk melindungi Ma Roo dulu) “Kau tak boleh begitu pada Cha Dong Joo!”


Dong Joo berkata pada Young Gyu kalau itu tak apa-apa, ia meminta Young Gyu datang lagi besok.

Ny Tae menarik putranya, “Besok? Usir dia keluar dari sini!”
Dong Joo tetap meminta dengan halus agar Young Gyu pulang saja, ia mayakinkan kalau dirinya tak akan apa-apa.

Di luar Young Gyu kebingungan ia tak tahu apa yang harus dilakukannya.

… … …
Joon Ha sampai di rumah sakit, ia melihat Nenek ada di sana. Ia melihat Nenek berjalan tertatih sambil memegang kaki yang sakit.
Nenek membawa berkas pemeriksaannya dan mengingat ucapan dokter.
Nama penyakitnya Degenerative Dementia. Alkohol sudah merusak otakmu. Mulai sekarang berhentilah minum alkohol. Dan kami menemukan sebuah tumor, ukurannya tidak besar tapi tak tahu kapan akan pecah. Diusiamu seperti ini tidak disarankan untuk dioperasi. Kita harus memonitor secara rutin dan menjaganya.”

Nenek jongkok bersandar pada tembok, “Diusiaku seperti ini sangat wajar kalau aku banyak menderita sakit disana sini. Orang itu bicara dementia dan tumor hanya untuk menakutiku saja. Mereka hanya mau memeras dan menghabiskan uangku. Orang paling jahat di dunia.”
Nenek memandang berkas pemeriksaannya, “Aku mendapat balasan atas dosa masa laluku!”

Seorang petugas lewat dan meminta Nenek jangan jongkok disitu. Nenek langsung berdiri ia bertanya dimana apotiknya, orang itu menyuruh Nenek menanykannya di reseptionis.

Joon Ha terus memperhatikan Nenek.
Nenek bertanya lagi dimana ia harus menebus obatnya karena ia tak bisa membaca. Orang itu lalu menunjukkan arah ke nenek.

Joon Ha menghindari bertemu  pandang dengan Nenek.

Nenek mengambil obatnya di apotik. Ia bertanya pada petugas obatnya sudah benar, petugas membenarkannya. Nenek lalu mengambil satu bungkus dari beberapa obat yang ada di sana.
Kemudian ada tangan seseorang mengambil obat yang lain, “Nenek!” panggil orang itu. “Nenek!” ternyata yang memanggilnya adalah Joon Ha.
“Kau salah mengambil obat!” ujar Joon Ha.
“Apa?” Nenek tak paham.
“Bukankah nama anda Hwang Soon Geum?” Joon Ha lalu menukar obat yang dibawa Nenek. Nenek berterima kasih, Joon Ha langsung pergi.

“Bagaimana dia tahu namaku?" Nenek heran. Kemudian langkahnya terhenti ia menatap Joon Ha yang masih berdiri memandangnya. Keduanya bertemu pandang untuk beberapa saat, Joon Ha langsung pergi.
“Ya Tuhan!” Nenek berusaha memanggil. “Ma.... Ma dia....” Sulit sekali rasanya mengeluarkan kata-kata. “Apa itu kau?” Nenek berusaha mengejar Joon Ha sambil melambai-lambaikan tangan. “Anak itu!” Nenek mulai merasakan sakit lagi di kakinya.
Nenek berjalan tertatih ia tak kuat berdiri, Nenek merangkak mengejar Joon Ha. Mulutnya serasa dikunci, suaranya seperti menghilang, “Ma Ma Ma Ma Roo!” air mata Nenek menetes.
Sambil terus merangkak mengejar Joon Ha. “Ma Roo Ma Ma Roo!” tangis Nenek pecah.
(kog nenek-nenek yang pikun bisa tau ya)

… … …
Woo Ri lari-lari menghampiri ayahnya yang panik,
“Telah terjadi sesuatu. Ada orang yang berteriak pada Cha Dong Joo. Orangnya seperti ini menakutkan, Dong Joo akan sakit lagi, apa yang harus kita lakukan?”
Woo Ri meminta ayahnya menunggu ia akan melihatnya.
Young Gyu melarang karena dia orangnya pemarah. Woo Ri meyakinkan ia akan segera kembali.

Woo Ri langsung lari menuju rumah Dong Joo untuk memastikan. Ia akan menekan bel tapi niat itu diurungkannya.

Ny Tae mengemasi barang-barang Dong Joo, ia meminta putranya segera pergi dari sini. “Pulanglah, kau tak bisa tinggal disini sendirian!”
“Apa ibu pikir kalau aku tinggal di rumah aku akan mematuhimu? Apa salahku sampai kau bersikap seperti ini? Apa jika ada yang menemuiku itu membuatmu marah?”
Ny Tae membentak ia tak suka bertemu orang-orang itu.
“Ibu, siapa yang pantas dibenci? Mereka punya banyak alasan untuk membenci kita. Kak Joon Ha tak bisa menemui keluarganya walaupun dia berada disini. Kenapa ibu begitu kejam padanya?
Karena ibu, dia tak bisa bicara dengan mereka walaupun dia ada disini. Apa ibu tahu bagaimana perasannya ketika keluarganya ibu ganggu? Pernahkah ibu memikirkan hal itu?
Kalau Kak Joon Ha ibu perlakukan seperti itu lebih baik Ibu kembalikan dia pada keluarganya!

Woo Ri mengintip di luar jendela. (kira-kira denger gak ya?)
Ny Tae marah, “Apa!!!”
“Kalau ibu tak mau melakukannya biar aku yang melakukannya!”
“Kau itu tahu apa?” bentak Ny Tae
PLAKK!!!
Sebuah tamparan mendarat di pipi Dong Joo.

Woo terkejut menyaksikan kejadian itu.

Dong Joo terdiam, Ia menatap ibunya dengan penuh kemarahan.

 

>> Episode Selanjutnya …



... ... ...