Sinopsis Drama ‘Can You Hear My Heart’ episode 10 @ Indosiar [teks Indonesia]
[web/page ringan, bisa dibuka di Ponsel/HP]
Woo Ri menemui Manajer Penanggung jawab taman. Ia tanya di mana Cha Dong Joo.
Manajer tak menjawab.
“Mana Cha Dong Joo!” bentak Woo Ri.
“Aku tak tahu!” jawab Manajer dengan suara yang tak kalah keras. “Sebaiknya kau jangan mendatangi Dong Joo karena sifatnya buruk. Setiap bertemu, pandangannya selalu mencurigakan. Tapi mau bagaimana lagi dia adalah putra dari pemilik Woo Kyung grup.
Manajer melanjutkan, “Walaupun kuberi salam, dia tetap tak mau menengok. Bukan itu saja, pria itu mengenakan make up di wajahnya. Makanya wajahnya pucat. Di malam hari wajahnya bersinar dalam gelap, bersinar. Menyeramkan!”
“Anak itu tak memakai make up dan wajahnya memang benar-benar pucat.” sahut Woo Ri.
“Anak ?” manajer heran dengan sebutan yang diucap Woo Ri. “Apa maksudmu anak? Kau jangan tidak sopan!”
“Kalau begitu kenapa dia memecat ayahku? Kenapa memecatnya?”
“Kenapa memecatnya? Seusia itu kenapa dia masih menyusu pada ibunya? Mungkin dia berfikir kalau ayahmu tidak normal!” Sebenarnya Manajer sendiri tak ingin memecat ayah Woo Ri, ia sangat menyukai Young Gyu walaupun sulit menghadapinya tapi dia sangat rajin bekerja.
“Tidak normal?”
“Ayahmu itu... kau tahu kan?”
“Apa itu alasan Cha Dong Joo memecat ayahku?” Woo Ri makin emosi. “Akan kubunuh dia!”
Woo Ri langsung pergi dengan emosi dikepala.
“Hei hei... sebaiknya kau jangan melakukan itu, kalau tidak aku juga bisa dipecat.”
Woo Ri tidak mengindahkan.
... ... ...
Meeting di mulai, Presdir membuka pembicaraan diikuti dengan para peserta rapat lainnya.
Dong Joo memainkan penanya untuk menghilangkan ketegangan ia terus menatap setiap orang yang berbicara.
Joon Ha memperhatikan Dong Joo.
“Woo Kyung menjadi besar seperti ini karena ide yang menantang dan inovatif!” ucap Presdir Choi. “Apa kalian menyamakan Woo Kyung dengan perusahaan kelas teri yang berdana pas-pasan. Kita memiliki dukungan dana yang kuat!”
Dong Joo ikut bicara ia berfikir kalau anak perusahaan Woo Kyung dibangun bukan untuk mendukung bisnis semi-konduktor.
Presdir meminta Dong Joo jangan ikut campur masalah ini dan menyuruh Dong Joo diam saja.
“Aku duduk disini sebagai peserta, aku tak boleh diam saja! Para direktur sekalian, kalian disini tidak hanya untuk mendengarkan saja kan? Aku memiliki usulan bisnis yang lebih baik dari pada bisnis sistem RAM. Bisnis yang sesuai dengan kondisi keuangan Woo Kyung saat ini!” ujar Dong Joo meyakinkan.
Presdir penasaran, apa itu?
“ Proyek Energy Cell”
Semua kasak-kusuk mendengar Dong Joo mengatakan proyek baru. Joon Ha berbisik pada Kim Bi. Kim Bi mengerti dan segera keluar.
Dong Joo kembali berkata bahwa Presdir Choi Jin Chul lah yang memajukan Woo Kyung, Presdir juga yang memajukan bisnis kosmetik.
Kim Bi keluar menemui Min Soo dan berkata kalau semuanya sudah mulai. Min Soo tengah menerima telepon dari Woo Ri. Ia langsung menutup teleponnya dan akan menghubungi Woo Ri nanti.
“Inikah idemu? Bisnis kosmetik?” Presdir Choi terdengar meremehkan proyek Dong Joo.
“Kenapa tidak?”
“Apa kau pikir bisnis itu main-main. Kita sudah menjual bisnis kosmetik 16 tahun yang lalu. Ini adalah pasar yang selalu bergerak dengan banyak pemain di dalamnya, sudah terlambat kalau mulai lagi dari sekarang!”
“Disanalah letak tantangannya. Bukankah presdir sendiri yang mengatakan semangat Woo Kyung adalah menghadirkan inovasi.” Dong Joo langsung berdiri, ayo kita mulai.
Lampu ruangan dimatikan dan layar menampilkan tulisan Energy Cell Project. Berkas rencana pun dibagikan.
Dir Kang ikut menyahut kalau bisnis kosmetik itu tidak mudah, risetnya saja membutuhkan waktu selama 3 tahun. Dong Joo meralat bukan 3 tahun tapi risetnya paling sedikit 5 tahun.
Pintu ruangan terbuka, Min Soo masuk ke ruang rapat dengan penuh percaya diri.
“Ini adalah kepala periset yang memimpin proyek Energy Cell selama 5 tahun!” Min Soo diperkenalkan.
Presdir dan Dir Kang terkejut melihatnya. Min Soo memberi hormat dan memperkenalkan diri.
“Min Soo?” Dir Kang kaget melihat putrinya ada disana, karena setahu dia anaknya itu masih di Amerika.
Presdir sendiri terlihat tidak senang.
Dong Joo kembali berkata, “Kami telah mendapatkan lisensi dari FDA dan sudah siap untuk memasarkannya.”
Min Soo memulai presentasinya, “Proyek Energy Cell dibuat berdasarkan konsep memperpanjang daur ulang kehidupan sel, bla bla bla....” Min Soo terlihat hebat. (saya suka setelan pink-nya. Min Soo terlihat sangat berkharisma)
Dong Joo melirik Joon Ha. Joon ha berkata pelan, “Kau bagus sekali!”
Dong Joo membalasnya dengan senyum.
... ... ...
Usai rapat Dong Joo menerima beberapa pujian, yang menyatakan mereka menyukai presentasinya. Kubu Presdir Choi jelas tidak senang. Presdir Choi meminta Dong Joo menemuinya di ruangan.
Dong Joo lalu meminta semua rekan ikut dengannya. “Kalian telah bekerja keras itu kan yang akan anda katakan!” sahut Dong Joo. “Penghargaanmu sebaiknya kau berikan pada kepada anggota tim!” lanjutnya
Dir Kang meminta putrinya menemuinya.
Min Soo lalu bersembunyi di belakang punggung Dong Joo.
Ada yang menelepon Dong Joo. Ia mengabaikannya dan berkata pada Presdir kalau mereka harus membahas rencana pemasarannya. Presdir menyuruh Dong Joo menjawab telepon dulu.
Dong Joo menjawab teleponnya, ia meletakan ponsel di telinganya, “Ya ini Cha Dong Joo!”
“Aku tahu kau Cha Dong Joo, aku Bong Woo Ri!” ujar si penelepon.
“Ya aku mengerti akan kuurus nanti!” sahut Dong Joo.
“Mengurus apa?” Woo Ri sudah tiba disana. “Tak puaskah kau dengan memecat ayahku? Jadi kau akan mengurusku juga? Orang-orang memujimu lalu kenapa kau mengganggu keluargaku?”
Dong Joo akan maju tapi Joon Ha melarang, ia yang akan bicara dengan Woo Ri.
“Dokter Jang Joon Ha juga ada disini. Bukankah sudah kukatakan kalau kau mengganggu keluargaku aku akan menuntutmu!” Woo Ri emosi.
“Bagaimana bisa masuk? Mana petugas keamanan!” presdir Choi marah
Woo Ri menatap Presdir Choi, “Kenapa? Apa kata-kata yang selalu kau ucapkan ‘seret dia keluar sekarang’ akan kau ucapkan lagi? menyeretku keluar. Aku sudah siap!”
“Kau. Kau siapa?”
“Aku Bong Woo Ri. Kebakaran Woo Kyung waktu itu, kau sudah membu...”
“KELUAR!” potong Dong Joo dengan suara keras.
Woo Ri memandangnya,
“Keluar!” Dong Joo memelankan suaranya.
“Cha Dong Joo, kau sudah berubah!” ujar Woo Ri.
Dong Joo menarik lengan Woo Ri tapi Woo Ri menepisnya. Woo Ri melempar sesuatu ke wajah Dong Joo, “Cha Dong Joo apa yang membuatmu menjadi seperti ini? Walaupun aku membenci Woo Kyung tapi aku tak membencimu. Lalu aku mendengar tentang ayahku. Apa salah ayahku hingga kau memecatnya?”.
Woo Ri mengambil nafas, dan melanjutkan “Kalau kau pura-pura tak mengenaliku bagiku tak masalah. Tidak apa-apa jika kau pura-pura tak mengenaliku. Tapi jangan mengganggu keluargaku, aku bukan anak kecil yang dulu lagi. Karena kalian aku kehilangan ibuku dan Kakak-ku. Ayahku diberhentikan tanpa alasan. Aku tak akan berhenti sampai keadilan ditegakkan!”
Petugas keamanan datang dan memaksa Woo Ri keluar.
“Lepaskan aku belum selesai bicara!” Woo Ri meronta.
Dong Joo meminta petugas keamanan melepaskan Woo Ri. Ia menatap tajam ke Woo Ri, “Aku.... Tidak mengenalmu. Karena itu jangan mencariku lagi, tak ada gunanya menemuiku. Kalau kau sudah selesai, pergilah!”
Dong Joo kemudian pergi meninggalkan Woo Ri yang berlinang air mata. Joon Ha menatapnya.
Dir Kang menarik putrinya pergi.
... ... ...
Di ruangannya Presdir marah-marah, “Apa kata para Direktur melihat semua ini?”
“Aku perlu sesuatu makanya aku berbohong, dia marah pada masalah kecil!” Dong Joo meminta ayahnya melihat apa pipinya merah karena lemparan benda dari Woo Ri tadi. Presdir tak mempedulikannya.
Setelah amarahnya lumayan reda, presdir ingin tahu kenapa selama 5 tahun ini Dong Joo tak mengatakan rencananya.
“Aku ingin memberi ayah kejutan. Setelah aku pergi selama 16 tahun ini adalah hadiah atas kembalinya diriku!”
“Lalu apa kau akan terjun dalam dunia bisnis seperti ini?”
“Karena aku sudah memulainya, aku tak akan berhenti sampai selesai. Karena aku anakmu, kau percaya padaku kan?”
“Aku akan mempertimbangkannya.”
“Terima kasih. Aku berjanji akan bekerja keras.” Ujar Dong Joo dan segera beranjak meninggalkan ruangan.
Setelah Dong Joo keluar, Presdir Choi menatap marah, meremas kertas dan membantingnya.
... ... ...
Dong Joo mencari Woo Ri, Ia melihat Woo Ri berdiri di depan aquarium besar yang berada di lobi kantor Woo Kyung. Dong Joo akan menemuinya tapi ia melihat Joon Ha menghampiri Woo Ri.
Joon Ha ingin bicara sebentar dengan Woo Ri. Tapi Woo Ri mengacuhkannya dan berjalan pergi.
Min Soo lari-lari ia melihat Joon Ha lalu mengejar Woo Ri, “Bong Woo Ri adikku!” Ia mengajak Woo Ri pergi.
Woo Ri ingin pulang karena tak ada yang perlu ia bicarakan dengan Min Soo.
“Aku memang tidak ingin membicarakan sesuatu. Aku cuma ingin mengajakmu makan.”
... ... ...
Presdir Choi meminta Dir kang memimpin proyek kosmetik yang dijalankan Dong Joo. Dir Kang menolaknya. Presdir tanya kenapa. Dir kang mengatakan kalau Presdir lah yang memulai ini lebih dulu, “Kau yang harus bertanggung jawab. Kau yang mengerjakan!”
Dir Kang tak bisa melakukannya. “Kau lah yang memulai ini lebih dulu. Kau yang harus bertanggung jawab. Kau yang mengerjakan!”
“Kenapa kau seperti ini. Apa kau berpihak pada Dong Joo? Apa kau tahu apa yang kau lakukan dimasa lalu?”
“Apa kau sudah lupa? Aku pemegang saham Woo Kyung. Kenapa aku harus selalu menuruti perintahmu. Kau menghianati Presdir yang dulu dan aku bekerja keras menyelamatkan uangku sendiri! Kenapa harus kugunakan uangku untuk pekerjaan ini?” Dir Kang mengeraskan suaranya.
Shin Ae tiba-tiba masuk.
Dir Kang kembali berkata “Bukankah kita hidup demi uang? Aku tak akan melakukannya!” Dir Kang langsung keluar.
Shin Ae terkejut dengan sikap Dir Kang, “Apa orang tua itu sudah gila? Kenapa kau diam saja? Pecat dia!”
... ... ...
Ny Tae menerima telepon ia merasa Dong Joo bisa memulai proyeknya karena beberapa direktur menyukainya,
“Nyonya!” Shin Ae tiba-tiba masuk ke ruangan Ny Tae. Ny Tae menutup teleponnya. “Apa alasanmu kesini?”
“Kurasa aku akan senang kalau menjadi sekertaris di sini. Mulai sekarang aku akan selalu di sampingmu, bisa kan? Aku akan mengerjakan hal-hal yang sederhana saja!”
“Baiklah. Kalau itu maumu, lakukanlah!” ujar Ny Tae.
Ny Tae mengajak Shin Ae keluar, ia ingin berbelanja untuk putra-putranya.
“Apa untuk Joon Ha juga? Aku tak suka dengan kehadirannnya? Jangan terlalu dekat dengannya!”
Ny Tae tersenyum, “ Kata-katamu itu, suamkiku juga pernah mengatakannya.”
“Benarkah? Lihatlah pendapat orang-orang selalu sama tentang dia!”
“Kau sendiri, kapan anakmu akan kembali? Aku ingin bertemu sekali-kali. kalau dia mirip denganmu, dia pasti tampan!”
Shin Ae cuma menimpalinya dengan senyum ‘klejingan’, karena sampai sekarang dia tidak tau dimana Ma Roo berada.
... ... ...
“Bibi berikan kami alkohol lagi!” teriak Min Soo.
Woo Ri dan Min Soo masih di kedai minum, keduanya sudah mabuk.
“Ayahnya mengancam akan menghapus namaku dari daftar silsilah” ujar Min Soo.
“Aku menuliskan nama ayahku didaftar silsilah.”
“Adik, kenapa kisah kita begitu mirip!” (mirip apanya? Hahaha... mabuk bener nih orang). “Ini semua karena Cha Dong Joo. Aku seorang dokter tapi dia menyeretku ke bisnis kosmetik!”
“Kak. Karena si brengsek Cha Dong Joo aku ingin jadi pianis.
“Kalau itu maumu kau hanya akan berlatih, berlatih, dan berlatih!”
Keduanya terus minum.
“Tapi yang terparah adalah Jang Joon Ha!” sambung Min Soo. “Dia itu benar-benar biang kerok, membuat masalah itu hobinya. Di Amerika aku seharusnya menjadi pacar Joon Ha. Tapi Cha Dong Joo... tidak!”
“Apa yang kau katakan? Dia itu dokter yang baik!” Woo Ri menepuk dahinya. “Jadi Dong Joo itu adik Joon Ha, mereka sama saja. Jangan sebut nama itu aku bisa gila. Beraninya dia memecat ayahku, si brengsek Cha Dong Joo!”
... ... ...
Dong Joo sampai di rumah, ia langsung memberi makan ikan-ikannya.
Dong Joo memperlihatkan wajahnya yang terkena lemparan benda Woo Ri pada ikan-ikan tersebut, “Lihatlah wajahku apa terluka? Lihat ini!”
Si ikan terus berenang.
“Apa kau tahu betapa sakitnya? Mulai hari ini aku sibuk, aku tak bisa memberi makan kalian!”
“Dia bahkan tak tahu apa-apa!” lanjut Dong Joo.
... ... ...
Woo Ri menyandarkan kepalanya ke meja ia mendesah, “Dia bahkan tak tahu apa–apa.”
Min Soo mengangkat telpon, dan berbicara ngawur, “Aku? Aku bermimpi. Mimpi. Aku mengambil mantel dokter? Periset itu mantel putih lagi?”
“Ibuku juga memakai baju putih!” Timpal Woo Ri (haha... sama-sama sakau)
Min Soo terus bicara ngawur dengan si penelpon.
“Hei, hei apa yang kau katakan. Berikan ponsel itu ke Woo Ri. Katakan dimanakalian? Mana Woo Ri? Dasar kuntilanak pemabuk!” umpat Seung Chul kesal (rupanya dia yang menelpon Woo Ri dan Min Soo yang mengangkatnya)
“Hei gadis gila! Woo Ri itu tidak bisa minum alkohol. Dari awal aku sudah tahu kau itu tak bisa dipercaya. Cepat berikan ponselnya pada Woo Ri!”
Min Soo tak mengindahkan, ia kembali ngelantur, “Adik aku punya mimpi... apa mimpimu?”
“Mimpiku? Mimpiku ah... kau tak tahu. Setiap hari aku sibuk, aku berfikir menyerah menyerah. Aku menyerah saja, aku tak tahu lagi harus bagaimana!” Woo Ri kemudian melihat Min Soo sudah tak sadarkan diri. Ia langsung pindah duduk di samping Min Soo. “Dingin, dingin.” Woo Ri menggosok-gosok tubuh Min Soo. Ia mengambil beberapa tisu dan menyelimuti Min Soo dengan tisu dari mulai bahu, kepala. “Tidurlah tidurlah!” (jiakakaka....)
Woo Ri kemudian menundukan wajahnya ke meja.
“Ayo pergi sekarang!” ucap seseorang sambil menepuk bahu Woo Ri.
Woo Ri mendongak melihat siapa yang datang, rupanya Joon Ha.
Joon Ha membangunkan Min Soo, “Apa kau bisa bangun?”
Woo Ri langsung menempelkan telunjuknya ke mulut Joon Ha meminta diam. Woo Ri mengambil segelas lagi dan akan meminumnya tapi Joon Ha menahannya.
“Berhentilah jangan minum lagi. Ayo kita pergi!” Joon Ha meletakan gelas Woo Ri.
Woo Ri menatap Joon Ha, “Kakak. Kak Ma Roo!” Ia kemudian menunjuk Joon Ha, “Kak Ma Roo satu!” Lalu Woo Ri menunjuk ke orang yang di sebelah, “Kak Ma Roo dua!” ia menunjuk orang lain, “Kak Ma Roo tiga, empat lima!” (stresss...)
Woo Ri semakin lemas ia menyandarkan kepalanya ke bahu Min Soo. Joon Ha hanya memandangnya.
Joon Ha kemudian menerima telepon dari ibunya. Ia berkata kalau ia tengah menjemput Min Soo yang mabuk berat. Ny Tae mengira Dong Joo tengah bersama Joon Ha.
“Ibu aku bersama gadis itu juga!” sahut Joon Ha jujur.
“Gadis siapa?”
“Bong Woo Ri. Dia datang ke kantor. Dia marah pada Dong Joo karena ayahnya dipecat!”
“Benarkah? terima kasih informasinya!”
... ... ...
Young Gyu lari-lari ke taman malam-malam, ia melihat Dong Joo duduk melamun di depan rumah. Young Gyu langsung lari menghampiri.
“Apa kau menungguku?” Young Gyu mengarahkan senter ke Dong Joo.
“Tidak, aku sedang bekerja!” sahut Dong Joo.
“Tidak, kau seperti ini!” kata Young Gyu memperagakan posisi duduk melamun. “Kau sedang menunggu. ini bahasa kode, bahasa kode. Woo Ri putriku yang mengajarinya!” Young Gyu memperagakan beberapa bahasa isyarat.
Dong Joo mengacuhkannya. Ia akan masuk ke rumah.
“Cha Dong Joo, aku salah aku salah. Kau marah karena aku datang terlambat? Waktu itu kita berjanji akan bertemu besok. Sekarang sudah jam 12 berarti sekarang ini adalah besok, apa kita akan main?”
Dong Joo melihat tangan Young Gyu terluka, “Tanganmu kenapa?”
“Tidak.. tidak.. setiap memetik bunga tanganku lecet, tidak sakit karena aku menyukai bunga!” Young Gyu menyembunyikannya dan tertawa.
Dong Joo mengajak Young Gyu masuk ke rumah.
Young Gyu melihat ikan-ikan di aquarium Dong Joo, ia mulai menghitungnya, “Satu dua tiga empat!”
Dong Joo membawa kotak P3K dan Joo mengobati luka Young Gyu.
“Apa saja nama ikan-ikan itu, karena semua orang harus punya nama. Bong Young Gyu. Cha Dong Joo, Bong Ma Roo, Bong Woo Ri, Ibu, Mong Goon, Seung Chul, Ibunya Seung Chul, Manajer, Bunga mawar, Melati. Semua punya nama!”
“Mereka belum memiliki nama.”
“Mereka cantik-cantik!”
“Apa kau menyukai ikan?” Tanya Dong Joo.
“Ya aku suka ikan, aku suka bunga, aku suka pohon, aku suka katak, aku suka yang ada di taman botani!”
“Apa yang kau tak suka? Sesuatu yang kau benci!”
Young Gyu berfikir “Tidak ada, ia menyukai semuanya.”
“Apa benar tak ada? Kau tak membenci siapapun? Tak seorang pun?”
“Ya aku tak membenci siapapun. Aku menyukai semua orang!” kemudian ia teringat sesuatu ada yang ia takuti. “Api. Aku takut dengan api. Pabrik itu. Orang yang kuberi kimchi di rumah Shin Ae. Aku jadi ingat, aku benci api!”
Dong Joo tahu yang dimaksud adalah pabrik Woo Kyung.
Dong Joo selesai mengobati tangan Young Gyu.
“Apa yang paling kau takuti? Young Gyu ingin tahu apa yang paling Dong Joo takuti.
“Aku takut gelap. Dalam gelap aku tak bisa melihat apa-apa, aku tak bisa mendengar. Aku jadi frustasi. Itulah kenapa aku takut kalau aku menutup mataku!”
“Ya. gelap itu menakutkan.”
Karena sudah larut, Dong Joo akhirnya meminta Young Gyu pulang
... ... ...
Joon Ha mengantar pulang Woo Ri yang sudah mabuk berat. Woo Ri tertidur di mobilnya. Ia membangunkan Woo Ri tapi Woo Ri tertidur pulas. Joon Ha melihat jam tangan yang terus dibawa Woo Ri kemana-mana. Woo Ri menaruh jam tangan itu di tas gendongnya.
Tak jauh dari sana, Dong Joo terlihat keliling mencari rumah Young Gyu. Ia bermaksud mengembalikan senter Young Gyu yang ketinggalan. Ia akhirnya melihat Joon Ha menggendong Woo Ri yang tertidur. Terbanyang dalam ingatannya Ma Roo menolak mengakui Mi Sook kecil sebagai adiknya ketika Ma Roo mengambil berkas beasisiwa dulu. Ketika Woo Ri masuk ke pesta perayaan Woo Kyung Woo Ri mengira dirinya adalah Ma Roo. Kemudian tatapan sedih Joon Ha ketika melihat Young Gyu menangis menggambarkan wajah Ma Roo. Dan juga ketika Joon Ha bicara jujur mengenai situasi keluarganya.
Tapi kini dia melihatnya mengantar Woo Ri pulang bahkan menggendongnya.
Woo Ri menangis dalam tidur di punggung Joon Ha, “Kakak!” ucapnya. “Kakak!” Woo Ri terus mengucapkannya membuat hati Joon Ha sedih.
Joon Ha mendudukkan Woo Ri di dekat tangga. Ia akan menekan bel rumah Tn Lee tapi tak jadi dilakukannya, ia ikut duduk di samping Woo Ri yang tertidur.
Melihat Woo Ri duduk tertidur ia ingin menyandarkan kepala Woo Ri ke bahunya, tapi niat itu ia urungkan.
Sesaat kemudian kepala Woo Ri bersandar dengan sendirinya ke bahu Joon Ha. Joon Ha tak menghindar, ia membiarkannya.
... ... ...
Bel rumah berbunyi. Tn Lee yang membukakan pintu.
Sejurus kemudian, Tn Lee sudah menggendong Woo Ri masuk kamar Woo Ri diikuti oleh seisi rumah, mereka mendapati Seung Chul yang sedang tidur disitu (hehe... dia kecape’an nunggu Woo Ri)
“Apa yang kau lakukan disini?” Ny Lee berusaha membangunkan Seung Chul.
Tn Lee akhirnya meletakkan Woo Ri dan kemudian menyelimutinya.
... ... ...
Young Gyu terlihat tidur di samping Woo Ri. Nenek masuk dan bermaksud menyuruh Young Gyu pindah tidur.
Nenek kemudian melihat ke arah Woo Ri, “Gadis bodoh. Alkohol itu bukan untuk anak-anak seperti dirimu. Dia bahkan tak tahu sopan santun, ayahnya jadi tidur di lantai!”
Nenek lalu menarik selimut Woo Ri sampai menyelimuti Young Gyu.
... ... ...
Esok paginya.
Dong Joo berteriak memanggil Joon Ha yang masih tidur di kamarnya, ia sampai menggedor jendela kamar, “Kak. Kakak!”
Joon Ha terbangun dan panik ia langsung keluar kamar.
Dan, sroooootttttt ... ...
Dengan isengnya Dong Joo menyiram Joon Ha dengan selang penyiram tanaman. Setelahnya Dong Joo melemparkan sarung tangan baseball, “Ayo main!”
“Awas kau!” sahut Joon Ha.
Keduanya tertawa. Dong Joo melempar bola baseball dan Joon Ha belum siap menangkapnya.
“Kubilang ayo main. Kenapa? Apa kau takut? Kau takut kalah?”
“Kau. Dasar kau!” Joon Ha mengejar adiknya. Dong Joo terus menyiramkan air ke tubuh Joon Ha. Keduanya saling menyiram air (sama seperti waktu mereka waktu kecil).
Kini Keduanya tiduran di rumput. Dong Joo melempar-lempar bola baseball-nya.
“Sulit!” ucap Joon Ha. Dong Joo tak mengetahui kakaknya bicara.
Joon Ha kemudian membetulkan posisinya, meminta Dong Joo memperhatikan gerak bibirnya.
“Sulit! Kau sudah tak berusia 14 tahun lagi!” ujar Joon Ha.
“Waktu kita bertemu, kau berusia 14 tahun kan?”
“ Benar.”
Dong Joo duduk, “Tapi karena aku, kau belajar manajemen keuangan. Kau juga jadi dokter!”
“Memangnya kau dokter juga?”
“Sebenarnya kau sanggup menjadi kedua-duanya. Tidak sepertiku yang hanya bisa mengerjakan satu pekerjaan dalam satu waktu.
Ketika mengemudi aku tak bisa bicara melalui telepon. Aku bisa bicara tapi aku tak bisa mendengar. Ketika memandang langit seperti ini, aku tak bisa berbincang-bincang denganmu.
Aku mungkin bersikap seakan tak mengenal Bong Woo Ri. Aku tak bisa minta maaf padanya. Tapi kau bisa melakukan keduanya sekaligus. Menjadi kakak Cha Dong Joo dan menjadi kakak Bong Woo Ri.”
“Apa kau mengajakku kesini hanya untuk mengatakan itu?”
“Apa?” Dong Joo tak melihat dengan jelas Joon Ha bicara. “Katakan sekali lagi!”
“Apa kau sudah menyiapakan materi konferensinya? Tinggal dua hari lagi!” kata Joon Ha mengalihkan pembicaraan dan langsung berdiri.
“Tidak, tadi kau tidak mengatakan itu. Apa yang tadi kau katakan, Kak?”
... ... ...
Keduanya jalan bersama dan saling melempar bola.
Joon Ha melihat Manajer Taman dan ayahnya (Young Gyu) tak jauh dari tempatnya. Dong Joo tak menyadari keributan itu.
“Sudah kubilang kau dipecat. Berulang kali kau kusuruh pergi!” manajer taman mengusir Young Gyu.
“Sekarang sudah besok. Ibu bilang aku bisa ke taman botani.”
“Memanganya ibumu pemilik tempat ini?” bentak Manajer. “Pemilik tanah ini tak mau menemuimu!”
“Kenapa tak mau menemuiku? Siapa pemiliknya?”
Woo Ri melihat ayahnya. “Bukankah aku sudah meminta ayah di rumah saja” Woo Ri sebal.
Woo Ri kemudian melihat Dong Joo dan Joon Ha bermain lempar bola dengan senang. Woo Ri menatap sinis, “Sekumpulan kotoran semut!” sahutnya. “Kau kasar sekali Cha Dong Joo!” lanjutnya.
... ... ...
“Woo Ri kenapa aku dipecat. Kenapa pemiliknya tak menyukaiku. Aku salah aku salah jangan memecatku!”
“Ayo pulang. Jangan kembali lagi ke taman!” Woo Ri menarik ayahnya. “Siapa yang menyuruh ayah datang? Pemiliknya tidak menyuruh ayah datang!” Woo Ri memandang ke belakang, ke arah Dong Joo dan Joon Ha dengan tatapan kesal.
... ... ...
Sesampainya di rumah, Young Gyu masih ngotot ingin kembali ke taman.
“Ayah, kalau ayah masih seperti ini aku tak akan memanggil ayah dengan sebutan ayah lagi, aku akan memanggil sebutan bayi.”
“Jangan jangan aku ayahmu aku ayahmu!” Young Gyu memohon sambil mengernyitkan dahi.
“Tapi kenapa Ayah seperti bayi, tidak mendengarkanku? Ketahuilah, pemiliknya sudah ganti.
Pemilik sekarang sangat menakutkan.”
“Aku tahu, aku tahu, tapi bagaimana kalau Ma Roo datang?”
(soalnya taman itu dulunya tempat rumah Young Gyu, jadi ia merasa kalau Ma Roo kembali, pasti akan menuju tempat itu)
“Aku yang akan menemuinya, jadi jangan datang lagi ke taman botani. Apa ayah mengerti?”
“Aku mengerti kalau pemiliknya menakutkan, orang yang kuberi kimchi di rumah Shin Ae, kebakaran itu, kalau bunga terbakar tak akan mekar. Bagaimana ini, aku harus ke taman kalau terbakar bunganya tak akan mekar!” Young Gyu masih bersikeras.
“Baiklah mulai sekarang ayah akan kupanggil bayi!”
“Tidak tidak tidak. Aku salah, aku salah, tapi aku..... t-t-t-a-a-a-maann. Aku tak akan pergi, aku tak akan pergi!”
... ... ...
Seung Chul yang tadi mendengar percakapan Woo Ri dan ayahnya, kini melamun di luar rumah. Ia sedang memikirkan sebuah cara.
Tn Lee datang menghampiri diikuti istrinya yang mulai mengomel tentang sesuatu.
Seung Chul tiba-tiba bangkit dan berlutut di hadapan kedua orang tuanya, “Ayah Ibu...”
Kedua orang tuanya saling memandang tak mengerti.
“Kalian sudah bersusah payah membesarkanku, kalian pasti sudah sangat lelah. Mulai sekarang, aku akan membantu kalian berdua dan mengerjakan apapun yang kalian perintahkan!”
Paman dan Ny Lee hanya langsung mengerti maksud putranya, “Berapa banyak?” Ujung-ujungnya pasti uang. (haha...)
“300rb won!” jawab Seung Chul.
Ny Lee sudah hafal dengan sikap putranya, dia hendak meninggalkan Seung Chul.
“Ibu haruskah aku mencuci pakaian? Menyapu? mencuci piring? Katakan saja. Hari ini semua yang kalian suruh akan kukerjakan!” rayu Seung Chul.
“Kalau begitu goreng ayamnya!” sahut ibunya cepat.
“Ibu apa saja selain itu. apa saja akan kulakukan selain itu! Ibu aku ini anak laki-laki yang penuh mimpi, aku harus mencari uang. Aku harus mencari uang dan mengalahkan si Cha Dong Joo.”
“Dari pada mengurusi kehidupan orang lain lebih baik urus dirimu sendiri. Kau kan sudah punya pekerjaan. Setiap hari kerjamu hanya mengikuti Bong Woo Ri. Aku bingung dan ingin mati rasanya. Cha Dong Cha atau apapun lupakan dia dan sekarang goreng ayamnya. Baru kuberikan 300 ribu won!”
Tn Lee langsung mengangkat tangan, menyatakan bersedia menggoreng ayam untuk uang 300 ribu won.” (qeqeqe...)
... ... ...
Dong Joo dan Joon Ha mempersiapkan lounching produk kosmetiknya.
“Boss!” panggil karyawan Dong Joo. Joon Ha menarik Dong Joo pelan ke arah karyawan itu.
Karyawan itu memberikan telepon untuk Dong Joo dari perwakilan koran Daehan yang ingin bicara dengan Dong Joo. Joon Ha mengambil telepon dan ia yang menjawabnya, “Ya ini Cha Dong Joo!” ucap Joon Ha mewakili Dong Joo dan pergi menghindar.
Dong Joo berdalih pada karyawannya kalau suara kakaknya lebih bagus dari pada suara dirinya.
Min Soo dan Ny Tae sedang mengontrol pencahayaan. Min Soo meminta team lighting mematikan lampunya sebagian.
Ny Tae mencari-cari Dong Joo, ia khawatir karena Dong Joo takut akan gelap. Ia melihat putranya sendirian, “Joon Ha dimana kau?”
Ruangan pun menjadi gelap.
“Tunggu sebentar tunggu sebentar!” ucap team lighting, sepertinya mereka mematikan semua lampu.
Dong Joo celingukan ia mulai panik berada di dalam kegelapan, ia tak mendengar atau melihat apapaun. Samar-samar ia melihat bayangan.
“Kak!” panggil Dong Joo. Ia mulai ketakutan “Kakak. Kak Joon Ha. Kak!” Dong Joo mengeraskan suara panggilannya.
Lalu ada yang menyentuh badan Dong Joo, ternyata Joon Ha.
“Apa kau tak apa–apa?”
Dong Joo langsung memegang lengan Joon Ha erat-erat. Dan akhirnya lampu pun menyala.
Dong Joo masih memegang erat tangan Joon Ha, kepanikan dan ketakutannya belum hilang.
Ny Tae terlihat cemas melihat keadaan Dong Joo.
... ... ...
Joon Ha membawakan air minum untuk Dong Joo. Dong Joo mengambilnya dengan lemas lalu segera menenggaknya.
Plop!!
Joon Ha iseng memukul bawah botol hingga menumpahkan airnya.
Dong Joo memperlihatkan wajah kesal.
“Kenapa kau terkejut?” Joon Ha tersenyum.
“Dalam kegelapan aku tak bisa beradaptasi!” Dong Joo lalu kembali mengangkat botol dan mengarahkan ke mulutnya.
Joon Ha bersiap untuk mengisengi adiknya kedua kali. Dong Joo waspada.
“Janga khawatir tak akan terjadi lagi!” sahut Joon Ha puas
“Awas kalau kau melakukannya sekali lagi!” Dong Joo kemudian segara meminum airnya setelah merasa aman. Dan,
Plop!!
Joon Ha kembali memukul bawah botolnya.
“Ha ha ha...! Joon Ha tertawa puas.
“Cha Dong Joo!” teriak Seung Chul datang tiba-tiba. (pakai jacket merah, terlihat bersinar)
“Apa itu kau?” tanya Seung Chul pada Joon Ha. “Atau Kau kah itu?” Seung Chul beralih pandang ke Dong Joo.
(Seung Chul belum tahu yang mana Cha Dong Joo)
Dong Joo dan Joon Ha berpandangan membuat Seung Chul makin emosi, “Mana diantara kalian yang bernama Cha Dong Joo!”
Dong Joo langsung berdiri, “Ada masalah apa?”
Seung Chul melempar amplop berisi uang. “Ini 3 juta won harga lukisan yang kau beli dari Bong Woo Ri. Membunuh ibunya, membuat kakaknya lari dari rumah, membohonginya, memecat ayahnya dari pekerjaannya, lalu berikutnya apa lagi?... Apa lagi?” teriak Seung Chul.
“Biarpun kau kaya raya, tapi kehidupannya... kehidupan Bong Woo Ri.... Kalau kau hidup dengannya sehari saja kau tak akan berbuat seperti ini. Sekali lagi kau membuat Bong Woo Ri menangis. Gadis itu mungkin tak apa-apa, tapi aku tak akan diam saja. Ini adalah batas toleransiku.” lanjut Seung Chul. Ia langsung pergi setelahnya.
... ... ...
Dong Joo pulang ke rumah ia melihat Young Gyu berdiri di depan pagar.
Young Gyu jongkok dan menggambar bunga di tanah.
“Tuan Bong Young Gyu!” panggil Dong Joo dengan helm senter yang menyilaukan Young Gyu.
Young Gyu kemudian mengatakan kalau ia tak boleh ke taman lagi, jadi ia tak bisa bermain dengan Dong Joo, “Aku minta maaf!”
... ... ...
Young Gyu sampai di rumah, ia mengenakan helm senter milik Dong Joo tadi. Ia menatap foto keluarganya, “Mi Sook, kau tak usah khawatir. Besok aku akan ke taman botani. Aku bisa diandalkan.”
Lalu senter itu mengarah ke foto Ma Roo, “Ma Roo ayah akan ke taman botani. Ayah akan selalu menunggumu!”
Lalu senter itu mengarah ke foto Ma Roo, “Ma Roo ayah akan ke taman botani. Ayah akan selalu menunggumu!”
(jadi maksudnya Young Gyu boleh kerja lagi apa ya?)
... ... ...
Ny Tae berziarah ke makan ayahnya.
“Ayah aku tak bisa menolongmu tapi aku bisa membuat harapanmu menjadi kenyataan. Dong Joo yang sangat kau cintai lindungilah dia!”
... ... ...
Acara peluncuran produk dimulai. Dong Joo berdiri dipodium.
Dong Joo memperkenalkan diri sebagai pemimpin Energy Cell, ia juga menyebutkan nama Min Soo, Kim Bi dan rekan lainnya dalam satu tim.
“Tak hanya anda tapi seluruh dunia akan bahagia. Aku akan mengambil alih masa depan Woo Kyung.” Dong Joo mengakhiri sambutannya.
Semua tepuk tangan meriah.
Dong Joo berdiri diantara produk kosmetiknya
Para tamu kemudian memberi ucapan selamat pada Dong Joo selaku pimpinan proyek Energy Cell.
Joon Ha terlihat terus mendampingi adiknya selama acara.
“Kau keren!” ucap Min Soo. “Apa kau tak apa-apa?” Min Soo melihat wajah Dong Joo mulai pucat.
Dong Joo mengangguk. Joon Ha mulai mencemaskan kondisi Dong Joo.
... ... ...
Woo Ri tanya dimana ayanya.
“Dia tidak disini mungkin pergi ke taman botani!”
“ Apa?”
“Ayahmu bilang kalau dia akan memasak nasi yang enak dan anehnya lagi ia juga mencari makanan ikan.”
(Jangan-jangan Young Gyu diterima kerja lagi, tapi tidak sebagai pekerja taman. Masalah besar yang Dong Joo katakan pada Young Gyu tadi malam mungkin maksudnya adalah tidak ada yang memberi makan pada ikan-ikanya, karena itu mungkin dia meminta Young Gyu yang bertugas member ikan-ikanyan makan)
... ... ...
Young Gyu terlihat membersihkan kolam, “Mi Sook aku punya teman seprti Mi Sook, bukan Ma Roo tapi Cha Dong Joo. Usianya sama denganmu. Tapi dia tak tahu bahasa isyarat. Apakah aku harus mengajarinya?”
... ... ...
Dong Joo sampai di rumah, tangannya gemetaran.
Joon Ha menelepon, “Apa kau baik-baik saja? Kau kelelahan?”
“Jangan perlakukan aku seperti pasien. Kau tahu aku tak bisa minum alkohol. Acaranya sudah tidak asyik lagi, makanya aku pulang!” Dong Joo menutup teleponnya ia beralasan akan pergi mandi.
Bel rumahnya berbunyi. Dong Joo melihat itu dari jam tangannya. Dong Joo membuka pintu dengan langkah sempoyongan.
Bel rumahnya berbunyi. Dong Joo melihat itu dari jam tangannya. Dong Joo membuka pintu dengan langkah sempoyongan.
Pintu ditarik dari luar oleh Woo Ri, “Mana ayahku?”
Dong Joo tak menjawab. Ia berusaha melihat apa yang diucapkan Woo Ri.
Woo Ri berteriak lagi mana ayahnya.
“Ayah! Ayah!” Woo Ri masuk ke rumah Dong Joo dan berteriak memanggil ayahnya.
Pandangan Dong Joo mulai kabur ia tak melihat jelas. “Tak bisa kah kau pergi?”
“Memangnya kau siapa mempekerjakan ayahku? kau pecat dia lalu kau beri dia pekerjaan!”
“Nanti saja bicaranya. Pergilah!” ucap Dong Joo lemas.
“Hey Cha Dong Joo!” teriak Woo Ri.
“Pergilah!” perintah Dong Joo pelan. Ia berjalan lemas dan kakinya tidak lagi mampu menopang tubuhnya. Ia pun tergeletak di lantai.
“Hey ada apa denganmu?” Woo Ri terkejut melihatnya.
Dong Joo memejamkan matanya tak bergerak.
Woo Ri mendekat, “Hey Cha Dong Joo!” Woo Ri sambil menguncang-guncangkan tubuh Dong Joo, panik.
Dong Joo membuka matanya perlahan.
“Cha Dong Joo apa kau terluka? Apa kau sakit?”
Dong Joo melihat kepanikan di wajah Woo Ri. Ia berusaha mengamati apa yang diucapkan Woo Ri.
“Apa kau tak mendengarku? Apa kau tak mendengar suaraku? Apa kau tak bisa mendengarku?”
“Apa kau tak mendengarku? Apa kau tak mendengar suaraku? Apa kau tak bisa mendengarku?”
Dong Joo langsung menarik tubuh Woo Ri ke dalam dekapannya.
Woo Ri terkejut, tak menyangka Dong Joo akan melakukan hal itu.
Dong Joo memejamkan mata mengingat masa lalunya dengan Woo Ri ketika berada di bawah pohon besar dan tentang Woo Ri yang mengajarinya mendengar melalui suara hati dengan menutup kedua telinga.
Air Mata Dong Joo menetes, “Suaramu!” sahutnya pelan sambil terus mendekap erat Woo Ri.
“Aku bisa mendengarnya!
Suaramu....
Aku mendengar, Suaramu … …
Aku mendengar, Suaramu … …
Aku mendengar,Suaramu ... ...”
(Wee... melting...)