Cari Blog Ini

Selasa, 04 September 2012

Sinopsis Drama ‘Can You Hear My Heart’ episode 9 @ Indosiar

Sinopsis Drama ‘Can You Hear My Heart’ episode 9 @ Indosiar [teks Indonesia]
[web/page ringan, bisa dibuka di Ponsel/HP]



<< … episode sebelumnya

“Maafkan aku Woo Ri!” ucap Joon Ha sekali lagi dengan tangis yang hampir pecah.
Tentu Woo Ri terkejut mendengar ucapan Joon Ha.

“Maafkan aku Woo Ri!” Joon Ha kembali mengucapkannya dengan mata berkaca-kaca, “Aku sedang menggantikan Ma Roo. Karena aku sudah mendengarmu bicara pada Ma Roo, sekarang aku akan bicara sebagai Bong Ma Roo. Kakakmu mungkin akan menjawab seperti ini ‘maafkan aku’ aku tak bisa berkata-kata apapun selain… selamat tinggal!”
Joon Ha langsung kembali ke mobil dan tancap gas meninggalkan Woo Ri. Joon Ha melihat Woo Ri melalui kaca spion mobilnya dengan tatapan sedih. Ia kemudian dan menelepon ibunya,  meminta jangan tidur dulu dan menunggunya. Ia akan membawakan es krim.

… … …
“Kau tahu jam berapa ini?” omel Seung Chul Karen Woo Ri pulang terlambat.
Young Gyu meminta jangan berisik dan memperlihatkan gambar barunya. Tapi Seung Chul terus ngomel, “Anak gadis pulang selarut ini. Apa yang kau lakukan?”
Young Gyu kembali meminta Seung Chul jangan berisik karena Nenek baru tidur.
“Paman dia tidak pulang naik bus aku sudah menunggu Woo Ri di halte bus tapi Woo Ri datang dari arah yang berlainan, dan dia juga tidak naik taksi!”
Woo Ri berkata pada ayahnya kalau ia akan menjelaskannya besok, ia sudah lelah dan mau tidur.
Seung Chul masih penasaran siapa yang mengantar Woo Ri. Woo Ri menjawab yang mengantar adalah pacarnya Min Soo. Woo Ri langsung masuk kamar

“Maafkan aku Woo Ri. Aku yakin seperti itulah jawaban Bong Ma Roo!” kata-kata itu terngiang-ngiang di kepala Woo Ri. Ia menatap jam tangan Ma Roo.

… … …
Joon Ha makan es krim dengan ibunya. Ny Tae berkata kalau ini mengingatkan dirinya akan masa lalu, “Ketika Dong Joo berada dalam masa sulit kita sering makan es krim lalu sakit perut. Keduanya lalu tertawa bersama.
Ada telepon masuk, dari Dong Joo.
“Bong Ma Roo. Jang Joon Ha. Apa kalian di sana? kau harus meninggalkan ketiak ibu, besok kau harus pergi denganku!”
Joon Ha kembali melanjutkan kencan-nya dengan Ny Tae, ibu angkatnya. Joon Ha menyendokkan es krim untuk ibunya dan berkata kalau hari ini ia teringat ibunya, bahkan ketika di konferensi para dokter.
“Aku merasa beruntung bisa mendapatkan anak sepertimu, Joon Ha”
“Kata-kata ‘kau beruntung’ ibu pernah mengatakan itu padaku. Kata-kata itu enak didengar, aku merasa tersanjung!”
“Bukankah aku dan Dong Joo sudah merasa terhibur? Setiap kali ibu menyerah dengan keadaan Dong Joo hati ibu serasa di tepi jurang ‘ayo kita terjun dan mati bersama’ Tapi karena kau, aku tak seperti itu. kau sudah menolongku dan Dong Joo!”
Joon Ha terharu mendengarnya, “Ibu. Apa ibu tahu kenapa aku menyukai ibu? Ketika bersama ibu aku selalu merasa seperti anak yang baik dan pintar. Itulah kenapa saat terbaiku adalah ketika bersamamu!”
Presdir Choi mengintip dari pintu kamar, ia merasa kesal dengan keakraban keduanya.
Ny Tae melihatnya, Kenapa? Apa kau mencari keturunanmu? anakmu ini akan selalu berada di bawah bayang-bayangku dan Dong Joo!”, gumamnya dalam hati.

… … …
Seung Chul masuk setelan jas yang rapi dan mengajak Woo Ri menjual mobil.  Young Gyu mengamati celana yang dipakai Seung Chul terlihat terlalu ketat. Seung Chul menjelaskan kalau model pakaiannya memang seperti ini. Woo Ri meminta Seung Chul memakai pakaian yang nyaman saja.
“Kalau kau seperti ini kau tak akan ku nikahi!” Seung Chul malah protes balik dengan setelan Woo Ri.
“Siapa yang mau menikah denganmu?” nenek heran.
“Aku tak sudi menikah denganmu?” Balas Woo Ri.
“Paman juga tahu, dulu Woo Ri bilang mau menikah denganku!” ucap Seung Chul lagi.
“Kapan aku mengatakan hal itu?” protes Woo Ri.
Seung Chul langsung merangkul Woo Ri, “Kita serasi kan?”
“Anak brengsek!” Seung Chul langsung menerima tabokan dari Nenek, “Kau mau cari gara-gara dengan cucuku. Dia sudah kubesarkan menjadi cantik seperti ini mana mungkin kuserahkan padamu!”  (hahaha…)

… … …
Di taman, Woo Ri sedang mengerjakan sesuatu dengan Tn Lee yang memakai masker (menyamar jadi Young Gyu)
“Tuan Bong Young Gyu!” panggil Manajer Taman tiba-tiba.
Woo Ri dan Tn Lee panik.
“Hallo apa kabar!” sahut Tn Lee mengikuti logat dan gaya Young Gyu.
Manajer curiga, kenapa tubuh Young Gyu jadi bengkak.
Woo Ri berdalih  itu adalah pakaian yang tebal karena ayahnya sedang terkena flu.
“Obat flu harganya 500 won 500 won!” Tn Lee kembali bertingkah seperti Young Gyu biar Manajer tidak makin curiga.
Manajer masih merasa aneh dan meminta Young Gyu ikut dengannya.
Tn Lee dan Woo Ri makin panik.
Manajer memanggil lagi, kali ini dengan suara lebih keras.
Tn Lee langsung berdiri, “Aku akan ke sana dan bekerja keras!” Tn Lee beralari ke arah yang berbeda. Ia bertingkah seperti Young Gyu kalau lagi kebingungan dengan menepuk dahinya beberapa kali lalu lari.
Manajer marah dan teriak, ia menendang kantong sampah membuat sampah berserakan.

Dong Joo memperhatikannya dari kejauhan.
“Kau orang yang bukan Ma Roo!” Young Gyu asli tiba-tiba muncul belakang Dong Joo.


 Young Gyu memberi hormat, “Apa kabar?”
Dong Joo bingung, sepengetahuannya ayah Woo Ri tadi lari ke arah berbeda tapi kenapa tiba-tiba sudah ada di belakangnya.
Young Gyu kemudian mengajak Dong Joo yang masih kebingungan untuk melihat bunga yang di beri nama Mi Soon.
“Senang bertemu denganmu!” Young Gyu menyapa dan memberi hormat pada bunga Mi Sook. Young Gyu memperkenalkan dirinya pada bunga tersebut, “Namaku Bong Young Gyu!”. Ia kemudian mempersilakan Dong Joo memperkenalkan diri juga.
Dong Joo bengong tapi kemudian ia mengikuti apa yang dilakukan Young Gyu tadi.  “Namaku Cha Dong Joo!” Keduanya memberi hormat sambil jongkok.
Young Gyu berkata kalau ia harus naik bus ke Seoul jadi tak bisa lama-lama disini dan bertanya bisakah bertemu lagi setelah tidur malam. (maksudnya besok)
Dong Joo meng’iya’kan.
“Orang yang bukan Ma Roo ehh, bukan ...” Young Gyu berusaha mengingat nama Dong Joo.
“Cha Dong Joo!” sahut Dong Joo
“Ya Tuan Cha Dong Joo selamat tinggal!”. Ia kemudian memberi hormat pada bunganya. Young Gyu lari-lari sambil menghafal nama Dong Joo, “Cha Dong Joo, Cha Dong Joo, Cha Dong Joo!”

… … …
Woo Ri sedang terburu-buru. Ia kemudian melihat Dong Joo duduk melamun. “Siapa yang kau tunggu?” tanya Woo Ri mengagetkan Dong Joo.
Dong Joo langsung melepas earphonenya. Woo Ri meminta tak usah melakukan itu, “Karena aku yakin kau bukan kakakku. Kalau ayahku bilang bukan pasti bukan!
Tapi...” Woo Ri mendekatkan wajahnya, “Kau sedang memata-matai Woo Kyung kan? Walaupun aku tak tahu IQ-ku berapa, tapi mataku 100% akurat.”
“Aku bukan mata-mata!”  sahut Dong joo, ia kemudian melihat majalah mobil yang dibawa Woo Ri.
Menyadari itu Woo Ri senang dan bertanya pada Dong Joo (dengan panggilan ‘guru hwa’) apa tertarik dengan mobil yang ia jual.
Dong joo menggeleng.
“Bukan bukan maksudku Cha Dong Cha (mobil)!”
Dong Joo bangkit dari duduk ia mendekatkan wajahnya ke wajah Woo Ri. Woo Ri mematung,
“Apa ada orang lain yang bernama Cha Dong Cha?” tanya Dong Joo.
Woo Ri memundurkan wajahnya. Dong Joo langsung pergi.
Woo Ri berusaha menarik Dong Joo untuk membeli mobil lewat dirinya, “Kalau kau punya waktu bagaimana kalau kita minum teh sama-sama!” Ia memperlihatkan gambar mobil yang dibawanya, “Ini mobil hebat warnanya bagus. Warnanya hanya ada di negara kita!” lanjutnya.
Dong Joo tak tertarik dan akan langsung pergi tapi Woo Ri tak melepaskan begitu saja. Ia terus berusaha menarik minat Dong Joo untuk membeli mobil. “Bukankah waktu itu kau mengendarai sepeda? mobil ini cocok untukmu. Untuk kau yang sehat, kuat dan pintar mobil ini cocok untukmu. Kecepatannya 100 mil perjam ini yang terbaik untukmu!”
Dong Joo melihat jamnya, “Aku sedang sibuk”
“Karena itu belilah mobil dariku! Kalau kau setuju, aku akan megantarnya secepat mungkin.” Ia kemudian menyombongkan diri bahwa dia adalah penjual mobil tercepat di perusahaannya dan memiliki secepat kilat. Woo Ri kemudian memperagakan kakinya yang cepat bergerak kesana kemari.
Dong Joo tersenyum melihat tingkah Woo Ri. Ia kemudian berjalan pergi.
Woo Ri sewot “Kalau tidak bisa hari ini, bisakah aku menghubungimu lain waktu? Berapa nomor teleponmu? Namamu?” (Woo Ri belum tahu kalau ini Dong Joo. Woo Ri tahu Dong Joo lewat ponsel tapi belum bertemu langsung mengenalkan nama)
Dong Joo tak mengindahkannya, ia malah mangambil kunci dan menyalakan mobilnya.
Woo Ri terkejut, ternyata Dong Joo sudah memiliki mobil.
“Kotoran semut! Kotoran sapi kotoran kuda kotoran anjing kalau sudah punya mobil kenapa tidak bilang dari tadi dasar kotoran semut!” umpat Woo Ri kesal.
Dong Joo menatap Woo Ri yang masih kesal melalui spion mobilnya dan ia hanya tertawa melihat tingkah Woo Ri.

… … …
Ny Tae dan Joon Ha ada janji olah raga bersama. Ia mengatakan pada suaminya.
“Kata Joon Ha penyakit insomnianya karena kurang olah raga.” Jelas Ny Tae. “Menyenangkan memiliki anak seorang dokter.”
“Berhenti memanggil Joon Ha dengan sebutan anak. Dia membuatku tak nyaman usir dia dari sini!
Kenapa anak itu ada disini padahal Dong Joo tak ada di sini!”
Ny Tae berkata itu karena ia ingin Joon Ha menemani dirinya, lagi pula suaminya tak pernah menawarkan diri untuk menemani dirinya.
“Pelihara saja seekor anjing! Menurutku caranya menempel padamu sudah seperti anjing.”
“Apa maksudmu?” Ny Tae kesal.
“Anak itu selama dia kuliah kedokteran di Amerika dia juga belajar manajemen keuangan. Apa maunya dia? Jelas-jelas dia menginginkan hartamu. Aku kenal betul orang-orang seperti itu. Jangan mudah percaya orang, nanti kau akan menyesal!”
“Ibu!” Tiba-tiba Joon Ha masuk tanpa mengetuk pintu. Ia tak tahu kalau Presdir Choi masih ada di rumah.
Presdir menatap marah atas sikap Joon Ha yang kurang sopan padanya.
Ny Tae kemudian menyuruh Joon Ha menunggunya di luar sebentar.
“Dia sudah berani masuk kamar seenaknya bagaimana caramu mengajarinya?”
Ny Tae mulai membandingkan Joon Ha dengan Shin Ae, “Kau tak mempercayai Shin Ae dan melarangku bergaul dengannya. Tapi selama ini kita bersamanya dan baik-baik saja. Joon Ha juga seperti itu, jangan asal menuduh dia anak yang baik sama seperti Shin Ae!”

… … …
Joon Ha berada di kamar, ia memandangi foto Dong Joo kecil bersama Presdir Choi.
Plukkk!
Sebuah kantung kecil mendarat di tubuh Joon Ha. Ia berbalik dan dilihatnya Dong Joo nyengir.
“Kenapa kau tidak menelponku, kak?”
Joon Ha tak menjawab ia hanya menunjukkan tampang kesalnya.
“Apa kau sudah punya pacar?”
Joon Ha tak mempedulikan ucapan adiknya.
“Kak, aku mau minta tolong. Proyek kosmetik itu, aku harus bertemu seseorang bisakah kau menggantikanku?” (menggantikan Dong Joo bertemu dengan Woo Ri dan Young Gyu)
“Aku sudah bilang tak mau bertemu mereka. Kenapa kau masih menemui mereka? Apa yang kau harapkan?”
“Apa kau sudah tahu?” Dong Joo menyadari sesuatu pasti Kang Min Soo yang mengatakannya pada Joon Ha kalau dia yang menyuruh orang untuk membeli lukisan Ayah Woo Ri. Ia kemudian mengatakan kalau apa yang dia lakukannya itu demi Joon Ha.
“Kalau mau bertemu mereka, kau saja yang pergi. Tapi jangan lupa katakan namamu Cha Dong Joo, karena aku penasaran bagaimana reaksi mereka.”
Dong Joo berkata kalau Woo Ri masih mengingat dirinya sebagai pianis.


“Apa kau pikir itu saja yang dia ingat?” Ia kemudian meninggikan suaranya, “Ibunya meninggal terbakar di pabrik Woo Kyung!”
Dong Joo terkejut memperhatikan apa yang dikatakan kakaknya. Ia baru mengetahuinya.
“Haruskah aku memakai kata-kata yang sederhana. Ibu Woo Ri dibunuh oleh Choi Jin Chul, ayahmu. Saat terjadi kebakaran, ayahmu yang ketakutan pabriknya akan musnah terbakar, menutup semua pintu dan ibunya terperangkap disana. Dia bahkan memfitnahku dan keluargaku sebagai penyebab kebakaran. Waktu itu ibumu membawaku pergi bersamamu karena aku takut pada ayahmu!” Mata Joon Ha mulai berkaca-kaca, “Bukankah aku sudah bilang Bong Ma Roo sudah meninggal. Setelah kutinggalkan keluargaku, bagaimana aku bisa muncul kembali?”
“Kenapa baru sekarang kau menceritakannya?” Suara Dong Joo lirih.
“Apa kau pikir aku akan mudah menceritakannya? Aku mau mengubur dalam-dalam semua masa laluku. Tapi kenapa kau berusaha mengungkapnya!” Joon Ha menatap tajam Dong Joo, “Cha Dong Joo, kau putra Choi Jin Chul. Kalau bukan karena kau sudah ku maafkan, kau sudah kuhabisi!”
Rupanya Ny Tae mendengar percakapan keduanya.
“Kau pikir kenapa Woo Kyung tetap membiarkan keluargaku hidup? Kau mungkin punya kekuatan untuk balas dendam. Tapi keluargaku hanya bisa meratapinya? Kau sudah membohonginya? Apa kau senang melihat kegembiraan mereka menerima uang dari Woo Kyung? Apa itu yang kau sebut menolong mereka? Tapi kau tak akan mampu menjelaskan pada mereka. Apa sekarang kau sudah mengerti?”
(yang Joon Ha maksud adalah tentang lukisan yang 3 juta won itu)
“Kau sudah mengerti!” bentak Joon Ha.
Dong Joo terduduk lemas, ia tak tahu harus berkata apa. Joon Ha merasa tidak enak. Ia kemudian menghampiri Dong Joo, menyentuh tangan Dong Joo pelan.
Dong Joo menepisnya.
“Kalian berdua apa yang kalian lakukan? Dong Joo kau kenapa?” Ny Tae masuk ke kamar.
Dong Joo menunduk menutup telinganya.
Joon Ha berkata kalau mereka terlibat sebuah pekerjaan.
Ny Tae berkata apakah Joon Ha tahu kenapa ia tak bisa mempercayai Dong Joo. “Kalau tahu akhirnya akan seperti ini lebih baik dulu kita tak usah memulainya. Menyerahlah mengerti?
Dong Joo langsung keluar. Joon Ha akan mengejar tapi ibunya melarang.

… … …
Dong Joo sudah tiba di depan restouran tempat janjian bertemu dengan Woo Rid an ayahnya. Ia hanya melihat Woo Ri dan Young Gyu dari mobil.

… … …
Joon Ha mandi, ia teringat kata-kata Woo Ri yang ditujukan untuk Ma Roo yang juga ditujukan untuk dirinya.

… … …
Dong Joo tidak yakin dengan apa yang akan dilakukannya. Ia memutuskan untuk menelpon kakaknya. “Kak. Karena tak mendengarkanmu dan membuat kekacauan aku minta maaf. Tapi tolong aku sekali ini saja.
Tidak, kau sudah menolongku dimasa lalu. Kali ini tolong aku sekali lagi.”
“Besok adalah hari H fokus pada pekerjaanmu” Tertulis jawaban di ponsel Dong Joo. Ternyata yang menjawab telepon Dong Joo adalah Ny Tae, bukan Joon Ha. Dong Joo tentu tidak tau hal itu, karena dia tidak bisa mendengar suara (dengan siapa sebenarnya dia bicara) ia hanya membaca tulisan yang sesuai dengan ucapan orang yang ditelponya.
“Ini kesalahanku tapi kita harus menghadapi ini karena aku tak mau mengecewakan siapapun.
Tidak, daripada membencinya lebih sulit untuk menjelaskannya. Hanya satu orang yang bisa menjelaskan pada ibu. Tidak ada yang lain kecuali kau. Hindari saja pembicaraan tentang Woo Kyung katakan saja ada orang yang mencari masalah!”
“Kenapa harus begitu? Berikan saja uangnya, selesai. Bukankah sudah kubilang aku tak mau terlibat? Kendalikan situsinya dan teruskan rencananya!” jawab Ny Tae.
Joon Ha keluar dari kamar mandi dan melihat ibunya menjawab teleponnya, “Apa itu Dong Joo?”
Ibunya berkata kalau mereka harus meneruskan rencana proyek itu, kalau sudah selesai Joon Ha harus mengambil alih, “Kau tak akan mengecewakan ibu kan?”
… … …
Woo Ri menelepon Kim Bi, “Apa kau tak ikut datang? Aku tak tahu bagaimana wajah Presdirmu?”  Woo Ri berkata kalau ia sudah menunggu selama 1 jam dan bertanya apa benar pertemuannya jam 12.

Dong Joo berdiri dihadapan Woo Ri dengan tiba-tiba. Ia menatap serius, “Aku akan memperkenalkan diri secara resmi. Aku Presiden Direktur Energy Cell. Namaku Cha Dong Joo!”
Woo Ri bengong, “Apa? Kau siapa?”
“Cha Dong Joo!” ucap ulang Dong Joo. “Aku perwakilan dari Woo Kyung!” Dong Joo kemudian mengajak woo Ri masuk untuk bicara.
“Tunggu sebentar!” Woo Ri masih bingung, “Jadi kau... Woo Kyung.. Cha Dong Joo. Tidak tidak... Jadi Energy Cell itu di bawah Woo Kyung? Bukankah katanya bukan di bawah Woo Kyung?” Woo Ri mulai tau keadaan yang sebenarnya, bahwa ia ditipu. “Aku tak mau kalau kalian dari Woo Kyung!”
“Kenapa?”
“Apa maksudmu kenapa? Kalau kau memang Cha Dong Joo, tanyakan pada ayahmu.
Tapi apa kau benar-benar Cha Dong Joo?”
“Jadi kau benar-benar tak mau menjualnya pada Woo Kyung? Tapi kau sudah menerima uang kontraknya!”
Woo Ri membenarkan itu tapi ia juga sudah menyebutkan syaratnya. Ia tak mau bertransaksi dengan Woo Kyung.
Dong Joo tahu itu dan itu adalah kesalahannya. Ia memerlukan lukisan itu makanya ia berbohong. “Jadi apa kau benar-benar tak mau?”
“Tentu saja kalau itu Woo Kyung. Tapi apa kau benar-benar Cha Dong Joo...?”
Dong Joo kembali memotong ucapan Woo Ri, “Aku mengerti. Kalau begitu aku tak akan membuang-buang waktu. Tidak apa-apa kalau kau tak mengembalikan uang kontraknya. Dan kita tak perlu bertemu lagi!” Dong Joo langsung pergi.
Woo Ri berusaha mengejarnya.
Young Gyu melihat putrinya berada di luar. Ia menggedor kaca restouran. Woo Ri mengerti ia akan kembali masuk ke dalam. Tapi ia juga perlu mengejar Dong Joo.
Dong Joo langsung masuk mobil dan pergi dari tempat itu.

… … …
Di rumah Tn Lee.
Seung Chul berusaha dekat-dekat dengan Nenek yang tengah mengupas kulit daun bawang, “Nenek kenapa kau membenciku?”
Nenek meminta Seung Chul menyingkir dan jangan mengganggunya. Seung Chul terus merayu.
Ny Lee tiba dan bertanya pada anaknya mana ayah Seung Chul. Ia mengeluh memasak ayam sendiri, mengantar ayam sendiri seharian.
Seung Chul mengacuhkan ibunya dan memberi usul pada Nenek bagaimana kalau pergi ke rumah sakit untuk melepas gips yang ada di tangan Nenek. Nenek senang mendengarnya, karena ia sudah dibuat gila oleh gips itu dan tangannya sudah gatal.
Ny Lee emosi melihat putranya, “Bukankah kau akan menjual mobil? kenapa masih di rumah?” Ny Lee menarik paksa putranya.
Woo Ri dan ayahnya sampai di rumah.
Nenek tanya apa urusannya sudah selesai.
“Tak tahu, dia tak muncul mungkin tersesat!” Jawab Young Gyu. Ia  kecewa padahal ia ingin memberikan hadiah bunga yang ia bawa. Ia akan segera ganti pakaian dan berangkat kerja.
“Jauh-jauh ke Seoul tapi tak bertemu,” nenek penasaran.
Woo Ri membenarkan. Ia tak bisa mengatakan pada keluarganya kalau yang membeli lukisan itu dari pihak Woo Kyung. Woo Ri langsung masuk kamar.
Di dalam kamar Woo Ri teringat ketika Dong Joo memperkenalkan diri sebagai Cha Dong Joo perwakilan dari Woo Kyung.

… … …
Min Soo dan rekan-rekannya sampai di rumah Dong Joo. Min Soo keluar dari mobil dan menerima telepon dari Woo Ri.
Min Soo tanya lebih dulu, “Apa kau sudah bertemu dengan kakakmu?”
“Belum.”
“Oh ya? Aneh, karena bos-ku bilang mau mencarikan Ma Roo.”
“Bos? Kak, siapa bos-mu?” Woo Ri heran
“Cha Dong Joo!” jawab Min Soo.
Woo Ri terkejut mendengarnya.
“Bukankah kau mau menjual lukisan itu (pada Woo Kyung) karena Dong Joo mau membantu mencarikan Ma Roo.”
“Jadi dia membohongiku? Kak, apakah maksudmu Cha Dong Joo itu adalah anak dari Presdir Woo Kyung?”
Seung Chul langsung masuk dan merebut ponsel Woo Ri, “Mana si Cha Dong Joo brengsek itu?”

Seung Chul ingin melabrak Dong Joo tapi Woo Ri menahannya dan ia yang akan kesana sendiri.
Seung chul melarang Woo Ri ke sana. “Kau tak tahu bagaimana orang-orang Woo Kyung di sana?”
Woo Ri mengingatkan Seung Chul jangan pernah menyebut nama Woo Kyung di rumah. Kalau ayah dan Nenek mendengar ia tak mau menemui Seung Chul lagi.
Seung Chul mengerti Woo Ri dan meminta pergi ke sana bersama. Woo Ri bersikeras kalau ia harus memastikannya sendiri

… … …
Kim Bi sudah menekan bel beberapa kali tapi tak ada yang membukakan pintu. Min Soo juga kesal karena Dong Joo tak mengangkat teleponnya.
Young Gyu tiba di rumah Dong Joo dan meminta semuanya tak boleh mendekati rumah itu.
“Paman apa kau bekerja disini?” tanya Min Soo.
Young Gyu mengamati wajah Min Soo kemudian ia menutup mulutnya, “Hantu!”
Min Soo merasa kalau hari ini ia tak memakai make up, “Lihatlah! aku tak seperti hantu kan?”
“Benar, tapi apa hantu juga suka bunga?” tanya Young kyu.
“Tentu saja. Aku sangat menyukai bunga.”
“Boss!!” teriak Kim Bi ketika melihat Dong Joo datang.
Young Gyu langsung lari menghampiri Dong Joo dan memberi hormat, “Aku mau bertemu denganmu setelah satu malam, tapi aku tak sibuk setelah kembali dari Seoul. Apa kau mau aku bermain denganmu?”
Dong Joo diam saja.
Young Gyu melanjutkan kalau di sebelah sana ada bunga yang menutup matanya pada malam hari. “Apa kau mau pergi melihatnya?”
Dong Joo tak menjawab ia langsung masuk ke rumahnya.
Young Gyu meminta jangan masuk kesana kalau tidak Manajer akan memecat.
Dong Joo meminta rekannya santai saja.

… … …
“Bagaimana dengan Woo Ri? Dia benar-benar kecewa, bukankah kau akan mencarikan kakaknya?” tanya Min Soo.
Dong Joo tak menjawab. Ia mengalihkan ke pembicaraan lain, ia akan mengirimkan rencana proyeknya lewat email.
Min Soo heran rencana proyek baru, kenapa tak pernah bilang. Dong Joo diam saja karena ia memang tak melihat Min Soo bicara.
Min Soo menepuk meja ia kesal karena setiap kali ia bicara Dong Joo tak pernah meresponnya.

Bel rumah berbunyi, semuanya menatap ke pintu, Dong Joo melihat tanda di arlojinya.
Kim Bi tanya apa ia yang harus membukakan pintunya. Dong Joo melarang dan meminta Kim Bi meneruskan saja pekerjaannya.
Dong Joo membuka pintu dan Woo Ri berdiri di sana.
Dong Joo memasang muka juteknya.
“Aku ingin bicara denganmu?” ujar Woo Ri.
“Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi.”
“Kau memang telah membohongiku, tapi… kau adalah Cha Dong Joo.”
“Maksudnya? Nona Bong Woo Ri Apa kau berubah pikiran? Apa kau akan menjual lukisannya?”
“Bukan itu, tapi aku...”
“Kalau tak ada yang perlu dibicarakan, pergilah!” Dong Joo langsung menutup pintu dan tirainya.


“Hey Cha Dong Joo!” Woo Ri mulai menggedor pintu, ia kemudian menekan bel berkali-kali.
Dong Joo meminta yang lain langsung memulainya karena mereka sudah tak punya waktu lagi. Tapi mereka semua terganggu dengan suara bel pintu yang terus berbuny.
Min Soo menyadari kalau itu Woo Ri dan melihat ke jendela.
Woo Ri memperhatikan semuanya melalui jendela. Ia melihat kantung yang dulu miliknya masih disimpan Dong Joo sampai sekarang, ia merasa senang. “Tapi kenapa seakan dia tak mengenaliku?” Woo Ri tambah kesal ia menggedor jendela dan berteriak.

Min Soo berkata, ia tahu kalau Dong Joo itu tegas tapi mereka tak bisa konsentrasi dan meminta Dong Joo mengurus Woo Ri terlebih dahulu.
Dong Joo melihat ke jendela di sana Woo Ri terus menggedor-gedor jendela, “Ini aku. Kantung itu milikku, pianika!” ucap Woo Ri memperagakan semuanya.
Dong Joo mengambil remote dan menutup tirainya rapat-rapat. Ia melanjutkan kata-katanya. “Apa kau tak mengenaliku. Hey Cha Dong Joo!” Woo Ri berteriak.

Min Soo meminta Dong Joo membiarkan Woo Ri masuk. Dong Joo menolak. Kim Bi menyetujui usul Min Soo. Tapi Dong Joo tetap pada keputusannya. 

Beberapa saat setelahnya, Dong Joo melihat arlojinya sudah tak ada tanda bel berbunyi, ia pun melihat ke arah pintu.

Sementara di luar, di depan pintu, Woo Ri ngoceh, “Ini tak adil!” Ia memukul kepalanya sendiri. “Bodoh, bodoh. Ya, Cha Dong Joo. Dia adalah Cha Dong Joo dari Woo Kyung. Harusnya tidak seperti ini!”

… … …
Shin Ae tiduran di kursi, rumahnya berantakan dan terdengar bel berbunyi. Shin Ae bangun dan melihat siapa yang datang. Ternyata Presdir Choi, Shin Ae panik. Ia langsung membersihkannya. Mereka akhirnya makan bersama di apartemen Shin Ae.

… … …
Joon Ha berada di mobil, di jalan dekat rumah Woo Ri. Beberapa saat setelahnya, Ia melihat Woo Ri pulang.
Joon Ha segera turun dari mobil dan menemui Woo Ri. “Apa Woo Ri punya waktu?”
Woo Ri heran, “Ada apa mencariku?”
Woo Ri kemudian menawarkan apa Joon Ha mau ke rumahnya sambil minum teh mereka bisa mengobrol dengan ayah Woo Ri.
“Tidak perlu. Bicara di sini saja,” tolak Joon Ha dengan halus. “Aku sudah melakukan kesalahan terhadapmu!” ujar Joon Ha selanjutnya.
Woo Ri tak mengerti.
“Lukisan bunga ayahmu. Aku yang menyuruh orang untuk membelinya!”
“Apa?”

… … …
“Apa kau tak apa-apa” ucap Min Soo.
Dong Joo diam saja karena dia tak memperhatikan Min Soo bicara.
Min Soo menepuk meja, Dong Joo langsung memandangnya, “Apa kau sudah siap dengan presentasi besok?” tanya Min Soo lagi.
Dong Joo menjawab ia sudah siap hanya tinggal merapikannya saja.
“Kebetulan aku masih disini, apa kau ingin cepat pulang? Bagaimana kalau kita makan di luar? apa kau tahu tempat makan yang enak di sini?” cerocos Min Soo.
Dong Joo mengeluarkan kartu kreditnya. Menandakan kalau dia menolak ajakan Min Soo untuk makan diluar.
“Akan kubelikan makanan yang paling mahal!” ucap Min Soo mengambil kartu kredit Dong Joo. Mukanya cemberut.
“Apa ini?” Min Soo mengambil kantung ‘keramat’ milik Dong Joo.
“Jangan sentuh itu!” Dong Joo langsung merebutnya.

… … …
Woo Ri masih terdiam atas apa yang disampaikan Joon Ha padanya tentang lukisan ayahnya.
“Min Soo sangat menginginkannya jadi aku membelinya atas nama pihak lain. Tapi hal itu membuatku selalu memikirkannya. Kau tak perlu mengembalikannya karena aku yang melakukan pelanggaran perjanjian!”
Woo Ri masih terdiam beberapa saat.
“Di sini tempatnya!” ucap Woo Ri kemudian
“Apa?” Joon Ha tidak mengerti.
“Tempat kau mengatakan ‘maafkan aku’ menggantikan kakakku. Setelah itu aku merasa lega. Rasanya seperti benar-benar mendapat respon dari Ma Roo. Tapi semuanya menjadi sia-sia karena akhirnya kurasakan itupun hanya suatu kebohongan! Aku bertemu Cha Dong Joo. Aku tak tahu apa hubungan diantara kalian, tapi tolong katakan ini padanya, uangnya akan kukembalikan karena dia sudah membohongiku. Tapi aku perlu waktu untuk mengumpulkan kambali uang itu. Aku tak mau menerima uang dari Woo Kyung, jadi aku akan mengembalikan uang itu!”
“Bong Woo Ri?” Joon Ha merasa Woo Ri tidak perlu bertindak sejauh itu.
“Dan satu lagi, kalau kau mengganggu salah satu anggota keluargaku, aku akan benar-benar marah. Jadi berhati-hatilah!” Ancam Woo Ri dengan mata berkaca-kaca. Ia kemudian segera pergi meninggalkan Joon Ha.

Di sisi jalan, Ny Tae ternyata melihat Joon Ha menemui Woo Ri. Ny Tae langsung pergi dengan mobilnya.
Joon Ha menyadari keberadaan ibunya. Ia memanggil, tapi ibunya sudah melaju duluan. Joon Ha langsung masuk mobil dan mengejar.
Woo Ri yang masih belum jauh dari sana menyaksikan itu.

… … …
Dong Joo duduk menatap kantung ‘karamat’nya, ia mengambil dan menggenggamnya erat-erat. Tanpa terasa air matanya menetes. Ia ingat dulu Mi Sook kecil menggunakan kantung itu untuk memanggil ibunya yang tak bisa mendengar.
Dong Joo menggenggamnya sangat erat lalu melampar kantung kacang itu ke dinding sampai membuat isi kantung itu berhamburan.

Ny Tae sampai di rumah Dong Joo, Joon Ha mengejarnya.
Ny Tae menekan bel rumah Dong Joo, “Dong Joo. Cha Dong Joo!” panggilnya. “Ibu tahu kau di dalam. Buka pintunya!”
Dong Joo tak beranjak dari duduknya, ia menahan tangis kekesalan dan kemarahannya.
Dong Joo lalu berbaring di ranjangnya. Ia berusaha memejamkan mata.

Di luar rumah, Ny Tae terus memanggil putranya tapi Dong Joo segera mematikan lampunya. Ia tak ingin bertemu siapapun.
Ny Tae berkeliling mencari pintu lain yang bisa di buka, tapi semuanya tertutup.
Sementara, Joon Ha masih terus mengikuti ibunya. “Ibu dengarkan aku! Ini bukan membodohi ibu, tapi untuk menyelesaikan masalah!”
Ny Tae masih terus berteriak memanggil dan mengedor pintu rumah tanpa mempedulikan ucapan Joon Ha.
“Ibu maafkan aku. Ibu aku salah dan aku minta maaf!”
Ny Tae tetap tak menghiraukan ucapan maaf Joon Ha dan terus memanggil Dong Joo.
“Dong Joo tak bisa mendengarmu. Hentikan bu!” Joon Ha mengeraskan suaranya.
“Ibu!” teriak Joon Ha menarik ibunya.
“Lepaskan aku. Kau bukan anakku! Ny Tae menunjukkan tatapan tidak senang. “Kembalilah ke rumahmu, kau bukan anakku!”
Joon Ha terkejut mendengar kata-kata ibunya. Ia berlutut seperti yang ia lakukan dulu ketika meminta pertolongan pada Ny Tae. “Maafkan aku, Bu!” mata Joon Ha berkaca-kaca.
“Jangan katakan seperti itu. Kau bukan anakku!”
“Ibu. Ibu maafkan aku. Ibu!” Air mata Joon Ha mulai menetes, “Ibu maafkan aku!”

Rumah Dong Joo gelap hanya ada sedikit sinar yang menerangi. Dong Joo sendiri masih berada di kamar memejamkan matanya tapi ia belum tertidur. Dong Jo berjalan di bawah remang-remang sinar di rumahnya. Ia kembali ke tempat di mana ia menghancurkan kantung ‘keramat’nya. Ia mulai memunguti isi kantung itu satu persatu.

… … …

Woo Ri mengambil pianika ia ragu akan ia apakan pianika itu.

… ... …
Esok hari.
Woo Ri menggedor pintu rumah Dong Joo. “Cha Dong Joo. Buka pintunya, apa yang ayahku lakukan sampai dia dipecat?”
Woo Ri menekan bel, “Apa hakmu memecat ayahku? Cha Dong Joo!” Woo Ri menangis.
Ia mendapat kabar dari manajer taman, bahwa ayahnya telah diberhentikan.

… … …
Sementara itu Dong Joo, Joon Ha dan rekan yang lainnya berada di kantor Woo Kyung untuk melakukan presentasi yang telah mereka siapkan.





... ... ...