Sinopsis Drama ‘Can You Hear My Heart’ episode 8 @ Indosiar [teks Indonesia]
[ web/page ringan, bisa dibuka di Ponsel/HP]
Joon Ha sedih melihat ayahnya seperti itu.
Young Gyu terus meracau, “Ma Roo matanya seperti ini, alisnya seperti ini, bibirnya seperti ini...” disela isak tangisnya.
Woo Ri sedih melihat ayahnya seperti ini, “ Auah kalau ayah masih seperti ini, aku juga akan pergi!”
Young Gyu ketakutan dan bertanya benarkah putrinya akan pergi. Ia telah kehilangan Ma Roo, i tidak bisa kehilangan Woo Ri juga. “Woo Ri ayah yang salah, ayah yang salah. Jangan pergi. Ayah yang salah!” Young Gyu kembali menangis.
Young Gyu ketakutan dan bertanya benarkah putrinya akan pergi. Ia telah kehilangan Ma Roo, i tidak bisa kehilangan Woo Ri juga. “Woo Ri ayah yang salah, ayah yang salah. Jangan pergi. Ayah yang salah!” Young Gyu kembali menangis.
Woo Ri ia hanya bercanda. Woo “Ayah jangan menangis!” Woo Ri berusaha menenangkan ayahnya.
Dong Joo melihat ke arah Joon Ha. Menyadari Joon Ha akan beranjak, Dong Joo segera mengejar, “Kak!”
Joon Ha tak mempedulikannya, Ia segera masuk mobil dan tancap gas. Dia menyetir dengan pikiran berkecamuk, sampai tak mempedulikan panggilan ibunya di telepon.
Ny Tae heran “Apa dia sedang sibuk?” Ia pun meninggalkan pesan, “Joon Ha ibu menunggu di sini untuk berkencan, aku akan memberikan hadiah. Cepat datang. Dan hati-hatilah mengemudi!”
... ... ...
Ponsel Joon Ha kembali berdering, kali ini ia menjawabnya, “Ibu maaf aku tak bisa menjawab telepon aku sedang mengemudi!”
“Ini aku Presdir Choi!” ucap si penelepon.
Ternyata Presdir Choi ingin bertemu dengan Joon Ha. Ada yang ingin ia bahas mengenai Dong Joo. Presdir meminta Joon Ha datang ke kantornya.
... ... ...
Dong Joo meninggalkan Woo Ri dan ayahnya di luar, ia masuk ke rumah beberapa saat. Saat ia keluar, ia masih melihat Woo Ri dan ayahnya disana. Ia melihat Woo Ri menghibur ayahnya. Woo Ri mengambil posisi berdiri, ia melempar sepatu yang ia pakai. Tapi ketika akan menangkapnya ia tak bisa menggapainya.
Dong Joo melihat itu, ia teringat sahabat kecilnya melakukan hal yang sama ketika di ruang kelas piano. Itu kali pertama dia bertemu dengan Mi Sook kecil.
Woo Ri melakukannya lagi tapi tetap tak bisa menangkap sepatunya. Ia kesal kenapa tidak bisa.
“Bukan seperti itu caranya”, sahut Young Gyu dan kemudian mempraktekkan bagaimana sepatu di lempar dan menangkapnya, dengan sekali saja ia langsung berhasil.
Woo Ri memberikan tepuk tangan. Keduanya lalu menyanyi lagu andalan ‘di padang rumput yang biru’ sambil berputar-putar.
Setelah selesai menyanyi Woo Ri berkata sambil menggunakan bahasa isyaratnya, “Bagiku ketika ayah tersenyum aku sangat bahagia!”
“Aku juga ketika Woo Ri tersenyum aku sangat bahagia!” balas ayahnya, dan keduanya kembali beryanyi.
Dong Joo yang dari tadi memperhatikan jadi geli sendiri. Ia tersenyum dan bergumam. “Orang-orang bodoh!” (In a good way)
... ... ...
Si nenek berulah lagi, kali ini ia tersesat. Shin Ae marah-marah saat menjemputnya di kantor polisi.
Sementara di rumah, Seung Chul merengek pada ayahnya ingin meminjam ATM, “Aku mau membeli mobil!”
Tn Lee mengacuhkannya dan asik nonton TV. Seung Chul geram dan mencabut colokan TV.
“Apa kau ini manusia?” bentak ayahnya.
“Aku bukan manusia tapi mulai sekarang aku mencoba menjadi manusia!”
“Apa memiliki mobil akan merubahmu menjadi manusia? Kalau tak memiliki tujuan untuk apa memiliki mobil?”
“Karena tak memiliki mobil ia tak bisa kemana-mana, Ayah belikan aku mobil. Kita bisa jalan-jalan dengan Woo Ri!”
“Apa memiliki mobil akan merubahmu menjadi manusia? Kalau tak memiliki tujuan untuk apa memiliki mobil?”
“Karena tak memiliki mobil ia tak bisa kemana-mana, Ayah belikan aku mobil. Kita bisa jalan-jalan dengan Woo Ri!”
“Apa maksudmu kita?” Tn Lee bingung. (Aku juga bingung, apa mungkin Seung Chul mulai suka sama Woo Ri?)
Woo Ri datang dan ikut bergabung, “Lee Seung Chul!” Woo Ri memperlihatkan berkas pada Tn Lee dan bertanya apa yang tertera disitu tanda tangan Tn Lee atau bukan.
Seung Chul salah tingkah dan berniat kabur.
“Si bodoh ini!” Tn Lee geram. “Anak nakal kenapa kau memalsukan tanda tangan ayahmu!” Tn menaboki putranya,
“Kalau begitu ayah tuntut saja aku, kalau Ayah menuntutku anakmu ini akan masuk penjara!”
Woo Ri marah apa dia menyuruh untuk menjual mobil ke ayah Seung Chul sendiri. Ia kesal kenapa semuanya jadi seperti ini.
Shin Ae datang mengantar nenek. Ia lalu meminta berbicara berdua dengan Woo Ri, Ia menceramahi Woo Ri panjang lebar. Ia seolah mengajari bagaimana harus merawat nenek yang sudah pikun. Nenek mendengar hal itu dari luar, ia sedih karena merasa telah menyusahkan Woo Ri, ia juga menyesalkan sikap Shin Ae terhadapnya.
... ... ...
Ny Tae duduk melamun di tangga rumahnya,
“Ibu kau di situ?” Dong Joo datang membuyarkan lamunannya.
Ny Tae bangkit dari duduknya dan berkata kalau ia sudah menunggu Dong Joo dan janji makan siangnya juga sudah terlewat. Ia meminta Dong Joo melihat berkas yang dibawanya.
Dong Joo membuka amplop yang diberikan ibunya. “Apa ini?”
Ny Tae menjelaskan kalau di dalamnya sudah ada CD, ia meminta putranya melihat dulu sebelum menunjukannya di rapat. “Jangan lupa minta tolong pada Joon Ha untuk mengecek ulang. Setelah itu tunjukan pada Min Soo. Karena hal ini sangat sensitif jadi tunjukan pada Min Soo.”
Dong Joo memngembalikan berkasnya, “Persiapan untuk proyek itu sudah kuselesaikan!”
Ny Tae berkata tidak ada salahnya Dong Joo menerima bantuan. “Selama ini kau sudah di tolong Joon Ha. Min Soo adalah ketua periset. Kenapa tak kau tunjukan materi ini kepada Min Soo, kau jangan menyangkal tentang keadaan dirimu!”
“Menyangkal apa? Bukankah ibu bilang aku tak ada masalah. Ibu bilang aku baik-baik saja. Karena ibu aku nyaris katahuan! Kak Joon Ha, biarkan dia melakukan pekerjannya sendiri. Aku tak mau dia terus menjadi malaikat pelindungku. Aku bisa melakukannya sendiri!”
“Supaya ibu tak khawatir Joon Ha harus berada di sampingmu, lakukan saja apa yang ibu katakan!”
“Tidak bisakah ibu mempercayaiku? Aku bisa melakukannya sendiri. Aku bisa melakukan apa saja seperti Joon Ha!”
“Walau orang lain tak tahu kenyatannya tapi kau mengetahuinya, kau tuli. Jangan salahkan ibu, kau juga ingin hidup seperti ini. Bukankah kau ingin mengambil alih perusahaan Kakek? Bukankah kau ingin kembali ke situasi semula? Selagi kita seperti ini apa kau pikir apa yang sedang Choi Jin Chul lakukan?” Ny Tae penuh emosi. “Sepertinya kita memerlukan tanda tangan Choi Jin Chul untuk memindahkan hak milik Taman Botani padamu!” Nya Tae membanting berkasnya lalu pergi ke kamarnya.
... ... ...
Sementara itu Joon Ha memenuhi undangan Presdir Choi untuk bertemu.
“Apa kau sangat dekat dengan istriku?”
“Benar. Aku dijadikan anak olehnya!”
“Bagaimana dengan orang tuamu sendiri?”
“Orang tuaku? Mereka sibuk dengan pekerjaan sosial mereka jadi mereka menitipkan aku pada ibu dan Dong Joo!”
Dong Joo masuk ke ruangan ayahnya dan terkejut melihat kakaknya juga ada di sana.
Ayahnya tanya kenapa Dong Joo datang.
Ayahnya tanya kenapa Dong Joo datang.
“Aku datang untuk balik urusan nama kepemilikan Taman Botani,dan aku memerlukan tanda tangan ayah.” Dong Joo memberikan suratnya dan bertanya haruskan ia kembali nanti karena ia melihat ayahnya sibuk.
“Tidak usah, kebetulan kami juga membicarakanmu” Joon Ha, ia meminta Dong Joo duduk.
“Memangnya apa yang kalian bicarakan?” Dong Joo penasaran
“Kami sedang bercanda. Kenapa?” Ucap Joon Ha sambil memukul kaki adiknya. Dong Joo membalas.
Presdir Choi menatap keakraban keduanya.
... ... ...
Setelah keluar dari ruangan Presdir, Dong Joo dan Joon Ha jalan bersama. (sekarang Dong Joo terlihat lebih tinggi dari Joon Ha, padahal dulu Dong Joo tergolong cebol. Kekekeke...)
“Aku tak menyangka Kakak berada di kantor setelah tadi pergi begitu saja.”
“Apa maksudmu pergi begitu saja?” Joon Ha berusaha menyangkal.
Dong Joo tak memperhatikan apa yang diucapkan Joon Ha. Ia meminta kakaknya mengulang apa yang barusan dikatakan.
Joon Ha kesal dan menatap adiknya.
“Apa lihat-lihat!” Dong Joo lalu mengejek dengan menunjukkan muka menangisnya Joon Ha ketika di taman tadi. “Kenapa kau begini, Kak?” Dong Joo kemudian berbisik di telinga Kakaknya, “ada apa dengan itu?”
“Aku tak mau bilang!” jawab Joon Ha
“Dong Joo!” tiba-tiba ada yang memanggil. Joon Ha langsung berbalik mencari sumber suara. Sementara Dong Joo sendiri tak tahu ada yang memanggilnya. Joon Ha menyentuh tangan adiknya untuk memberi tanda.
Ternyata Direktur Kang yang memanggil. Joon Ha langsung melanjutkan jalannya membiarkan Dong Joo bicara dengan Direktur Kang.
... ... ...
Sejurus kemudian Dir Kang sudah berada di ruangan Presdir Choi, mereka berdebat tentang usaha Ny Tae yang menginginkan Dong Joo sebagai pemiliknya. Dir Kang mengingatkan kalau mereka harus aware dengan Ny Tae dan anaknya (plus Joon Ha). Presdir kemudian meminta Dir Kang mengawasi mereka.
“Apa kau sudah menyelidiki Jang Joon Ha”, tanya presdir Choi kemudian.
“Aku tak bisa melakukannya dengan menggunakan telepon perusahaan.”
“Apa sebenarnya yang kau kerjakan? Setiap melihat anak itu aku jadi emosi. cepat selidiki dia!”
Dir Kang kemudian mencari tahu melalui putrinya, Kang Min Soo (Hoyoo... si cewek aneh itu). Min Soo menjelaskan kalau Joon Ha itu seorang pemuda yang jenius dan terkenal di kampusnya. Joon Ha lulus lebih cepat. Lebih dari itu Joon Ha juga memenangkan kontes perdagangan saham.
“Apa dia tertarik dengan bisnis?” tanya ayahnya.
“Memangnya kenapa? Dia kan dokter!” jawab Min soo. Dunia kedokteran tak akan melepasnya.
“Bukankah dia dokter di rumah sakit? kalian pasti sudah saling kenal!’
Min Soo tak ingin mengatakan lebih banyak lagi (Ia menyadari kedatangan Ny Tae karena ternyata Min Soo berada di rumah Ny. Tae) Ia berteriak pada ayahnya kalau ada keadaan darurat. Ia beralasan memiliki pasien darurat.
“Ayah mengira aku masih di Amerika.” Min Soo basa-basi.
“Oh ya. Apa kau tak merasa bersalah sudah mengabaikan ayahnya seperti itu.”
“Tentu saja aku merasa bersalah, tapi harus bagaimana lagi! Aku aku bermimpi....”
“Aku berharap memiliki putri seperti dirimu!” potong Ny Tae
“Kalau begitu jadikan aku menantumu!” sahut Min Soo cepat.
Min Soo melihat irisan buah kemudian mengundinya (harus menjadi istri siapa). Joon Ha, Dong Joo, Joon Ha, Dong Joo. “Mereka (irisan buah) bilang lebih baik Dong Joo!”
“Kenapa? Apa kau tak menyukai Joon Ha?”
“Aku tidak yakin. Ketika di Amerika aku merasa cocok dengan Joon Ha, tapi setelah pulang aku merasa Dong Joo lebih baik.”
“Apa kau kenal baik dengan Joon Ha.”
“Tentu saja, kami teman dekat. Joon Ha itu tampan, cerdas, mudah bergaul... dan suaranya seksi!” (heu...)
Joon Ha datang dan terkejut melihat Min Soo ada bersama ibunya.
Min Soo berkata kalau produk hasil test-nya sudah keluar.
Ny Tae melihat dandanan Joon Ha dan marah, “Sekali kau diluar perhatianku kau terlihat berantakan!” Ia kemudian meminta Joon Ha mengganti pakainanya.
... ... ...
Joon Ha keluar dari kamar mandi ia melihat ibunya tengah menyiapkan pakaian untuknya. Joon Ha memandang ibu angkatnya dan teringat pada ayahnya yang pagi tadi ia lihat di rumah Dong Joo, ternyata ayahnya paham betul bentuk wajahnya.
Ny Tae meminta Joon Ha bergegas menemui Min Soo, “Setelah itu pakai pakaian ini dan pergi bersamaku!”
“Mau kemana?”
“Mau kemana?”
“Bukankah ibu sudah mengatakan kalau akan membelikanmu hadiah. Ku-investasikan perusahaan kepadamu. Kau akan menadatanganinya sendiri karena kau Presdirnya!”
Joon Ha heran kenapa harus ia yang mengelola perusahaan.
“Setelah kita mendapatkan kembali Woo Kyung, Dong Joo bisa mengelolanya sendiri. Walapun aku tak menyukainya, Dong Joo hanya akan menjadi Presdir pajangan. Kau-lah yang sebenarnya pengelola Woo Kyung. Untuk itu dari awal posisimu harus kuat!” Ny Tae membantu mengeringkan rambut Joon Ha dengan handuk, “Kenapa tadi kau tak menjawab telepon Ibu? Ibu sudah meninggalkan pesan suara.”
Joon Ha lupa mengatakan kalau ia tadi ke kantor Woo Kyung. Presdir Choi memintanya bicara tentang Dong Joo.
Ny Tae terkejut, “Lalu? Jadi kau tak menjawab teleponku dan pergi ke sana?”
Joon Ha takut ibunya akan khawatir.
Ny Tae marah, bukankah Joon Ha harus melaporkan semua padanya. Ia tak suka kalau ada yang disembunyikan. “Orang itu, Choi Jin Chul. Kau tahu apa yang dilakukannya di belakangku. Kau tahu itu terjadi pada Dong Joo dan aku. Dia akan mencelakakanmu juga. Aku tak tahu harus bagaimana kalau kau celaka!”
Joon Ha menenangkan ibunya.
“Joon Ha dia benar-benar menakutkan!” sahut Ny Tae kemudian.
Joon Ha kemudian berjanji lain kali ia akan memeberi tahu ibunya.
... .... ...
Young Gyu ke taman malam-malam. Dia melihat Dong Joo akan melepas gambar yang ia tempel di dinding. Ia meminta jangan di copot, kalau di copot Ma Roo tak akan pulang. Young Gyu mengarahkan senter ke wajah Dong Joo, “Kau kan anak yang mirip Ma Roo?”
Dong Joo berkata kalau gambar itu jatuh jadi ia menempelkannya kembali.
Young Gyu melihat Dong Joo membawa plester. Ia sadar telah salah paham, kemudian ia mengucapkan terima kasih.
Dong Joo langsung pergi.
“Anak yang bukan Ma Roo. Anak yang bukan Ma Roo!” Young Gyu memanggil.
Dong Joo tentu tak mendengarnya.
Young Gyu lari mendekat. “Anak yang bukan Ma Roo!” Young Gyu mengarahkan senter ke wajahnya sendiri.
Kemudian keduanya jalan bersama. Young Gyu mengamati bunga-bunga, ia menunjukan pada Dong Joo bunga apa saja yang ada di sana. Young Gyu memperlihatkan bunga yang ada di depannya yang terlihat sangt cantik kalau malam hari, “Kau beruntung datang!”
“Ya aku beruntung!” jawab Dong Joo.
Young Gyu mengapit senter di kepalanya. Ia membetulkan letak tanah pada bunga itu. Ia berkata kalau bunga-bunga ini harus diberi selimut biar tidurnya nyenyak. “Bong Woo Ri adalah putriku, aku selalu menyelimutinya!” (maksudnya bunga itu dinamai Woo Ri apa ya?)
Dong Joo tersenyum melihat Young Gyu, ia mengambil senternya dan menyorotkan sinarnya ke bunga (biar hangat), “Apa yang terjadi kalau seperti ini?”
Young Gyu tersenyum senang.
... ... ...
Esoknya,
Woo Ri lari-lari ke taman membawa makanan untuk ayahnya. Ia melintasi rumah kediaman Dong Joo (tapi dia belum tahu kalau itu rumah Dong Joo)
Tiba-tiba ia mendengar alunan suara piano. Nada suara yang ia kenal. Nada yang Dong Joo ajarkan padanya dulu.
Woo Ri menghentikan langkahnya, “Apa aku tak salah dengar?” Woo Ri menatap rumah itu. Kemudian Ia kembali lari tapi langkahnya kembali terhenti alunan suara itu muncul lagi. Woo Ri langsung mendekat ke arah rumah karena penasaran. Suara piano itu kemudian berhenti.
Woo Ri sampai di jendela besar, ia mulai mengintip dan melihat ada piano di sana tapi tak ada orang yang memainkannya. Woo Ri merasa ini aneh, ia segera melanjutkan jalannya. Tapi sesaat kemudian kembali terdengar suara piano dengan nada yang sama.
Woo Ri langsung berbalik ke jendela untuk mengintip lagi dan melihat siapa yang memainkannya. Ternyat Dong Joo bersembunyi di samping tembok, ia bisa melihat Woo Ri yang tengah mengintip. Dong Joo tersenyum melihatnya.
“Aku mencium aroma makanan.” Ujug-ujug Young Gyu sudah berada di samping Woo Ri, ikut mengintip dari jendela.
Woo Ri terkejut melihat ayahnya sudah berada di sampingnya.
“Ayah siapa yang tinggal di rumah ini?” tanya Woo Ri kemudian.
Young kyu berfikir kemudian ia mengangkat kedua tangannya ‘tanyakan pada bintang’ (gubrakkk!!!)
Dong Joo tertawa melihat tingkah anak dan ayah ini.
“Aku mendengar suara piano dari rumah ini yang mirip dengan lagu yang biasa aku mainkan.”
“Piano apa itu?” tanya ayahnya.
“Yang dulu kumainkan waktu aku masih kwcil!” jawab Woo Ri. La la la la la la la la la
Ayahnya masih belum ingat, kemudian Woo Ri memperagakan ketika ia bermain pianika.
Young Kyu ingat, tapi keduanya berdebat tentang suara nadanya. Keduanya lalu segera pergi dari rumah Dong Joo.
... ... ...
Woo Ri yang tengah membersihkan kolam terkejut mendangar berita dari manajer penanggung jawab taman, “Kenapa tak bilang padaku!” protes Woo Ri.
“Kenapa aku harus memberitahukan ini padamu, aku kan bosnya.” Ucap manajer kesal.
“Kita tak akan bekerja disini kalau pemilik taman ini adalah Woo Kyung!”
Manajer kemudian mengingatakan jangan pernah mendekati rumah itu. Istri Presdir Woo Kyung baru saja membelinya, itu Guest House miliknya.
“Memangnya siapa tamu itu?”
Manajer menjawab kalau dia itu tamu VIP. “VIP tertulis di keningnya. Kau tak akan tahu kalau dia datang. Tidak kau tak bisa bertemu dengannya! “V-I-P” manajer kembali mengeja sambil mendorong kepala Woo Ri.
Ponsel Woo Ri kemudian berdering, ada yang mengajaknya bertemu.
... .... ...
Di sebuah restoran, Woo Ri bertemu dengan seorang pria yang ingin membeli lukisan ayahnya. Dong Joo dan Min Soo juga ada di restoran tapi dilantai yang berbeda.
“Apa semua sudah beres?”
“Apanya yang beres! Bukankah aku tanya bagaimana kelanjutannya? Bukankah kau pemimpinnya? dan kau yang memutuskan semuannya!” Min Soo sewot. Ternyata Dong Joo tak memperhatikan apa yang diucapkannya sebelumnya.
Dong Joo sibuk memandangi Woo Ri yang berada di lantai bawah sementara Min Soo tak menyadari Woo Ri ada di restoran yang sama.
“Coba kau periksa lagi semuanya!”
“Semua sudah kuperiksa dan kuteliti, semua berjalan sesuai dengan rencana. Kelanjutannya bagaimana apa kau tak punya waktu?”
Dong Joo tak menjawab ia kembali menatap Woo Ri dan tersenyum.
“Apa sekarang waktunya tertawa?” ujar Min Soo kesal. Ia mengganti topik. “Bagaimana kalau kita membantu Bong Woo Ri mencari saudaranya? Jika Woo Kyung ditugaskan mencari orang apakah bisa segera ketemu?”
Dong Joo tetap tak menjawabnya. Min Soo makin kesal dibuatnya.
… … …
“Tapi ini bukan perusahaan Woo Kyung kan?” Tanya Woo Ri pada orang yang akan membeli lukisan ayahnya. Ia khawatir kalau orang yang akan membeli lukisan itu merupakan orang suruhan Woo Kyung.
Pria itu menegaskan kalau perusahaannya bukanlah Woo Kyung melainkan Energy Cell Colour Cosmetics.
“Jadi ini gambar ayah anda, bukan gambar anda!”
Woo Ri mengangguk.
“Siapa nama ayah Anda?”
“Nama ayahku adalah designer Bong Young Gyu!”
“Biar adil 300 tak masalah kan? Kalau terlalu kecil kami akan menambahkan!” Ucap Pria itu memberi tawaran. Selanjanjutnya mereka terlibat tawar menawar harga.
Harga telah disepakati. Woo Ri girang bukan main, ia bisa mendapatkan uang hasil menjual gambar ayahnya. Ia langsung menelepon ayahnya dan berkata kalau ia mendapatkan uang 3 juta won.
… … …
“Kim Bi kapan kau sampai?” tanya Min Soo pada seorang pria yang baru datang.
Kim Bi langsung menyerahkan berkas persetujuan hak paten pada Dong Joo, “Apa ini sudah cukup bagus?”
Min Soo penasaran apa itu.
Dong Joo langsung memberikan berkas itu ke Min Soo, “Ini sudah cukup bagus kan?”
“Apa ini? Kau membeli gambar Bong Woo Ri? Bagaimana bisa?” Min Soo heran. “Katanya dia tak mau menjualnya ke Woo Kyung!”
“Karena aku sudah membantu menemukan Bong Ma Roo!” sahut Dong Joo.
(ternyata Kim Bi, orang yang membeli lukisan ayah Woo Ri adalah orang suruhan Dong Joo)
… … …
“Semua orang mendengar kalau dia mendapatkan 3 juta won!” ujar nenek senang.
“Kalau tidak ada dia bagaimana kita bisa makan daging selezat ini!” Sahut Tn Lee yang sedang asik menikmati daging panggang. Seung Chul dan Ibunya juga nimbrung. Sementara yang lain asik makan, ayah Woo Ri malah asik menggambar dengan pensil warnanya.
“Dimana dia? banyak daging di sini!” Seung Chul tak melihat Woo Ri.
“Woo Ri ke rumah sakit membayar tagihan rumah sakit Nenek” sahut Young Gyu.
Seung Chul kesal harusnya Woo Ri bilang padanya, “Ini seharusnya menjadi perayaan kami berdua!”(Wah… bener-bener sudah mulai ada rasa.)
“Apa maksudmu berdua?” Tanya ibunya. (hahaa….)
… … …
Joon Ha keluar dari ruang pertemuan para dokter. Ia baru saja memberikan presentasi. Di luar ruangan, ia melihat Woo Ri sedang tertidur sambil duduk. Ia memperhatikannya sebentar tapi kemudian ia pergi dari sana tanpa membangunkan Woo Ri.
Woo Ri tebangun dan melihat para dokter berjalan berlalu. Woo Ri bertemu dengan dokter yang memeriksa Nenek kemarin dan berkata kalau ia sudah menunggu dari tadi.
“Ada masalah apa?” tanya dokter
Woo Ri mengatakan kalau ia sudah membuat jadwal untuk pemeriksaan Nenek. Woo Ri memberikan ramuan obat herbal dari Taman Botani untuk dokter sebagai tanda terima kasih, “Tolong rawat Nenekku dengan baik!”
“Kau menunggu dari pagi hanya untuk memberikan ini?”
“Benar. Ini kelihatannya seperti biasa-biasa saja tapi ini obat herbal yang bagus untuk penyakit apa saja!” jelas Woo Ri.
“Bukankah ini lebih baik untuk Nenekmu?”
Woo Ri garuk-garuk kepala ia juga akan memberikan pada Neneknya nanti. “Apa dokter Jang Joon Ha sudah pergi?”
Woo Ri akhirnya menitipkan satu bungkus obat herbal untuk dokter Jang Joon Ha karena ia tak tahu kapan bisa bertemu dengan dokter Jang lagi.
… … …
“Paman tunggu!” Woo Ri lari-lari mengejar bus terakhir tapi apa daya bus-nya sudah berangkat, Woo Ri cemas bagaimana ia harus pulang.
Tiba-tiba ada suara klakson mobil yang mengagetkannya.
Ternyata Joon Ha, “Masuklah!” perintahnya.
Woo Ri melongo ke kaca mobil dan senang bertemu Joon Ha.
Joon Ha menyuruh Woo Ri masuk ke mobilnya. Woo Ri menolak karena rumahnya sangat jauh.
Joon Ha berkata kalau ia tak mengantar Woo Ri ke rumah. Ia akan mengantar hanya untuk mengejar bus-nya. Woo Ri akhirnya masuk ke mobil Joon Ha.
Joon Ha berkata kalau ia tak mengantar Woo Ri ke rumah. Ia akan mengantar hanya untuk mengejar bus-nya. Woo Ri akhirnya masuk ke mobil Joon Ha.
“Dimana halte selanjutnya?”
Woo Ri berterima kasih Joon Ha mau mengatar sampai ke halte selanjutnya. Woo Ri mencemaskan keadaan rumah pasti ayah dan Neneknya sudah menunggu di rumah. Ia meminta Joon Ha lebih cepat lagi karena bus terakhir pati tidak mau menunggu terlalu lama di halte.
“Untuk apa kau datang ke rumah sakit hari ini?” tanya Joon Ha
Woo Ri berkata kalau ia minta jadwal untuk MRI dan MRA Neneknya. “Rasanya ibuku membantuku dari surga. Menurutku ibuku tahu segalanya. ‘Bunga diatas peta’ lukisan karya ayahku kujual 3 juta won di perusahaan kosmetik Energy Cell!”
“Apa nama perusahannya?” Joon Ha terkejut mendengar nama perusahaan yang disebut Woo Ri. Itu adalah nama perusahaan yang akan ia bangun bersama Dong Joo.
“Energy Cell!” tegas Woo Ri sekali lagi. “Sekarang belum terkenal tapi nanti akan terkenal!”
Woo Ri melihat bus-nya pergi, ia memohon pada Joon Ha untuk mengendarai lebih cepat.
Joon Ha langsung tancap gas dan ngebut.
“Busnya disana!” sahut Woo Ri.
“Aku akan mengantarmu ke Bucheon!”
“Apa?” Woo Ri terkejut, bagaimana Joon Ha bias tau tempat tinggalnya
“Saudaraku tinggal di sana aku akan menengoknya!” Joon Ha memberi alasan.
… … …
Dong Joo menatap layar laptop sambil memainkan kantungnya. Ia tengah menyiapkan bahan untuk presentasi di rapat nanti. Dong Joo mengingat masa lalunya ketika ia meminta Mi Sook kecil menyebutkan nama dan Mi Sook kecil bilang belum memiliki nama. Dong Joo memandang kantungnya dan tersenyum, “Bong Woo Ri!”
… … …
Woo Ri merasa perbuatannya dengan muncul di TV adalah perbuatan bodoh dan Joon Ha pasti juga melihatnya. Ia menebak dari situlah Joon Ha tau tempat tinggal keluarga Woo Ri.
Joon Ha diam saja.
Woo Ri menceritakan kebohongan tentang kepemilikan tanah. “Aku jadi malu pada semua orang gara-gara Seung Chul!” Woo Ri mulai ngoceh. Tapi ocehannya tak ditanggapi Joon Ha.
Merasa dikacangin, Woo Ri membenturkan kepalanya ke jendela mobil.
“Apa menurutmu Kakak-mu akan mengenalimu dan kembali?” ujar Joon Ha akhirnya
Woo Ri membenarkan, “Kata Seung Chul kita tak boleh menunjukkan kemiskinan kita. Jadi aku meminjam pakaian. Gaun merah itu, gaun itu tidak jelek kan?”
Joon Ha tersenyum.
Woo Ri memperhatikannya, ia merasa Joon Ha mirip seseorang. Kemudian Woo Ri memberanikan diri bertanya, “Sejak kapan anda memutuskan untuk menjadi dokter?”
“Kenapa kau tanyakan hal itu?”
“Kakak-ku juga ingin menjadi dokter sejak dia masuk SMP.”
“Aku ingin menjadi dokter sejak kecil karena ayahku juga seorang dokter.”
Woo Ri kembali memandang jam tangan Ma Roo, Joon Ha melihat sekilas.
“Setiap aku melihat seseorang aku selalu mengira dia kakak-ku. Apa itu sebuah penyakit? Kalau aku minta disembuhkan berapa biayanya? Karena kau dokter bisakah kau menolongku?” Woo Ri kembali bertanya.
“Kuberi tahu obatnya!”
“Apa itu?”
“Lupakan saja. Aku ikut merasakan betapa menyakitkan mengingat tentang seseorang. Solusi yang tepat adalah melupakan dia!”
“Kau benar. Itu mungkin yang terbaik, tapi ada yang ingin kukatakan padanya. Kalau bertemu dia ada yang ingin kukatakan!” Woo Ri lemas.
… … …
“Apa tak apa apa turun disini?”
“Rumah kami sudah tak jauh dari sini. Terima kasih karena sudah mengantar!” Woo Ri keluar dari mobil, Joon Ha ikut keluar.
“Nona Bong Woo Ri!
Apa ingin tahu apa yang ingin kau sampaikan kalau bertemu kakak-mu? Kau akan gila kalau menyimpannya dipikiranmu. Ungkapkanlah padaku!”
“Tapi bagaimana bisa aku mengungkapkannya padamu?”
Joon Ha beralasan menganggap ini sebagai pengobatan karena ia seorang dokter.
Woo Ri terdiam memandang Joo Ha.
Ia akhirnya mulai bicara, “Hey. Kau tak mau menjadi Kakak-ku? Aku juga juga tak mau menjadi adikmu. Apa kau itu kakakku? Kakak seperti apa kau? Kenapa kau tak pulang? Kalau aku menyimpan ini (jam tangan). Kalau aku simpan ini dan menunggu, katamu kau akan kembali.”
Joon Ha melihat jam tangannya.
Mata Woo Ri mulai berkaca-kaca memandang Joon Ha, “Kakak aku menunggumu. Tapi kenapa kau tak pulang? Kenapa? Kenapa?” Woo Ri mulai menagis, “Ayah dan Nenek menunggumu setiap hari dan merindukanmu. Tahukah kau betapa menderitanya mereka? Apa kau tahu berapa lama aku menunggumu? Apa kau tahu betapa sakitnya menunggumu?”
Mata Joon Ha berkaca-kaca mendengarnya. Ia akhirnya tahu apa yang Woo Ri dan keluarganya rasakan selama ini.
“Apa yang harus aku lakukan? Bong Ma Roo, kau brengsek!. Aku sudah banyak menangis bahkan air mataku sudah habis. Kau memang brengsek!
Hey Bong Ma Roo!” Woo Ri meninggikan suaranya, “Bong Ma Roo, Bong Ma Roo Si kaki ayam, kotoran anjing, kotoran kucing, kotoran semut!”
“Aku sudah selesai! Seperti yang kau bilang rasanya melegakan, terimakasih sudah mengantarku pulang!” Woo Ri pamit.
“Nona Woo Ri!” Panggil Joon Ha. “Maafkan aku!”
Woo Ri berbalik dan memandang Joon Ha.
“Maafkan aku Woo Ri!” ucap Joon Ha sekali lagi, Ia hampir manangis.
Air mata Woo Ri semakin deras mendengar ucapan Joon Ha
(Wah, apa iya Joon Ha akan mengakui identitasnya sebagai Bong Ma Roo? Jawabannya ada di episode selanjutnya…)
>> Episode Selanjutnya …
... ... ...
>> Episode Selanjutnya …