Cari Blog Ini

Kamis, 30 Agustus 2012

Sinopsis Drama ‘Can You Hear My Heart’ episode 6 @ Indosiar

Sinopsis Drama ‘Can You Hear My Heart’ episode 6 @ Indosiar [teks Indonesia]
[ web/page ringan, bisa dibuka di Ponsel/HP]


“Apa yang kau lakukan?” teriak Ayahnya pada Dong Joo.
Dong Joo tersenyum memandang ayahnya yang khawatir, “Ini tinggi sekali. Sungguh menakutkan, tapi kenapa dulu aku berani melakukannya?”


“Ayahnya berapa usiaku ketika jatuh dulu, 13 atau 14 tahun. Ibu selalu marah kalau ditanya mengenai ini. “Apa usiaku waktu itu 13 tahun?” Tanya Dong Joo setelah berada dalam rumah.
Presdir Choi heran mendengarnya, “Apa kau tak mengingatnya?”
Dong Joo mengangkat bahu.
“Apa kau tak mengingat apapun sebelum peristiwa itu?”
 Dong Joo mengangguk. Tapi Dong Joo tahu kalau Presdir Choi adalah ayahnya, ia berucap mungkin sebaiknya dia tidak mengingat apa-apa. Presdir setuju tak perlu mengingat kejadian buruk itu. (presdir Choi cari aman, apa jadinya kalau anaknya itu membongkar kejahatan yang ia buat dahulu)

Dong Joo duduk melamun sendiri di halaman depan rumahnya. Kemudian ia menatap balkon kamar kakeknya tempat ia terjatuh dulu. Terbayang dalam ingatannya. Ayahnya memutus selang oksigen kakek dan melemparnya keluar jendela. Ia mulai menitikan air mata. (Ternyata Dong Joo masih mengingat semuanya)

Woo Ri mendatangi ke rumah Shin Ae. Shin Ae kaget dengan pakaian yang dikenakan Woo Ri (Woo Ri memakai gaun panjang milik ibunya yang ketika kecil ia pakai dan saat itu masih kebesaran. Kini pas di badannya.
Woo Ri memohon bantuan Shin Ae. Ia mengajak Shin Ae tampil di TV tentang mencari orang hilang. “Aku mau mencari Kak Ma Roo bisakah Bibi membantuku? Kalau kakak melihatmu dia akan menghubungi kita. Bukankah kau ibunya?”
Shin Ae menolak “Apa kau mau membuaku malu?”
Woo Ri memohon.
Woo Ri pikir ia tak mencari putraku? Kuhabiskan 10 juta won untuk mencarinya tapi tak ketemu. Apa kau pikir dengan tampil diacara itu kau akan berhasil? Kau ini bodoh atau polos? kalau waktu luangmu banyak bekerjalah untuk mencari uang!” Shin Ae pergi meninggalkan Woo Ri.
Seung Chul dan kedua orang tuanya menonton acara mencari orang hilang di stasiun TV di Warung ayam goreng mereka yang semakin maju.Young Gyu dan ibunya juga ada di depan TV. Nenek tak sabar menunggu ia terus ngedumel, apa kerena mereka miskin jadi tak segera muncul. Seung Chul meminta Nenek sabar.
Ada seorang wanita (Kang Min Soo) masuk, Ny Lee kaget melihatnya. Young Gyu takut dan segera sembunyi di belakang Ibunya.
Wanita itu tersenyum “Aku ingin tahu diantara kalain siapa yang bernama Bong Woo Ri.
Wanita itu bernama Kang Min Soo.
Young Gyu bergumam, “Dia mirip dengan kuntilanak kenapa mencari Woo Ri?”
Kang Min Soo berkata kalau ia sudah ke rumah tapi tak ada seorang pun ada di sana, dan orang pasar mengatakan ia bisa menemui Woo Ri di sini.
“Siapa kau?” Seung Chul menatap ketus pada Min Soo.
Min Soo terkesan dengan bulu mata Seung Chul dan langsung maju supaya bisa melihat lebih dekat, “Apa boleh kusentuh bulu matamu?” Min Soo terus mengamati bulu mata Seung Chul, “Apa kau memakai bulu mata palsu? Apa kau memakai maskara yang sangat tebal?”
Kemudian terdengar suara MC di TV mengatakan ada seorang adik mencari kakaknya yang telah menghilang selam 16 tahun.  Woo Ri tampil di TV, Woo Ri mengenakan gaun merah dan kalung milik Shin Ae (tanpa izin). Ia juga membawa lukisan ayahnya.
Young Gyu pangling melihat putrinya, “Itu bukan Woo Ri dia kelihatan aneh!”
“Apa kabar namaku Bong Woo Ri, kakakku mungkin mengingatku sebagai Mi Sook kecil...”
Tn Lee memuji pakaian yang dikenakan Woo Ri dan itu membuat Woo Ri seperti seorang artis.
“Apa dia Bong Woo Ri?” tanya Kang Min Soo. Seung Chul terus memandang Woo Ri sambil tersenyum (melting...)
Woo Ri mulai berbicara lagi, ia ingat pesan Seung Chul kalau tak boleh meninggalkan kesan kalau mereka itu miskin. Ia mengarang cerita. mengatakan kalau di rumahnya yang dulu sudah di buat Taman Botani dan wilayah itu milik keluarganya.
Kakak... Kak Ma Roo. Aku Mi Sook kecil. Kak... Kak Ma Roo...“ mata Woo Ri mulai berkaca-kaca, “Aku merindukanmu. Nenek dan ayah juga merindukanmu!” Air mata Woo Ri mulai menetes. Ia teringat ayahnya selalu menyiapkan nasi hangat untuk Ma Roo. Tangis Woo Ri tak tertahankan lagi. “Kakak......”
Young Gyu ikut sedih melihat Woo Ri menangis. “Woo Ri jangan menangis, ayah yang salah ayah yang salah!”
Nenek ikut menangis “Dasar anak berandalan kenapa kau mempermalukan dirimu dan kau membuat kami kehabisan air mata!”
Paman dan Ny Lee ikut manangis.

Presdir Choi dan istrinya menghadiri perayaan ulang tahun Woo Kyung yang ke 30.  Woo Ri sampai di tempat yang sama menggunakan taksi ketika keluar dari taksi uang recehnya berhampuran karena menerima telepon dari Shin Ae.Woo Ri melihat Presdir Choi dan istrinya, ia mengenali wajah Sang Presdir ketika pabrik di Bucehon terbakar dan menyebabkan ibunya meninggal.

Sejurus kemudian, Woo Ri sudah berada di toilet dengan pakaian dalamnya. Ia meminta Shin Ae memberikan pakaiananya (pakaian ibu Woo Ri yang ia kenakan tadi). Shin Ae marah Woo Ri memakai pakaiannya tanpa izin. Woo Ri minta maaf, ia tak tahu kalau itu gaun baru Shin Ae. Shin Ae meminta Woo Ri jangan memanggilnya Bibi. Woo Ri mengerti dan meminta pakaiannya. Shin Ae melemparkan pakaian itu ke wajah Woo Ri “Jjangan lagi muncul dihadapanku!”
Shin Ae keluar dari toilet berpapasan dengan 2 orang wanita yang bergosip tentang dirinya sebagai wanita simpanan Presdir Choi.

“Dengan 20% bagian saham DRAM dunia, Woo Kyung telah menjadi pilar industri Korea. Kita tak akan menjadi seperti ini kalau masih memakai metode yang lama. Ketika itu, semua orang meragukan strategiku. Tapi aku, Choi Jin Chul telah berhasil!”
Ny Tae menatap tajam apa yang disampaikan suaminya di podium.
Shin Ae datang menghampiri Ny Tae. Ia terkejut dengan kalung yang dipakai Ny Tae ukurannya lebih besar dari yang ia pakai dan berkata kelihatannya kalung itu baru.

Di tengah-tengah sambutan Presdir Choi tiba-tiba terdengar suara alunan piano. Semua mata tertuju pada sang Pianis yang tidak lain adalah Dong Joo. Ia memperlihatkan kepiawaiannya bermain piano.

Woo Ri akan masuk ke aula pertemuan, tapi penjaga mencegat dan menanyakan apa Woo Ri memiliki undangan. Woo Ri beralasan kalau ia mencari seseorang yang ada di dalam. Woo Ri memohon kalau ia tak diizinkan masuk setidaknya penjaga bisa mencarikannya, “Dia Kim Shin Ae. Dia Bibiku!”

 “Selamat Ayah!” ucap Dong Joo setelah selesai unjuk kebolehan
Wartawan yang ada di sana langsung mengerumuni Dong Joo untuk diwawancarai. Presdir berkata pada istrinya kalau Dong Joo sudah merusak suasana dan meminta istrinya melakukan sesuatu pada Dong Joo.
Dong Joo tak menjawab satu pun pertanyaan yang diutarakan wartawan, ia malah menghampiri ayahnya. Dong Joo meminta ayahnya berdiri di sampingnya. Presdir Choi tersenyum pada wartawan dan berdiri di samping Dong Joo. Presdir Choi memperkenalkan Dong Joo dan berkata ia belum berani menyampaikan di bidang apa nantinya Dong Joo akan bergabung dalam Woo Kyung Group.
Dong Joo memperhatikan ayahnya bicara. Kemudian Dong Joo menatap para wartawan, “Aku berjanji suatu hari aku akan membuat motto Ayah ‘yang tak mungkin menjadi mungkin’ dan bersama-sama menjalankan konsep bisnis yang ditinggalkan oleh Kakekku, Presdir terdahulu!” Dong Joo kembali menatap ayahnya, “Kau sudah bekerja keras selama 16 tahun!”
Presdir mencoba tersenyum dengan apa yang disampaikan Dong Joo.

Di luar gedung Woo Ri masih menunggu Shin Ae sambil menyanyikan lagu andalan . Woo Ri menyasal seharusnya ia tadi menyanyikan lagu itu di TV, karena Ma Roo pasti akan langsung mengenalinya. Ia juga menyesali kenapa dirinya tadi menangis.
Seorang pemuda masuk ke gedung, ia menatap poster yang bertuliskan perayaan 30 tahun Yayasan Woo Kyung. Pemuda itu tersenyum. Dia adalah Joon Ha (Bong Ma Roo dewasa).

Dong Joo menyalami para tamu. Banyak tamu yang pangling melihatnya. Dong Joo terus memperhatikan orang yang bicara dengannya sambil terus melemparkan senyum. Dong Joo mulai merasa tak nyaman diantara banyak orang. Ibunya bertanya pelan apa Dong Joo baik-baik saja. Dong Joo mengangguk.
Wajah Dong Joo mulai pucat, Karena tak kuat Dong Joo mohon diri. Dong Joo langsung lari keluar, perutnya mulai mual. Dong Joo keluar dan menabrak Woo Ri membuat jam tangan Woo Ri terjatuh. Dong Joo terus lari dan akhirnya muntah.
Woo Ri menghampiri Dong Joo. “Permisi! Apa kau tak apa-apa?”
Tak ada sahutan dari orang yang diajak bicara. Woo Ri kembali bertanya, “Apa kau sakit?” tetap tak ada jawaban.
“PERMISI...!” Woo Ri mengeraskan suaranya. Tapi masih tetap tak ada sahutan dari Dong Joo. Dong Joo hanya menghela nafas.“Apa kau tak bisa mendengar?” Tanya Woo Ri kali ini lebih dekat pada Dong Joo. Tapi tetap saja Dong Joo tak tahu kalau ada orang yang bicara dengannya.
Woo Ri memberanikan diri menepuk bahu Dong Joo. Dong Joo langsung menengok.
Woo Ri memperagakan bahasa isyarat dan berkata, “Apa kau sakit? Apa kau tak bisa mendengar?”
Dong Joo panik melihat orang yang didepannya bicara seperti itu dan langsung menepisnya. “Apa yang kau lakukan? Jangan ganggu aku!”
Dong Joo berdiri sempoyongan. Ia melihat Joon Ha, keduanya tersenyum. Joon Ha memberi kode kalau ia harus masuk ke dalam. Dong joo mengangguk. Woo Ri tak menyadari kehadiran Joon Ha.
“Tunggu sebentar!” Woo Ri menarik Dong Joo. Dong Joo merasakan pusing di kepalanya.
“Apakah kau kemarin di Distrik Apgujeong? Kau yang mengenakan earphone? Apakah itu kau? Dan kau mengendarai sepeda kan? Apa kau tak kenal aku. Aku Mi Sook kecil, Mi Sook kecil!”
Dong Joo tak tahan lagi ia langsung lari masuk toilet dan muntah lagi.
Dong Joo duduk lemas di dalam toilet. Ia berusaha menguatkan dirinya. Dong Joo menutup kedua telinganya berusaha mendengar dengan suara hati yanga diajarkan Mi Sook kecil dulu, “Kung kung kung!” ucapnya gemetaran.

Di pesta, Ny Tae cemas tak melihat putranya.
“Ibu.....!” terdengar panggilan memanggi Ny Tae.
“Joon Ha....!” Ny Tae tersenyum. Keduanya langsung berpelukan. Presdir dan Shin Ae memandang heran.
“Dia anak ketiga dari Dokter Jang, Dokter yang mengobati Dong Joo. Ketika Dong Joo sakit Joon Ha banyak menolong, jadi aku mengadopsi dia menjadi anakku!” Ny Tae menjelaskan.
“Senang bertemu dengan anda namaku Jang Joon Ha!” Keduanya berjabat tangan.
Ny Tae mengajak Joon Ha makan.
Shin Ae kesal melihat tingkah Ny tae, “Apa yang membuatnya begitu senang?”

Woo Ri menunggu Dong Joo keluar dari toilet.
Apa kau sakit? tunggu dengarkan aku sebentar!” Woo Ri menyentuh lengan Dong Joo dan Dong Joo langsung menengok. Ia tak menyadari Woo Ri mengikutinya
“Kau mirip kakakku, kupikir kau kakakku. Kau mengenakan earphone dan kau juga mengucapkan kotoran semut!” Woo Ri memperlihatkan bajunya, “Apa kau tak mengenali baju yang kupakai?” Woo Ri kemudian menunjukan jam yang Ma Roo titipkan padanya.
Dong Joo mengacuhkannya,
Woo Ri menghalangi Dong Joo pergi, “Apa kau bukan kakakku?”
Dong Joo memperhatikan gerak bibir Woo Ri, “Bagaimana bisa aku menjadi kakakmu? Apa aku mirip dengan kakakmu?” Dong Joo menyingkirkan tangan Woo Ri yang menutupi jalannya.

Ny Tae dan Joon Ha mengambil makanan. “Bahkan Bibimu tak mengenalimu!”
“Bibi apa? Anggota keluargaku hanya Ibu dan Dong Joo. Aku bahkan tak pernah bertemu dengannya jadi tentu saja dia tak mengenaliku!”

Shin Ae bergosip pada Presdir kalau Ny Tae dan Joon Ha kelihatan aneh, “Apa anak muda itu pacarnya?”
Presdir Choi meminta Shin Ae jangan bicara yang tidak-tidak.

Terjadi keributan di pintu masuk aula. Beberapa penjaga menahan Woo Ri yang ingin menerobos masuk. Tahu kalau itu Woo Ri, Shin Ae langsung menutupi wajahnya agar Woo Ri tak melihatnya.
“Lepaskan aku! Kakak, kakak,. kakak....” Woo Ri memanggil Dong Joo, ia masih mengira kalau Dong Joo itu Ma Roo.
Ny Tae cemas dan langsung menghampiri Dong Joo.
Woo Ri berhasil melepaskan diri dari penjagaan dan menemui Dong Joo, “Kakak..” Woo Ri menarik lengan Dong Joo. “Apa kau tak mengenaliku?” Woo Ri mulai menangis, “Atau kau hanya pura-pura. Aku Mi Sook kecil...!”
Yang paling terkejut di sini tentu saja Joon Ha.
Kau Kakak-ku. Kak Ma Roo...!”
Ny Tae menyingkirkan tangan Woo Ri dan mendorong Woo Ri hingga terjatuh dan meminta penjaga membawa Woo Ri keluar.
Kakak, kakak!” teriak Woo Ri diseret penjaga. Joon Ha hanya bisa menatap apa yang baru dilihatnya.
Presdir bertanya ada apa dan apa istrinya sudah gila melakukan itu. Ny Tae berkata ia terpaksa melakukannya, “Gadis itu bilang akan balas dendam ketika ibunya kecelakaan waktu pabrik Woo Kyung terbakar!”
Joon Ha menyentuh pundak Dong Joo. Dong Joo berbalik manatapnya, “Apa kau tak apa-apa?”

Penjaga menyuruh Woo Ri keluar mereka mengancam akan memanggil polisi kalau Woo Ri masih membuat kekacauan.Shin Ae menarik Woo Ri. Seung Chul tiba di sana.
Shin Ae marah “Apa kau tahu tempat apa ini?”
“Apa tadi Bibi ada di dalam? Kalau begitu kau pasti melihat orang itu? Dia kakak. Kak Ma Roo!”
Shin Ae mendorong kepala Woo Ri. Seung Chul marah melihatnya.
“Apa kau mau membunuhku? Kenapa kau memanggilnya Ma Roo? kalau ada yang tahu Ma Roo itu anakku, aku bisa mati! Apa kau bisa menjagaku, merawatku dan bertanggung jawab atasku?”
“Kenapa dia harus menjagamu?” bentak Seung Chul. “Dia sudah menjaga Nenek dan ayahnya, apa kau akan bersandar padanya juga?”
Woo Ri masih penasaran, “Pria di aula tadi apa Bibi mengenalnya? Apa dia bukan Kak Ma Roo?”
“Apa kau pikir aku tak mengenali anakku sendiri?”
Shin Ae kembali memperingatkan Woo Ri jangan pernah menjadikan Ma Roo sebagai alasan untuk mendekatinya.
Woo duduk lemas, “Aku pikir dia kakakku. Dia mirip sekali dengan kakak!”
“Apa kau pikir Ma Roo mirip Bibimu? kenapa dia bisa ada di pesta Woo Kyung?”

Dong Joo dan Joon Ha ikut pulang bersama Presdir Choi dan Ny Tae.
Shin Ae menghentikan langkah Dong Joo. Ia berkata kalau ia belum menyapa Dong Joo.
“Apa kau mengenalku?”
Shin Ae bengong Dong Joo tak mengenalnya. Tiba-tiba Seung Chul datang meminta ponsel dan dompet Woo Ri. Dong Joo langsung pergi meninggalkan Shin Ae.

Di rumah, presdir Choi terlibat adu mulut dengan istrinya tentang kejadian di pesta tadi.
Dong Joo datang bersama Joon Ha. “Masuklah, Kak!”
Joon Ha minta maaf karena sudah merepotkan. Ia juga mengkhawatirkan ibunya atas kejadian tadi. Ny Tae berkata kalau ia tak apa-apa, ia hanya sedikit terkejut.
Dong Joo kemudian mengajak Joon Ha ke kamarnya di lantai 3.
“Kenapa kau membawa orang asing ke rumah tanpa memberi tahuku?” Presdir menunjukkan ketidaksukaannya pada Joon Ha.

Dong Joo terbaring lemas di kasurnya. Joon Ha ada bersamanya.
“Dokter mana obatku!” ucap Dong Joo lemas. “Kak, aku mau obatku!” Dong Joo meninggikan suaranya.
Joon Ha mendekat pada Dong Joo dan meminta Dong Joo bertahan karena obat itu sifatnya candu.
Dong Joo mengeluh dan menutup matanya, “Mataku hampir copot!”
Joon Ha membuka tangan Dong Joo meminta Dong Joo melihat ke arahnya, “Kau mirip kakekmu?”
 “Benarkah? Bukankah kau belum pernah bertemu Kakekku? Waktu itu kau datang ke sini hanya mengambil surat beasiswa!”
“Waktu itu aku diusir ayahmu. Kenapa kau mengingat kembali kenangan buruk itu?”
Dong Joo tersenyum, “Kenangan buruk? Lupakan saja seperti yang kulakukan!”
Joon Ha berkata bukankah ia sudah mengingatkan jangan kelewatan, tapi di pesta tadi Dong Joo minum alkohol. Tahu kalau Joon Ha menasehatinya Dong Joo langsung memejamkan matanya, “Ahhh damainya. Aku tak perlu mendengar omelanmu. Begitu tenang..!”
Joon Ha menatap Dong Joo. Dong Joo membuka matanya dan heran, “Kenapa? Kenapa kau melihatku seperti itu? Apa kau mencintaiku?” ledek Dong Joo.
Joon Ha tertawa dan menarik bantal Dong Joo. Keduanya bergulat di kasur.

Woo Ri dan Seung Chul sudah berada di rumah makan.
Kang Min Soo melihat Woo Ri dan mengatakan kalau dirinya berasal dari perusahaan Woo Kyung. Semua terkejut mendengarnya.
“Aku harus membeli lukisan ini sebutkan harganya berapapun. Woo Kyung itu kaya jadi sebutkan harganya.... Aku ... harus membeli lukisan ini. Ditambah lagi aku benar-benar menyukai kalian! Aku melihat acara itu di TV!” Min Soo merasa tersentuh dan ia terus minum alkoholnya. Sepertinya dia sudah mabuk
Tahu kalau wanita dihadapannya bekerja pada Woo Kyung, Woo ri tak akan menjual lukisan ayahnya.
Min Soo menunjuk gambar yang ada di Buku,
“Maaf, Maaf!” Woo Ri akan bicara.
“Tidak, tidak. Kakak, kakak!” Min Soo minta dipanggil kakak. Min Soo mengenggam tangan Woo Ri, “Adik, begitu aku menyukai sesuatu apapun akan kuberikan untuk mendapatkannya, bahkan celanaku-pun akan kuberikan. Apalagi yang kau mau? apa lagi yang kau perlukan? Sebutkan saja apa yang kau inginkan!”
Woo Ri sangat berterima kasih tapi ia tak mau menjualnya ke Woo Kyung.
“Kenapa kenapa kenapa kenapa?” Min Soo meminta Woo Ri mengatakan alasannya
Melihatnya, Seung Chul jadi marah dan berkata kalau Min Soo itu perempuan aneh.
Ny Lee meminta bayaran atas minumannya 38rb Won. Tn Lee meminta istrinya tak menerima uang dari Woo Kyung, “Apa kau mau menjual ayam pada musuhmu?”Woo Ri membentak, “Paman?”
“Musuh?” Min Soo terkejut mendengarnya.
Seung Chul membenarkan, “Siapa yang membuat Ma Roo pergi dari rumah?”
“Ibunya meninggal karena Woo Kyung!”
“Kenapa itu diberitahukan?” Woo Ri marah.
Min Soo menggebarak meja, “Jangan menjualnya!” teriak Min Soo. ”Kalau memang benar, aku juga tak mau bekerja di sana. Woo Kyung.  katakan pada mereka pergilah ke neraka!”

Woo Ri buru-buru masuk kamar dan menggelar kasurnya. Seung Chul menggendong Min Soo yang sudah mabuk berat dan membaringkannya.
“Hantu? Woo Ri kenapa kau membawa hantu ke dalam rumah?” Ayahnya terkejut melihat wanita yang ia temui tadi sekarang berada di kamar Woo Ri.
“Dia bukan hantu, dia kenalanku. Biarkan dia bermalam, dia mabuk!”
Seung Chul meminta Woo Ri jangan terlalu dekat dengan wanita ini. Young Gyu meminta putrinya jangan minum alkohol.
“Pergi orang jahat!” teriak Min Soo sambil kakinya menendang (mengigau). Woo Kyung sudah mati! Carilah Ma Roo! Ma Roo... Ma Roo!”

“Gadis tadi itu, dia adikmu kan?” Tanya Ny Tae pada Joon Ha.
Joon Ha menggenggam tangan ibunya, “Ibu.. Adikku adalah Cha Dong Joo. Tolong diingat. Aku tak punya siapa-siapa kecuali Ibu dan Dong Joo. Walapun kau mati, aku ikut denganmu. Dong Joo juga berfikir seluruh keluargaku meninggal. Jadi jangan menyebut mereka lagi!”
Nya Tae tersenyum, “Joon Ha anakku, kau jangan kemana-mana!”
“Memangnya aku akan kemana? Ini rumahku! Ibu dan Dong Joo ada disini!”
Ny Tae ingin segelas wine lagi. Joon Ha menurut tapi hanya satu gelas lagi, “Apa kau mau kugendong sampai ke tempat tidur?”
Benarakah?
“Tentu saja aku hanya bercanda!” jawab Joon Ha. “Aku hanya akan menggendong pacarku!”
“Oh oh aku pasti akan cemburu!” kemudian keduanya tertawa bersama. Dong Joo duduk melamun di tangga melihat Ibu dan kakaknya minum bersama sambil tertawa riang.

Pagi hari, rumah Tn Lee dikejutkan dengan teriakan histeris seorang wanita, ya Min Soo. Min Soo panik saat bangun tidur mendapat wajahnya dengan make-up yang berantakan. Ia sibuk meminta pembersih muka pada Woo Ri, bahkan Tn Lee pun dimintai juga. (stress!)
“Kalau begitu apa kau punya ampas kacang hijau?” Min Soo melihat di dapur ada air beras. Min Soo langsung mengambilnya, tapi Young Gyu berusaha merebutnya.
Nenek ikut merebutnya, “Beras ini mau di masak, setelah itu kita akan ke stasiun TV utuk mencari Ma Roo!”
Semua bengong mendengar Nenek mengatakan itu. Young Gyu berkata kalau kemarin sudah ke stasiun TV, Woo Ri mengenakan gaun merah.
“Siapa? siapa yang mengenakan gaun merah?” (pikun)

Tn Lee mengajak Woo Ri bicara berdua, “Kelihatannya ingatan Nenekmu sudah hilang. Ahneyong, good bye, sayonara!” ia meminta Woo Ri cepat membawa Nenek ke rumah sakit.
Woo Ri tanya ia harus ke rumah sakit mana.
Min Soo masuk ke kamar Woo Ri.  
Tn Lee berkata ada beberapa jenis penyakit pikun, “Kalau alzheimer atau pikun karena alkohol pergi ke Neurolog. Melihat kondisi Nenekmu kemungkinan dia pikun karena alkohol!” Tn Lee menyarankan pergi ke neorolog. Tapi kalau ini akibat stres pergilah ke psikiater!”
“Pergilah ke dokter spesialis bedah syaraf!” Min Soo memberi saran, “Pacarku dokter spesialis bedah syaraf akan kuhubungi dia, tapi lukisanmu jual ke Woo Kyung!”
Apa? Lukisan itu tak akan kujual ke Woo Kyung!”
Min Soo menelepon seseorang, “Joon Ha... (Min Soo pacar Joon Ha?) Aku ada pasien penting tolong siapkan waktu untuknya!”
Kakak?” Woo Ri terkejut melihat aksi Min Soo.
Tn Lee menyuruh Woo Ri pergi saja ke rumah sakit, soalnya ada janji bertemu dokternya hari ini

Dong Joo berangkat ke kantor bersama ayahnya. Presdir Choi meminta Dong Joo menjaga sikap kalau di luar rumah, “Jaga sikap dan jaga image Woo Kyung!”
“Aku mengerti!” sahut Dong Joo.
Kau akan mengerti jika di kantor nanti, semua karyawan berkerja keras untuk mempertahankan posisinya. Kau akan mengerti jika kau sudah bekerja. Semua orang perlu survive!”
“Aku sudah tahu untuk bisa seperti itu aku harus seperti ayah!”

Di kantor, Dong Joo kembali terlibat pembicaraan dengan ayahnya. Dia bersikeras hanya mau melakukan apa yang mau ia lakukan. Ayahnya meminta Dong Joo jangan keras kepala. Dong Joo berkata kalau ia tidak keras kepala, ia hanya belum siap.
Shin Ae masuk ke ruangan Presdir dan terkejut melihat Dong Joo di sana. “Sepertinya kau tak mengingatku. Aku mantan sekertaris ibumu, Kim Shin Ae. Waktu kecil kita sering bertemu!”
Dong Joo memperhatikan apa yang diucapkan Shin Ae. Ia mohon diri keluar.

Di Rumah Sakit,
Seung Chul datang “Dokter Jang Joon Ha belum datang, Kita sudah dibohongi wanita itu!” seru Seung Chul.
“Tidak dia sudah membuat janji dengan dokter itu!” sahut Woo Ri.
Nenek berkata pada putranya kalau Min Soo sudah membohonginya dan meminta pulang. Ia sampai berteriak-teriak.
Joon Ha masuk ke rumah sakit ia mendengar suara ribut-ribut di ruang tunggu. Ia langsung menengok ke arah sumber suara. Joon Ha terkejut melihat Nenek dan Woo Ri berada di rumah sakit. Ia tak menyangka akan bertemu mereka di sini.Joon Ha akan segera pergi tapi langkahnya terhenti karena penasaran. Ia pun kembali melihat keluarga yang sudah lama ia tinggalkan.
Telepon Joon Ha berdering, Min Soo menelponnya dan bertanya apa sudah bertemu dengan Woo Ri. Joon Ha menjawab belum (Joon Ha tidak tau kalau Woo Ri adalah Mi Sook kecil)
Min Soo meminta Joon Ha menanyakannya di Reseptionis, “Nama pasiennya Hwang Soon Geum!”
“Apa?” Joon Ha terkejut mendengar nama Neneknya disebut. Ia baru tau kalau pasien yang akan ia tangani adalah Neneknya
Min Soo berharap Joon Ha bisa membantunya karena dia ingin mendapatkan lukisan itu.

Woo Ri menelepon Min Soo, “Kakak, kita sudah di rumah sakit tapi mereka bilang dokter Jang Joon Ha belum datang!”
Nenek kesal kenapa kita harus menunggu dan meminta Woo Ri memanggil Min Soo supaya datang.
Woo Ri berkata pada Nenek kalau dokternya baru saja datang, “Lihat kan wanita itu tidak bohong!”
Woo Ri celingukan mencari orang yang baru datang, kemudian matanya tertuju pada satu arah.Ya matanya tertuju ke arah Joon Ha yang masih berada di sana, keduanya saling memandang.