Cari Blog Ini

Kamis, 30 Agustus 2012

Sinopsis Drama ‘Can You Hear My Heart’ episode 5 @ Indosiar

Sinopsis Drama ‘Can You Hear My Heart’ episode 5 @ Indosiar [teks Indonesia]


 

[ web/page ringan, bisa dibaca di Ponsel/HP]

Presdir Choi dan rombongan keluar dari lift. Di lobi perusahaan wartawan sudah banyak yang menunggu. Presdir Choi mulai bicara kalau ia akan membuat perusahaannya menjadi perusahaan nasional. Dia kemudian melayani berbagai pertanyaan dari para wartawan
Shin Ae berada diantara kerumunan wartawan melambaikan tangan kearah Presdir Choi, tapi Presdir mengacuhkannya.
Bong Woo Ri mendapat tugas dari sekolah untuk mengisi formulir biodata keluarga untuk disurvey. Ayahnya mempersilakan Woo Ri bertanya apa saja tentang isian formulir itu.
“ Apa pendidikan tertinggi ayah?”
Nenek berkata kalau pertanyaan itu tidak sopan. Young Gyu mengatakan kalau ia tak pernah sekolah.
“Kalau begitu isinya ‘tidak pernah sekolah’ ” sahut Woo Ri.
Nenek melarang Woo Ri mengisinya seperti itu, “Ayahmu pernah masuk TK!”
Woo Ri tak percaya dan bertanya pada ayahnya, “Ayah apa benar kau pernah sekolah di TK?”
Young Gyu tak mengerti ia menjawab kalau ia tak tahu dan bertanya apa itu TK.
Nenek menjelaskan kalau TK itu tempat belajar anak-anak sebelum masuk SD, “Ini lebih baik dari pada tidak sekolah sama sekali. Tulis saja Taman kanak-kanak!” Ucap Nenek.
Woo Ri segera menuliskannya di lembar formulir biodatanya.
“Apa pekerjaan ayah?”
“Harusnya kau tahu dimana ayahmu mendapatkan uang?” jawab nenek.
“Memanggul barang, menjual sayuran, Jual ayam, jual telur. Apa tidak terlalu banyak?” Tanya Woo Ri.
Nenek kembali melarangnya, “Tulis saja produsen makanan!” Nenek menjelaskan biar orang lain melihat keluarga kita seperti orang kaya dengan begitu kita tidak akan diremehkan lagi.
Woo Ri ingat perkataan Shin Ae, “Bibi juga pernah bilang kalau kita harus kelihatan kaya supaya mereka bisa membantu mencari kak Ma Roo!” Woo Ri menulis apa yang dikatakan Nenek.
“Apa lagi yang ditanyakan? Aku bisa menjawab semuannya!” sahut Nenek semangat.
“Ini agak sulit!” ucap Woo Ri lirih. “Pekerjaan ibu, Ibu sudah berada di surga apa dia di sana membuka salon?”
“Apanya yang susah dijawab, tentu saja ia akan membuka salon!” jawab ayahnya.
“Tapi ibu pernah bilang kalau ia mau membuka toko bunga!”
Ayahnya berfikir sejenak apakah ia akan menjadi florist. Young Gyu tanya pada ibunya.
Nenek menjawab tak tahu. “Kenapa kalian tak bertanya ke tempat yang biasanya?”
Woo Ri dan ayahnya tak mengerti maksud Nenek, “Seperti biasa di mana itu?”
Nenek langsung mengakat kedua tangannya dan berucap ‘Tanyakan pada bintang’ 
Woo Ri dan ayahnya tertawa, “Ibu kau sudah menjadi anggota kami!”
“Tanyakan pada bintang” Woo Ri dan ayahnya melafalkan lagu andalan mereka.

Presdir Choi pulang mengendarai mobilnya sendiri tapi ia terhenti di tengah jalan karena Shin Ae menutup laju jalan kendaraannya. “Apa yang kau lakukan?”
“Tanpa supir kau mau pergi ke mana? Tanpa Tae Yeon Suk kau lebih santai kan?”
“Untuk apa kau datang?”
“Bukankah seharusnya mencari Ma Roo, sebagai Predir sudah satu tahun anak itu belum kau temukan!”
“Kau yang menelantarkannya, kenapa aku yang harus mencari.”
“Kalau kau tak menuntutnya dulu Ma Roo tak akan lari dari rumah. Karena kau keluargaku jadi berantakan. Untuk mencari anak itu rumah kami bahkan harus dijual. kalau kau memang mau mencarinya, berikan aku uang biar aku yang mencari!”
Presdir tahu sifat Shin Ae ia tak akan memberikan Shin Ae uang apalagi untuk hal yang tak berguna, “Anak itu. Bong Ma Roo belum tentu dia anakku. Kenapa aku harus mencarinya?”
“Kau jangan pura-pura kuat. Apa kau pikir aku tak mengenalmu. Walau kau pura-pura tak mengenalnya, diam-diam kau mencarinya!”
“Kalau dulu kau bawa langsung anak itu padaku kejadian ini tak akan terjadi!” bentak Presdir Choi.
Presdir Choi akan masuk kembali ke mobil, secepat kilat Shin Ae memeluknya dari belakang, “Kalau tak bertemu denganmu aku takut aku akan mati!”
Presdir Choi berusaha melepaskan pelukan itu tapi Shin Ae memeluknya erat. “Aku belum mendengar dia memanggilku Ibu, kau mengerti perasaanku kan? Aku yakin kau pasti ingin dipanggil ayah oleh Ma Roo! “Apa aku sedang dihukum karena dosa-dosaku, aku menyaksikan Presdir meninggal dan tak berbuat apa-apa. Aku ketakutan. Aku akan mendengarkan kata-katamu selama kau selalu disampingku!” ini seperti kata-kata ancaman dari Shin ae buat choi Jin Chul karena ia adalah saksi kejadian malam itu.
Ancaman Shin Ae sepertinya mempan membuat Presdir Choi luluh.

Dong Joo masih belum mau bicara.  Ibunya kesal dan mereka terlibat pertikaian.
Dong Joo menjerit dan mendorong ibunya. Ia langsung berlari hendak mencari perlindungan, tapi ibunya langsung menangkapnya lagi, “Joon Ha tidak ada, “Apa kau tak tahu kalau dia sudah mulai sekolah? Dong Joo ini demi kau Joon Ha harus masuk sekolah lebih dulu sebelum kau. Semua temanmu sudah naik kelas, kau harus seperti yang lain pergi sekolah. Kenapa kau diam saja di rumah? Sampai kapan? sampai kapan kau akan membisu? kumohon bicaralah... bicaralah!”
Dong Joo marah ia menjerit dan mulai memukuli kepalanya sendiri.
Ny Tae ketakutan dengan sikap Dong Joo, ia memeluk dan meminta putranya jangan memukuli kepala karena itu akan membuat Dong Joo pingsan.
Dong Joo frustasi ia terus memukuli kepalanya.
“Cha Dong Joo!” Ny Tae teriak.
Dong Joo makin kesal dan marah. Kali ini ia mulai menggigit lengannya sendiri.
Ny Tae menatap marah anaknya, “Apa kau mau mati? kalau begitu katakan kalau kau mau mati! Mulai sekarang kau bukan anakku. Kau bukan Cha Dong Joo. Kau bukan anakku!”
Ny Tae menyeret Dong Joo keluar. “Matilah!” ucap ibunya. “Kalau kau tak mau mati sendiri ibu akan menemanimu!”
Joon Ha pulang dari sekolah. Ia melihat suasana rumah yang sepi dan isi kulkas yang berantakan. Joon Ha cemas dan langsung keluar rumah berteriak memanggi Dong Joo dan ibunya.
Ny Tae terus menarik putranya hingga ke tepi tebing, Dong Joo terus meronta menatap ke belakang mencari bantuan.
Joon Ha melihat keduanya sudah berada di tepi tebing, “Ibuuu... Dong Joo.. Ibu jangan!”
Ny Tae dan putranya berdiri di tepi tebing yang curam di tepi laut. Dong Joo seakan berteriak minta tolong pada Joon Ha yang tiba di sana. Tapi ia hanya bisa menangis dan mengerang.
Ny Tae memandang putranya penuh keyakinan kalau mereka akan mati bersama. Dong Joo manangis menggeleng-gelengkan kepalanya sambil terus mengerang. Kemudian ia menatap tajam tatapan ibunya.
Terlihat kilasan balik ketika ia melihat kakeknya meninggal sebelum dirinya terjatuh.
Dong Joo tersadar dari amarahnya dan melepaskan diri dari cengkeraman ibunya ia menjatuhkan dirinya ke tanah. Dong Joo bergerak mundur menjauhi tepi tebing.
“Tolong aku!” ucap Dong Joo setelah satu tahun bungkam.
Ny Tae langsung berbalik badan menatap putranya.
“Tolong aku. Tolong!” ucap Dong Joo sambil menangis.
Ny Tae tak kuasa berdiri ia merangkak mendekati putranya.
“Ibu!” tangis Dong Joo semakin deras. “Ibuu....” Ny Tae tak kuasa menahan tangis dan langsung memeluk putranya, “Ibuu ibuuu!”
Joon Ha terharu melihatnya. Kakinya langsung lemas dan berlutut melihat ibu dan anak ini yang masih berpelukan.

Woo Ri masih setia menunggu Dong Joo di pohon tempat mereka janjian. Woo Ri semakin mahir memainkan nada yang diajarkan Dong Joo dulu.
“Woo Ri putriku!” panggil Ayahnya. Woo Ri turun dan menghampiri ayahnya.
“Apa masih belum bertemu Ma Roo? Apa hari ini dia tidak pulang juga?
“Kalau tidak hari ini besok Ma Roo pasti pulang.” Jawab Woo Ri bijak.
“Kkemarin juga berkata besok, Kau bilang dia akan pulang setelah tidur semalaman!”
“Bukankah setelah tidur semalaman itu hari ini. Pokoknya besok!”
“Lalu apakah dia akan pulang besok?”
Woo Ri melihat ayahnya tak membonceng Nenek dan bertanya kenapa. Ayahnya mengatakan kalau Nenek sedang tidak sehat. Kakinya sakit jadi ia harus pergi sendiri.
“Kenapa sendirian? Ayo pergi bersamaku!” sahut Woo Ri.
“ Bersama?”
“Bersama!” jelas Woo Ri sambi memperagakan bahasa isyarat. “Bong Woo Ri adalah putri ayah, itulah kenapa aku harus bersama ayah!”
Young Gyu mengerti, “Ya Bong Woo Ri adalah putri ayah itulah kenapa kau harus bersama ayah!” Young Gyu turut mrmperagakan bahasa isyarat.
Keduanya pun naik sepeda menuju pasar sambil menyanyikan lagu kesukaan mereka ‘Di padang rumput yang biru’

Ny tae di kamarnya dan melamunkan sesuatu.
“Ibu apa kau sudah tidur?” Joon Ha msuk tiba-tiba.
“Apa Dong Joo sudah tidur”
“Sudah.”
Ny Tae menggenggam tangan Joon Ha, “Apa kau takut? Mulai sekarang kita semua akan bahagia menjalani hidup kita!”
“Lain kali bawa aku juga!” sahut Joon Ha.
Ibunya tak paham apa maksudnya.
“Bukankah kita sudah sepakat selalu bersama sampai akhir? Kita bertiga. Tanpa ibu dan Dong Joo aku bukan siapa-siapa lagi. Kalau kau mati bawalah aku bersamamu!”
Joon Ha mulai menitikan air matanya.

Ternyata Dong Joo belum tidur. Ia masih bermain dengan kantung pemberian Woo Ri. Dong Joo melemparkan katung itu ke jendela, kantung itu jatuh kemudian ia memungut dan melemparnya lagi beberapa kali.
Dong Joo mangangis tanpa suara. Ia kembali melempar kantungnya ke jendela. Dong Joo kembali memungutnya dan wajah Dong Joo berubah dewasa (15 tahun kemudian).
kantung Mi Sook kecil benar-benar ajaib. Hanya dengan melempar dan memungutnya, orang bisa langsung dewasa. Hehe...

Di tempat yang berbeda...
Young Gyu dikejar-kejar seorang gadis (Woo Ri), “Aku yang salah aku yang salah!”
“Awas kalau kutangkap!” teriak Woo Ri. “Ayah!”
“Ya!” Young Gyu menyahut panggilan putrinya, keduanya masih saling mengejar.
Sambil lari Young Gyu menyapa orang yang ditemuinya, “Apa kabar apa kabar!”
Woo Ri berteriak, “Kemana saja kau memakai uangnya?”
Sambil lari Young Gyu menjawab, “Dia bilang akan membantu mencari Ma Roo jadi kuberikan padanya. atau kukembalikan 500 won padamu, apa kau puas?”
“Bukan 500 won tapi 5 juta won!” ucap Woo Ri sambil lari mengejar ayahnya. “Itu uang deposito penjualan rumah kita, 5 juta won kau berikan pada siapa? siapa orang itu?”
“Di sana di sana di sana!” Young Gyu menunjuk ke seorang pemuda.
“Lee Seung Chul, kau brengsek!” Woo Ri langsung menghampirinya.
(Seung Chul adalah anak dari Tn Lee dan Ny. Lee, yang pernah protes soal makanan waktu pernikahan Yong Gyu dan Mi Sook. Ingat?”)
Seung Chul langsung lari.
“Dasar berandal, awas kalau kutangakap!” Woo Ri mengejar Seung Chul.
Young Gyu ikut mengejar, “Woo Ri kau tak boleh mengumpat!” Tn Lee ikut
Woo Ri terus mengejar Seung Chul sampai ke jembatan sebuah sungai, “Kau tahu situasi keluarga kami tapi kau tetap saja menipu ayahku!”
“Aku juga ditipu!” teriak Seung Chul terus lari menghindari kejaran Woo Ri. “Orang itu bilang akan mencarikan kak Ma Roo!”
“Tutup mulutmu!” Woo Ri melompat dan mendaratkan tubuhnya ke tubuh Seung Chul. Keduanya terjatuh.
Woo Ri mencengekeram kerah baju Seung Chul, “Kembalikan uangnya!”
“Lepaskan aku. Aku tak punya uang. Kau boleh ambil nyawaku!”
“Apa? Dasar kau berandalan!”
“Baik. Bunuh aku cepat!” sahut Seung Chul menyerahkan diri. “Aku juga tak mau hidup dengan beban yang seperti ini. Bunuh aku, aku tak peduli!”
“Baik. Kalau begitu kita mati sama-sama!” Woo Ri menarik Seung Chul mengajaknya terjun ke sungai bersama-sama.
 “Apa... apa yang kau lakukan tunggu-tunggu!” kaki Seung Chul gemetaran.
“Kenapa? Bukankah kau tak mau hidup lagi?”
“Tunggu! tapi kalau mati sekarang kita akan menyianyiakan masa muda kita
“Emosi Woo Ri sedikit mereda, “Benar. Kalau mati seperti ini masih banyak hal yang belum kulakukan!” Lalu Woo Ri kembali menjerit, “Tidak adil!”
Seung Chul membenarkan.
Kemudian secepat kilat Woo Ri langsung mencium Seung Chul.
Tn Lee dan Yong Gyu yang tiba di sana terkejut melihatnya.
Seung Chul shock dicium Woo Ri. Ia langsung menyentuh bibirnya.
“Paling tidak aku sudah melakukan ini sebelum mati!” sahut Woo Ri. “Ayo kita mati!” teriak Roo Ri sambil menyeret Seung Chul menceburkan diri ke sungai.
Tn Lee dan Young Gyu teriak memanggil anak mereka masing-masing.
Di dalam air mata Woo Ri terpejam. Ia terbayang percakapan dengan ibunya dulu. Ia juga mengingat ketika ibunya meminta ia dan ayahnya selalu bersama sebelum meninggal. Woo Ri juga melihat ayahnya yang selalu tersenyum untuknya.
Terdengar teriakan dari luar air memanggil-manggil nama Woo Ri dan Seung Chul. Woo Ri membuka matanya, ia sadar tangan Seung Chul menarik rambutnya. Keduanya bergulat di dalam air.
Seung Chul lemas ia hampir tenggelam Woo Ri langsung menggapai rambutnya menariknya ke permukaan air.
Young Gyu cemas ia akan terjun ke sungai, dan dicegah oleh Tn Lee.
“Tenanglah Seung Chul pandai berenang, percayakan saja pada Seung Chul!”
Tn Lee melihat ada yang muncul dari dasar air. Ia teriak girang putranya selamat tapi ketika yang keluar lebih dulu Woo Ri dan Seung Chul tak sadarkan diri ia langsung menatap cemas.
Woo Ri menarik Seung Chul ke daratan.
“Seung Chul.... Seung chul...” teriak Tn Lee.
“Ayah orang itu hampir membuatku mati!” ucap Woo Ri sambil memeriksa jam tangannya. Ayahnya cemas dan memohon kalau Woo Ri tak boleh mati.
Seung Chul mulai membuka matanya tapi ketika Woo Ri berkata tentang uang 5 juta won itu Seung Chul pura-pura pingsan.
Tn Lee ketakutan putranya pingsan lagi. Ia langsung memberikan nafas bantuan untuk putranya. Young Gyu melihat ayah dan anak ini, ia berseru kalau Seung Chul dan Tn Lee berciuman.
Seung Chul langsung membuka mata dan mendorong ayahnya, “Ayah apa yang kau lakukan? Bwuehhh bwueehh!” Seung Chul menyemburkan mulutnya merasa jijik. Tn Lee senang putranya sadar. Seung Chul memandang Woo Ri.
Woo Ri kembali mengejarnya, Seung Chul langsung lari menghindar. “Aku tak kan bisa mengembalikan uang itu walaupun kau menangkapku!”
Woo Ri terjatuh dan berteriak, “Kau kotoran semut!”
“Dan bawa aku hidup bersamamu, tanpa jaminan deposit aku tak tahu akan kemana. Nikahi aku dan bawa aku ke rumahmu dasar berandalan!” teriak Woo Ri kembali mengejar Seung Chul.
Young Gyu dan Tn Lee terkejut, “Me.. Menikah?” Keduanya saling memandang.
Woo Ri terus mengejar Seung Chul sampai ke rumah. Ia menarik baju Seung Chul yang berusaha untuk masuk ke rumah lantai 2, “Apa kau tahu kalau kau menikahiku kau akan dibuat gila oleh ayahku!”
Tn Lee ikut berteriak, “Seung Chul jangan sampai tertangkap. Kalau tertangkap masa depanmu akan suram, seperti masa depan ayahmu!”
Karena tubuhnya basah Seung Chul jatuh tergelincir. Ia bangun dan masuk ke kamar Woo Ri.
“Masuk kamar. Baik. Anggap saja ini kamar pengantin baru!” ucap Woo Ri. Seung Chul teriak, “Jangan sentuh  aku!” lalu keluar kamar dan masuk ke kamar Nenek. (wkwkwkwkw)
Young Gyu membantu Woo Ri menangkap Seung Chul tapi Tn Lee memegangi Woo Ri erat-erat.
“Paman.. paman.. aku harus mencari Kak Ma Roo!” ucap Seung Chul membohongi Young Gyu agar bisa lari.
“Mencari Ma Roo?” Young Gyu langsung melepaskan dan membiarkan Seung Chul pergi.
Woo Ri meronta meminta Tn Lee melepaskannya. Tn Lee terjengkang.
Young Gyu menatap kamar ibunya. Ia melihat Nenek tak ada disana, “Ibu ibu ibu!” Young Gyu mulai kebingungan dan langsung mencari ibunya keluar.
Seung Chul lari kerumahnya dan masuk kamar. Ia menutup pintu kamarnya rapat-rapat, ia menahan dengan tubuhnya, “Pergi! ini kamarku!”
Dengan sekali tendangan Woo Ri bisa membuka pintu dan membuat Seung Chul jatuh.
“Keluar aku mau ganti baju!” Seung Chul membuka satu persatu bajunya. Ia mengira Woo Ri akan langsung keluar tapi Woo Ri terus bergerak maju mendekati bahkan menutup pintu kamarnya.
Seung Chul panik ia sendiri yang malah ketakutan. Ia mengancam akan membuka celananya juga. Woo Ri tak peduli dan terus mendekat.
“Woo Ri tunggu sebentar ada orang tua di rumah ini, jangan seperti ini!” Seung Chul terbata-bata. Woo Ri malah mengunci pintunya.
Seung Chul semakin ketakutan ia menutup dadanya yang telanjang dangan tangannya. (aku masih periwi, jiakakakaka...)
Woo Ri terus bergerak maju mendekati Seung Chul.
“Hey Woo Ri kau tak boleh begitu aku ini laki-laki, kau tak bisa seperti ini padaku!” Seung Chul menutupi dadanya yang terbuka dengan baju.
“ Laki laki?”
“Ya kita tak boleh melanggarnya, kita kan cuma teman!”
“Teman?”
Seung Chul terdiam.
Mata Woo Ri mulai berkaca-kaca, “Lee Seung Chul apa kau laki-laki? Apa kau teman?” Woo Ri kemudian meninggikan suaranya, “Kau ini manusia atau bukan? Apa kau pikir ini lucu? dengan membodohi ayahku? Apa kau sangat membutuhkan 5 juta won? Selama kau mengahabiskan uang itu apa kau tak memikirkan ayahku yang menunggumu membawa kembali Kak Ma Roo? Kenapa kau... kenapa kau membohonginya mengatakan kalau kau mau mencari Kak Ma Roo?”
“Woo Ri itu karena....” Seung Chul serba salah.
Woo Ri langsung jongkok ia menangis, “Ayah berfikir ini benar. Dia berfikir kau akan membantunya mencari kak Ma Roo!”
Seung Chul ikut jongkok di sebelah Woo Ri menepuk bahu Woo Ri, “Jangan menangis!”
“Woo Ri.Woo Ri!” Panggil ayahnya dari luar. Woo Ri langsung mengusap air matanya.
“Seung Chul jangan pernah mengatakan pada ayahku kalau aku menangis.”
Seung chul mengangguk. Woo Ri langsung keluar kamar.
Young Gyu kebingungan mencari Nenek, “Ibu hilang.. ibu hilang.. dia tak ada di rumah, ibu Seung Chul bilang dia juga tak ada di pasar!”
Ternyata Nenek berada di kamar Tn Lee dengan sebotol alkohol. Ny Lee sewot dan mengomel. Woo Ri minta maaf atas kejadian di kamar tadi. “Aku sudah tidak tahan lagi, Tak perlu menunggu bulan depan. Akan kukembalikan uang deposit sewa kamarmu bulan ini. Cepat pergi dari lantai 2!”
Seung Chul mendengarnya. Ia langsung mengahampiri ibunya ia berkata pelan pada Woo Ri sambil memunggungi ibunya, “Apa kau sudah bilang? Apa kau sudah bilang pada ibuku?”
Woo Ri diam. Ny Lee tanya ke anaknya apa yang dilakukan putranya.
Woo Ri memohon pindahnya di tunda sebentar lagi. Ia beralasan ingin pindah ke rumah lamanya. “Bukan karena kami tak menyukai rumahmu, lengan Nenek masih diperban sembuhnya lama karena sudah berusia lanjut. Itulah kenapa kukumpulkan 5 juta won agar bisa pindah! Ada yang membantu mencarikan Kak Ma Roo.
Ny Lee tambah kesal dan mulai memukuli Woo Ri, “Untuk mencari Ma Roo kalian sekarang tak punya rumah apa kalian masih belum menyerah? Kalian harus lebih memperhatikan nenek. Sudah 16 tahun! Di mana lagi anak itu akan dicari? anggap saja dia sudah mati!”
“Dia belum meninggal. “Apapun yang terjadi kau tak boleh mengatakan itu di depan ayahku, sebelum melihat sendiri mayatnya kami tak akan menyerah mencarinya!”

Di sebuah taman, seorang penanggung jawab sibuk mengatur anak buahnya. Young Gyu lari-lari karena datang terlambat, ia memberi hormat pada Manajer penanggung jawab itu, “Apa kabar!” Ia berujar kalau bunganya sudah kehausan karena ia terlamabat datang.
“Tuan Bong Young Gyu! Kau sudah cukup bodoh dan sekarang terlambat datang mulai besok kau tak perlu datang lagi!”
Yong Gyu bengong
“Apa? Apa kau tak mengerti? Kau dipecat! pulang saja! kukatakan dalam bahasa inggris seperti ini, You go!” bentak Manajer sambil menunjuk supaya ke arah berlainan supaya Young Gyu pergi.
Young Gyu melihat arah yang ditunjukan tangan Manajer, “Oh ya aku akan bekerja keras di sebelah sana!” Ujar Young Gyu langsung lari ke arah yang ditunjuk Manajernya.
Manajer kesal dan berteriak, “Bong Young Gyu kau mau kemana? kau dipecat?”
Tiba-tiba Tae Yeon Suk (dengan penampilan baru, curly hair. Terlihat makin judes khas Ibu Gu Jun Pyo BBF) Dia datang bersama rombongannya. Manajer berkata kalau ada karyawan yang kurang ajar, sementara tugasnya adalah mengatur semua karyawan.
Ny Tae mengingatkan kalau Manajer tak sanggup mengatur para karyawan haruskah ia mencari orang lain untuk melakukan tugas manajer.
“Tidak Nyonya akan kuyakinkan pekerjaan selesai sebelum minggu depan!” ucap manajer takut kalau ia yang akan dipecat. Ny Tae meminta tak usah terburu-buru yang penting semua dikerjakan dengan baik karena tamu spesial akan segera datang
Ny Tae meminta menanam lebih banyak bunga agar semuanya terlihat bagus. Ini sudah musim semi tapi suasananya seperti musim dingin. Manajer berkata kalau dananya perlu ada tambahan.
Ny Tae menelepon suaminya, ia khawatir dengan masa depan Woo Kyung karena sebagai penerus putranya masih berkeliaran di luar sana.
Presdir Choi mengingatkan kalau Dong Joo masih berkeliaran seperti itu dia tak akan bisa mendapatkan kedudukan di perusahaan.

Dong Joo dewasa menyusuri keramaian jalan menggunakan sepeda. Tak jauh dari tempat itu, Woo Ri dan Seung Chul jalan bersama. Woo Ri menelepon Manajer teamnya dan berjanji kalau sudah menjual 10 mobil ia akan mentraktir.
“ Woo Ri sejak kapan kau menyukaku? Ciuman pertamamu kau berikan padaku kan?” tanya Seung Chul di tengah perjalanan.
Woo Ri menatap tajam, “Kalau kau berhasil menjual 10 mobil kau akan bisa membayar hutangmu!”
Seung Chul menyombongkan diri kalau ia sanggup menjual 15 mobil bahkan dengan sisa uang itu ia akan membelikan tas untuk Woo Ri.
Seung Chul merangkul Woo Ri dan mengajak minum kopi.

Ada sales minuman menjajakan dagangannya. Banyak orang yang berkerumun. Seung Chul dan Woo Ri tiba disana dan menerima sampel minuman. Dong Joo menghentikan laju sepedanya dan menatap penjual minuman itu. Ia hanya melihat keramaiannya tak mendengar apapun, Dong Joo hanya tersenyum.
Woo Ri menerima telepon. Ketika menerima telepon ia mendengar ada seseorang mengucapkan , “Ini baunya seperti kotoran semut!”. Ia melupakan orang yang meneleponnya. Woo Ri celingukan mancari sumber suara.
Cha Dong Joo tengah berada di kios penjual parfum. Penjual mengatakan kalau itu adalah aroma lylac. “Ini juga baunya seperti kotoran semut!” sahut Dong Joo.
Woo Ri menatap tajam ke sumber suara. Kemudian Dong Joo langsung memakai earphone-nya.
Woo Ri tengingat kalau dulu Ma Roo juga selalu mengenakan earphone dan berkata kalau bunga yang dibawa Woo Ri baunya seperti kotoran semut.
Mata Woo Ri mulai berkaca-kaca, “Kakak....”
Dong Joo langsung memacu sepedanya.
Woo Ri akan mengejar, Seung Chul menahan, “ apa yang kau lakukan?”
“Itu kakak.. Kak Ma Roo!” Woo Ri langsung lari mengejar. Seung Chul mengikutinya.
Tapi sayang Woo Ri kehilangan jejaknya. “Dia memakai earphone!” ucap Woo Ri. Seung Chul berkata apa hanya Ma Roo saja yang menggunakan earphone di negera ini.
“Dia bilang baunya seperti kotoran semut!” sambung Woo Ri. “Hanya dia yang bicara seperti itu. Itu kak Ma Roo, aku yakin itu kak Ma Roo!”

Ada mobil yang mengerem mendadak hampir menabrak Dong Joo, pengemudi mobil marah. Dong Joo menundukan kepalanya tanda minta maaf dan segera pergi dari sana.
Tak terima pengemudi itu langsung menghampiri Dong Joo dan melepas earphone yang dipakai, “Apa kau tuli? kenapa kau memakai benda ini? Bagaimana kalau kecelakan? kenapa kau mengacuhkanku begitu?”
Dong Joo memperhatikan orang yang berbicara padanya itu. pengemudi makin marah, “Kenapa kau menatapku seperti itu?”
Dong Joo merebut earphonenya. Pengemudi masih tak terima, “Apa kau mau mati? Kau mengacuhkanku? Kau akan mati di tanganku hari ini?”
Pengemudi itu memukul Dong Joo hingga terjatuh. Dong Joo menyentuh bibirnya yang berdarah. Kemudian tertawa ringan. Mereka pun terlibat perkelahian dan berakhir di kantor polisi

“Sampai kapan kau akan terus seperti ini Nyonya Tae Yeon Suk?” tanya Dong Joo ketika menghampiri ibunya di luar kantor polisi.
Ny Tae meminta putranya masuk ke mobil dan bertanya kenapa Dong Joo mematikan ponselnya.
Dong Joo mengambil ponsel dan mengaktifkannya lagi. “Kalau kau mengikutiku lagi aku akan benar-benar menghilang!” Dong Joo mengedipkan mata ke ibunya sambil tersenyum. Dong Joo langsung menjalankan sepedanya.

Disebuah apartemen....
Shin ae mabuk dan jalan sempoyongan membawa baju baru dan kalungnya. Ia memamerkan baju dan kalungnya di hadapan Choi Jin Chul yang tengah minum.
Shin Ae berterima kasih karena Choi Jin Chul sudah membelikannya, “Aku punya semua yang kuinginkna tapi kenapa aku merasa hampa? Apa kau juga seperti itu?”
“Aku kesini untuk mencari ketenanagan jadi jangan bicara omong kosong!” sahut Presdir Choi.
“Aku terkadang marah pada Ma Roo. Aku tak memiliki perasaan padanya tapi kenapa kau merindukannya? kenapa jadi begini?”
Shin Ae melepas kalungnya dan akan pergi mandi.
Presdir Choi menerima telepon dari istrinya. Ny Tae mengatakan kalau Dong Joo sudah menungu di rumah. Shin Ae mendengar percakapan itu.
Presdir Choi akan pulang. Shin Ae marah, “Apa artinya Dong Joo untukmu?”

Presdir sampai di halaman rumah. Langkahnya terhenti dan menatap kamar kakek di lantai 2 (mungkin dia ingat kejadian 16 tahun lalu)
“Ayah....” Cha Dong Joo muncul di balkon kamar kakeknya. “Apa aku jatuh dari sini?”
Presdir menatap Dong Joo dengan tatapan tak mengerti.Dong Joo melompati pagar balkon dan sekarang ia berdiri di pagar balkon bagian luar. Dong Joo melepas kedua tangannya dan berdiri sempoyongan.
“Cha Dong Joo!” teriak Presdir khawatir.Tangan Dong Joo langsung menggapai pagar ia terkejut melihat kecemasan ayahnya.
Kemudian Dong Joo tersenyum pada ayahnya.



>> Episode Selanjutnya …