Sinopsis Drama ‘Can You Hear My Heart’ episode 5 @ Indosiar [teks Indonesia]
[ web/page ringan, bisa
dibaca di Ponsel/HP]
Presdir
Choi dan rombongan keluar dari lift. Di lobi perusahaan wartawan sudah banyak
yang menunggu. Presdir Choi mulai bicara kalau ia akan membuat perusahaannya menjadi
perusahaan nasional. Dia kemudian melayani berbagai pertanyaan dari para
wartawan
Shin
Ae berada diantara kerumunan wartawan melambaikan tangan kearah Presdir Choi,
tapi Presdir mengacuhkannya.
Bong Woo Ri
mendapat tugas dari sekolah untuk mengisi formulir biodata keluarga untuk
disurvey. Ayahnya mempersilakan Woo Ri bertanya apa saja tentang isian formulir
itu.
“ Apa
pendidikan tertinggi ayah?”
Nenek berkata
kalau pertanyaan itu tidak sopan. Young Gyu mengatakan kalau ia tak pernah
sekolah.
“Kalau begitu
isinya ‘tidak pernah sekolah’ ” sahut Woo Ri.
Nenek melarang
Woo Ri mengisinya seperti itu, “Ayahmu pernah masuk TK!”
Woo Ri tak
percaya dan bertanya pada ayahnya, “Ayah apa benar kau pernah sekolah di TK?”
Young Gyu tak
mengerti ia menjawab kalau ia tak tahu dan bertanya apa itu TK.
Nenek
menjelaskan kalau TK itu tempat belajar anak-anak sebelum masuk SD, “Ini lebih
baik dari pada tidak sekolah sama sekali. Tulis saja Taman kanak-kanak!” Ucap
Nenek.
Woo Ri segera
menuliskannya di lembar formulir biodatanya.
“Apa pekerjaan
ayah?”
“Harusnya kau
tahu dimana ayahmu mendapatkan uang?” jawab nenek.
“Memanggul
barang, menjual sayuran, Jual ayam, jual telur. Apa tidak terlalu banyak?”
Tanya Woo Ri.
Nenek kembali
melarangnya, “Tulis saja produsen makanan!” Nenek menjelaskan biar orang lain
melihat keluarga kita seperti orang kaya dengan begitu kita tidak akan
diremehkan lagi.
Woo Ri ingat
perkataan Shin Ae, “Bibi juga pernah bilang kalau kita harus kelihatan kaya
supaya mereka bisa membantu mencari kak Ma Roo!” Woo Ri menulis apa yang
dikatakan Nenek.
“Apa lagi yang
ditanyakan? Aku bisa menjawab semuannya!” sahut Nenek semangat.
“Ini agak
sulit!” ucap Woo Ri lirih. “Pekerjaan ibu, Ibu sudah berada di surga apa dia di
sana membuka salon?”
“Apanya yang
susah dijawab, tentu saja ia akan membuka salon!” jawab ayahnya.
“Tapi ibu
pernah bilang kalau ia mau membuka toko bunga!”
Ayahnya
berfikir sejenak apakah ia akan menjadi florist. Young Gyu tanya pada ibunya.
Nenek menjawab
tak tahu. “Kenapa kalian tak bertanya ke tempat yang biasanya?”
Woo Ri dan
ayahnya tak mengerti maksud Nenek, “Seperti biasa di mana itu?”
Nenek
langsung mengakat kedua tangannya dan berucap ‘Tanyakan pada bintang’
Woo
Ri dan ayahnya tertawa, “Ibu kau sudah menjadi anggota kami!”
“Tanyakan
pada bintang” Woo Ri dan ayahnya melafalkan lagu andalan mereka.
Presdir Choi
pulang mengendarai mobilnya sendiri tapi ia terhenti di tengah jalan karena
Shin Ae menutup laju jalan kendaraannya. “Apa yang kau lakukan?”
“Tanpa supir
kau mau pergi ke mana? Tanpa Tae Yeon Suk kau lebih santai kan?”
“Untuk apa kau
datang?”
“Bukankah
seharusnya mencari Ma Roo, sebagai Predir sudah satu tahun anak itu belum kau
temukan!”
“Kau yang
menelantarkannya, kenapa aku yang harus mencari.”
“Kalau kau tak
menuntutnya dulu Ma Roo tak akan lari dari rumah. Karena kau keluargaku jadi
berantakan. Untuk mencari anak itu rumah kami bahkan harus dijual. kalau kau
memang mau mencarinya, berikan aku uang biar aku yang mencari!”
Presdir tahu
sifat Shin Ae ia tak akan memberikan Shin Ae uang apalagi untuk hal yang tak
berguna, “Anak itu. Bong Ma Roo belum tentu dia anakku. Kenapa aku harus
mencarinya?”
“Kau jangan
pura-pura kuat. Apa kau pikir aku tak mengenalmu. Walau kau pura-pura tak
mengenalnya, diam-diam kau mencarinya!”
“Kalau dulu kau
bawa langsung anak itu padaku kejadian ini tak akan terjadi!” bentak Presdir
Choi.
Presdir Choi
akan masuk kembali ke mobil, secepat kilat Shin Ae memeluknya dari belakang,
“Kalau tak bertemu denganmu aku takut aku akan mati!”
Presdir Choi
berusaha melepaskan pelukan itu tapi Shin Ae memeluknya erat. “Aku belum
mendengar dia memanggilku Ibu, kau mengerti perasaanku kan? Aku yakin kau pasti
ingin dipanggil ayah oleh Ma Roo! “Apa aku sedang dihukum karena dosa-dosaku,
aku menyaksikan Presdir meninggal dan tak berbuat apa-apa. Aku ketakutan. Aku
akan mendengarkan kata-katamu selama kau selalu disampingku!” ini seperti
kata-kata ancaman dari Shin ae buat choi Jin Chul karena ia adalah saksi
kejadian malam itu.
Ancaman Shin Ae
sepertinya mempan membuat Presdir Choi luluh.
Dong Joo masih
belum mau bicara. Ibunya kesal dan
mereka terlibat pertikaian.
Dong Joo
menjerit dan mendorong ibunya. Ia langsung berlari hendak mencari perlindungan,
tapi ibunya langsung menangkapnya lagi, “Joon Ha tidak ada, “Apa kau tak tahu
kalau dia sudah mulai sekolah? Dong Joo ini demi kau Joon Ha harus masuk
sekolah lebih dulu sebelum kau. Semua temanmu sudah naik kelas, kau harus seperti
yang lain pergi sekolah. Kenapa kau diam saja di rumah? Sampai kapan? sampai
kapan kau akan membisu? kumohon bicaralah... bicaralah!”
Dong Joo marah
ia menjerit dan mulai memukuli kepalanya sendiri.
Ny Tae
ketakutan dengan sikap Dong Joo, ia memeluk dan meminta putranya jangan
memukuli kepala karena itu akan membuat Dong Joo pingsan.
Dong Joo
frustasi ia terus memukuli kepalanya.
“Cha Dong Joo!”
Ny Tae teriak.
Dong Joo makin kesal dan marah. Kali ini ia mulai menggigit lengannya
sendiri.
Ny Tae menatap
marah anaknya, “Apa kau mau mati? kalau begitu katakan kalau kau mau mati! Mulai
sekarang kau bukan anakku. Kau bukan Cha Dong Joo. Kau bukan anakku!”
Ny Tae menyeret
Dong Joo keluar. “Matilah!” ucap ibunya. “Kalau kau tak mau mati sendiri ibu
akan menemanimu!”
Joon Ha pulang dari sekolah. Ia melihat suasana rumah yang sepi dan isi
kulkas yang berantakan. Joon Ha cemas dan langsung keluar rumah berteriak
memanggi Dong Joo dan ibunya.
Ny Tae terus
menarik putranya hingga ke tepi tebing, Dong Joo terus meronta menatap ke
belakang mencari bantuan.
Joon Ha melihat
keduanya sudah berada di tepi tebing, “Ibuuu... Dong Joo.. Ibu jangan!”
Ny Tae dan
putranya berdiri di tepi tebing yang curam di tepi laut. Dong Joo seakan
berteriak minta tolong pada Joon Ha yang tiba di sana. Tapi ia hanya bisa
menangis dan mengerang.
Ny Tae
memandang putranya penuh keyakinan kalau mereka akan mati bersama. Dong Joo
manangis menggeleng-gelengkan kepalanya sambil terus mengerang. Kemudian ia
menatap tajam tatapan ibunya.
Terlihat
kilasan balik ketika ia melihat kakeknya meninggal sebelum dirinya terjatuh.
Dong Joo
tersadar dari amarahnya dan melepaskan diri dari cengkeraman ibunya ia
menjatuhkan dirinya ke tanah. Dong Joo bergerak mundur menjauhi tepi tebing.
“Tolong aku!”
ucap Dong Joo setelah satu tahun bungkam.
Ny Tae langsung
berbalik badan menatap putranya.
“Tolong aku.
Tolong!” ucap Dong Joo sambil menangis.
Ny Tae tak
kuasa berdiri ia merangkak mendekati putranya.
“Ibu!” tangis
Dong Joo semakin deras. “Ibuu....” Ny Tae tak kuasa menahan tangis dan langsung
memeluk putranya, “Ibuu ibuuu!”
Joon Ha terharu
melihatnya. Kakinya langsung lemas dan berlutut melihat ibu dan anak ini yang
masih berpelukan.
Woo
Ri masih setia menunggu Dong Joo di pohon tempat mereka janjian. Woo Ri semakin
mahir memainkan nada yang diajarkan Dong Joo dulu.
“Woo
Ri putriku!” panggil Ayahnya. Woo Ri turun dan menghampiri ayahnya.
“Apa masih
belum bertemu Ma Roo? Apa hari ini dia tidak pulang juga?
“Kalau tidak
hari ini besok Ma Roo pasti pulang.” Jawab Woo Ri bijak.
“Kkemarin juga
berkata besok, Kau bilang dia akan pulang setelah tidur semalaman!”
“Bukankah
setelah tidur semalaman itu hari ini. Pokoknya besok!”
“Lalu apakah
dia akan pulang besok?”
Woo Ri melihat
ayahnya tak membonceng Nenek dan bertanya kenapa. Ayahnya mengatakan kalau
Nenek sedang tidak sehat. Kakinya sakit jadi ia harus pergi sendiri.
“Kenapa
sendirian? Ayo pergi bersamaku!” sahut Woo Ri.
“ Bersama?”
“Bersama!”
jelas Woo Ri sambi memperagakan bahasa isyarat. “Bong Woo Ri adalah putri ayah,
itulah kenapa aku harus bersama ayah!”
Young Gyu
mengerti, “Ya Bong Woo Ri adalah putri ayah itulah kenapa kau harus bersama
ayah!” Young Gyu turut mrmperagakan bahasa isyarat.
Keduanya
pun naik
sepeda menuju pasar sambil menyanyikan lagu kesukaan mereka ‘Di padang rumput
yang biru’
Ny tae di
kamarnya dan melamunkan sesuatu.
“Ibu apa kau
sudah tidur?” Joon Ha msuk tiba-tiba.
“Apa Dong Joo
sudah tidur”
“Sudah.”
Ny Tae
menggenggam tangan Joon Ha, “Apa kau takut? Mulai sekarang kita semua akan
bahagia menjalani hidup kita!”
“Lain kali bawa
aku juga!” sahut Joon Ha.
Ibunya tak
paham apa maksudnya.
“Bukankah kita
sudah sepakat selalu bersama sampai akhir? Kita bertiga. Tanpa ibu dan Dong Joo
aku bukan siapa-siapa lagi. Kalau kau mati bawalah aku bersamamu!”
Joon Ha mulai
menitikan air matanya.
Ternyata Dong
Joo belum tidur. Ia masih bermain dengan kantung pemberian Woo Ri. Dong Joo
melemparkan katung itu ke jendela, kantung itu jatuh kemudian ia memungut dan
melemparnya lagi beberapa kali.
Dong Joo
mangangis tanpa suara. Ia kembali melempar kantungnya ke jendela. Dong Joo kembali
memungutnya dan wajah Dong Joo berubah dewasa (15 tahun kemudian).
kantung Mi Sook kecil benar-benar ajaib. Hanya dengan melempar dan
memungutnya, orang bisa langsung dewasa. Hehe...
Di tempat yang berbeda...
Young Gyu dikejar-kejar seorang gadis (Woo Ri), “Aku yang salah aku yang
salah!”
“Awas kalau
kutangkap!” teriak Woo Ri. “Ayah!”
“Ya!” Young Gyu
menyahut panggilan putrinya, keduanya masih saling mengejar.
Sambil lari Young
Gyu menyapa orang yang ditemuinya, “Apa kabar apa kabar!”
Woo Ri
berteriak, “Kemana saja kau memakai uangnya?”
Sambil lari Young
Gyu menjawab, “Dia bilang akan membantu mencari Ma Roo jadi kuberikan padanya.
atau kukembalikan 500 won padamu, apa kau puas?”
“Bukan 500 won
tapi 5 juta won!” ucap Woo Ri sambil lari mengejar ayahnya. “Itu uang deposito
penjualan rumah kita, 5 juta won kau berikan pada siapa? siapa orang itu?”
“Di sana di
sana di sana!” Young Gyu menunjuk ke seorang pemuda.
“Lee Seung
Chul, kau brengsek!” Woo Ri langsung menghampirinya.
(Seung Chul adalah anak dari Tn Lee dan Ny. Lee, yang pernah protes soal
makanan waktu pernikahan Yong Gyu dan Mi Sook. Ingat?”)
Seung Chul
langsung lari.
“Dasar
berandal, awas kalau kutangakap!” Woo Ri mengejar Seung Chul.
Young Gyu ikut
mengejar, “Woo Ri kau tak boleh mengumpat!” Tn Lee ikut
Woo Ri terus
mengejar Seung Chul sampai ke jembatan sebuah sungai, “Kau tahu situasi
keluarga kami tapi kau tetap saja menipu ayahku!”
“Aku juga
ditipu!” teriak Seung Chul terus lari menghindari kejaran Woo Ri. “Orang itu
bilang akan mencarikan kak Ma Roo!”
“Tutup
mulutmu!” Woo Ri melompat dan mendaratkan tubuhnya ke tubuh Seung Chul.
Keduanya terjatuh.
Woo Ri
mencengekeram kerah baju Seung Chul, “Kembalikan uangnya!”
“Lepaskan aku.
Aku tak punya uang. Kau boleh ambil nyawaku!”
“Apa? Dasar kau
berandalan!”
“Baik. Bunuh
aku cepat!” sahut Seung Chul menyerahkan diri. “Aku juga tak mau hidup dengan
beban yang seperti ini. Bunuh aku, aku tak peduli!”
“Baik. Kalau
begitu kita mati sama-sama!” Woo Ri menarik Seung Chul mengajaknya terjun ke
sungai bersama-sama.
“Apa... apa yang kau lakukan tunggu-tunggu!”
kaki Seung Chul gemetaran.
“Kenapa?
Bukankah kau tak mau hidup lagi?”
“Tunggu! tapi
kalau mati sekarang kita akan menyianyiakan masa muda kita
“Emosi Woo Ri
sedikit mereda, “Benar. Kalau mati seperti ini masih banyak hal yang belum
kulakukan!” Lalu Woo Ri kembali menjerit, “Tidak adil!”
Seung Chul
membenarkan.
Kemudian
secepat kilat Woo Ri langsung mencium Seung Chul.
Tn Lee dan Yong Gyu yang tiba di sana terkejut melihatnya.
Seung Chul
shock dicium Woo Ri. Ia langsung menyentuh bibirnya.
“Paling tidak aku
sudah melakukan ini sebelum mati!” sahut Woo Ri. “Ayo kita mati!” teriak Roo Ri
sambil menyeret Seung Chul menceburkan diri ke sungai.
Tn Lee dan Young
Gyu teriak memanggil anak mereka masing-masing.
Di dalam air
mata Woo Ri terpejam. Ia terbayang percakapan dengan ibunya dulu. Ia juga
mengingat ketika ibunya meminta ia dan ayahnya selalu bersama sebelum
meninggal. Woo Ri juga melihat ayahnya yang selalu tersenyum untuknya.
Terdengar
teriakan dari luar air memanggil-manggil nama Woo Ri dan Seung Chul. Woo Ri
membuka matanya, ia sadar tangan Seung Chul menarik rambutnya. Keduanya
bergulat di dalam air.
Seung Chul
lemas ia hampir tenggelam Woo Ri langsung menggapai rambutnya menariknya ke
permukaan air.
Young Gyu cemas
ia akan terjun ke sungai, dan dicegah oleh Tn Lee.
“Tenanglah
Seung Chul pandai berenang, percayakan saja pada Seung Chul!”
Tn Lee melihat
ada yang muncul dari dasar air. Ia teriak girang putranya selamat tapi ketika
yang keluar lebih dulu Woo Ri dan Seung Chul tak sadarkan diri ia langsung
menatap cemas.
Woo Ri menarik
Seung Chul ke daratan.
“Seung Chul....
Seung chul...” teriak Tn Lee.
“Ayah orang itu
hampir membuatku mati!” ucap Woo Ri sambil memeriksa jam tangannya. Ayahnya
cemas dan memohon kalau Woo Ri tak boleh mati.
Seung Chul
mulai membuka matanya tapi ketika Woo Ri berkata tentang uang 5 juta won itu
Seung Chul pura-pura pingsan.
Tn Lee
ketakutan putranya pingsan lagi. Ia langsung memberikan nafas bantuan untuk
putranya. Young Gyu melihat ayah dan anak ini, ia berseru kalau Seung Chul
dan Tn Lee berciuman.
Seung Chul
langsung membuka mata dan mendorong ayahnya, “Ayah apa yang kau lakukan? Bwuehhh
bwueehh!” Seung Chul menyemburkan mulutnya merasa jijik. Tn Lee senang
putranya sadar. Seung Chul memandang Woo Ri.
Woo Ri kembali
mengejarnya, Seung Chul langsung lari menghindar. “Aku tak kan bisa
mengembalikan uang itu walaupun kau menangkapku!”
Woo Ri terjatuh
dan berteriak, “Kau kotoran semut!”
“Dan bawa aku
hidup bersamamu, tanpa jaminan deposit aku tak tahu akan kemana. Nikahi aku dan
bawa aku ke rumahmu dasar berandalan!” teriak Woo Ri kembali mengejar Seung
Chul.
Young Gyu dan Tn Lee terkejut, “Me.. Menikah?” Keduanya saling memandang.
Woo Ri terus
mengejar Seung Chul sampai ke rumah. Ia menarik baju Seung Chul yang berusaha
untuk masuk ke rumah lantai 2, “Apa kau tahu kalau kau menikahiku kau akan
dibuat gila oleh ayahku!”
Tn Lee ikut
berteriak, “Seung Chul jangan sampai tertangkap. Kalau tertangkap masa depanmu
akan suram, seperti masa depan ayahmu!”
Karena tubuhnya
basah Seung Chul jatuh tergelincir. Ia bangun dan masuk ke kamar Woo Ri.
“Masuk kamar.
Baik. Anggap saja ini kamar pengantin baru!” ucap Woo Ri. Seung Chul teriak,
“Jangan sentuh aku!” lalu keluar kamar
dan masuk ke kamar Nenek. (wkwkwkwkw)
Young Gyu
membantu Woo Ri menangkap Seung Chul tapi Tn Lee memegangi Woo Ri erat-erat.
“Paman..
paman.. aku harus mencari Kak Ma Roo!” ucap Seung Chul membohongi Young Gyu
agar bisa lari.
“Mencari Ma
Roo?” Young Gyu langsung melepaskan dan membiarkan Seung Chul pergi.
Woo Ri meronta
meminta Tn Lee melepaskannya. Tn Lee terjengkang.
Young Gyu
menatap kamar ibunya. Ia melihat Nenek tak ada disana, “Ibu ibu ibu!” Young Gyu
mulai kebingungan dan langsung mencari ibunya keluar.
Seung Chul lari
kerumahnya dan masuk kamar. Ia menutup pintu kamarnya rapat-rapat, ia menahan
dengan tubuhnya, “Pergi! ini kamarku!”
Dengan sekali
tendangan Woo Ri bisa membuka pintu dan membuat Seung Chul jatuh.
“Keluar aku mau
ganti baju!” Seung Chul membuka satu persatu bajunya. Ia mengira Woo Ri akan
langsung keluar tapi Woo Ri terus bergerak maju mendekati bahkan menutup pintu
kamarnya.
Seung Chul
panik ia sendiri yang malah ketakutan. Ia mengancam akan membuka celananya juga.
Woo Ri tak peduli dan terus mendekat.
“Woo Ri tunggu
sebentar ada orang tua di rumah ini, jangan seperti ini!” Seung Chul
terbata-bata. Woo Ri malah mengunci pintunya.
Seung Chul
semakin ketakutan ia menutup dadanya yang telanjang dangan tangannya. (aku masih periwi, jiakakakaka...)
Woo Ri terus
bergerak maju mendekati Seung Chul.
“Hey Woo Ri kau
tak boleh begitu aku ini laki-laki, kau tak bisa seperti ini padaku!” Seung
Chul menutupi dadanya yang terbuka dengan baju.
“ Laki laki?”
“Ya kita tak
boleh melanggarnya, kita kan cuma teman!”
“Teman?”
Seung Chul
terdiam.
Mata Woo Ri
mulai berkaca-kaca, “Lee Seung Chul apa kau laki-laki? Apa kau teman?” Woo Ri
kemudian meninggikan suaranya, “Kau ini manusia atau bukan? Apa kau pikir ini
lucu? dengan membodohi ayahku? Apa kau sangat membutuhkan 5 juta won? Selama
kau mengahabiskan uang itu apa kau tak memikirkan ayahku yang menunggumu
membawa kembali Kak Ma Roo? Kenapa kau... kenapa kau membohonginya mengatakan
kalau kau mau mencari Kak Ma Roo?”
“Woo Ri itu
karena....” Seung Chul serba salah.
Woo Ri langsung
jongkok ia menangis, “Ayah berfikir ini benar. Dia berfikir kau akan
membantunya mencari kak Ma Roo!”
Seung Chul ikut
jongkok di sebelah Woo Ri menepuk bahu Woo Ri, “Jangan menangis!”
“Woo Ri.Woo
Ri!” Panggil ayahnya dari luar. Woo Ri langsung mengusap air matanya.
“Seung Chul
jangan pernah mengatakan pada ayahku kalau aku menangis.”
Seung chul
mengangguk. Woo Ri langsung keluar kamar.
Young
Gyu kebingungan mencari Nenek, “Ibu hilang.. ibu hilang.. dia tak ada di rumah,
ibu Seung Chul bilang dia juga tak ada di pasar!”
Ternyata Nenek berada di kamar Tn Lee dengan sebotol
alkohol. Ny Lee sewot dan mengomel. Woo Ri minta
maaf atas kejadian di kamar tadi. “Aku sudah tidak tahan lagi, Tak perlu
menunggu bulan depan. Akan kukembalikan uang deposit sewa kamarmu bulan ini.
Cepat pergi dari lantai 2!”
Seung Chul
mendengarnya. Ia langsung mengahampiri ibunya ia berkata pelan pada Woo Ri
sambil memunggungi ibunya, “Apa kau sudah bilang? Apa kau sudah bilang pada
ibuku?”
Woo Ri diam. Ny
Lee tanya ke anaknya apa yang dilakukan putranya.
Woo Ri memohon
pindahnya di tunda sebentar lagi. Ia beralasan ingin pindah ke rumah lamanya.
“Bukan karena kami tak menyukai rumahmu, lengan Nenek masih diperban sembuhnya
lama karena sudah berusia lanjut. Itulah kenapa kukumpulkan 5 juta won agar
bisa pindah! Ada yang membantu mencarikan Kak Ma Roo.
Ny Lee tambah
kesal dan mulai memukuli Woo Ri, “Untuk mencari Ma Roo kalian sekarang tak
punya rumah apa kalian masih belum menyerah? Kalian harus lebih memperhatikan
nenek. Sudah 16 tahun! Di mana lagi anak itu akan dicari? anggap saja dia sudah
mati!”
“Dia belum
meninggal. “Apapun yang terjadi kau tak boleh mengatakan itu di depan ayahku,
sebelum melihat sendiri mayatnya kami tak akan menyerah mencarinya!”
Di sebuah
taman, seorang penanggung jawab sibuk mengatur anak buahnya. Young Gyu
lari-lari karena datang terlambat, ia memberi hormat pada Manajer penanggung
jawab itu, “Apa kabar!” Ia berujar kalau bunganya sudah kehausan karena ia
terlamabat datang.
“Tuan Bong Young
Gyu! Kau sudah cukup bodoh dan sekarang terlambat datang mulai besok kau tak
perlu datang lagi!”
Yong Gyu
bengong
“Apa? Apa kau
tak mengerti? Kau dipecat! pulang saja! kukatakan dalam bahasa inggris seperti
ini, You go!” bentak Manajer sambil menunjuk supaya ke arah berlainan supaya Young
Gyu pergi.
Young Gyu
melihat arah yang ditunjukan tangan Manajer, “Oh ya aku akan bekerja keras di
sebelah sana!” Ujar Young Gyu langsung lari ke arah yang ditunjuk Manajernya.
Manajer kesal
dan berteriak, “Bong Young Gyu kau mau kemana? kau dipecat?”
Tiba-tiba Tae
Yeon Suk (dengan penampilan baru, curly
hair. Terlihat makin judes khas Ibu Gu Jun Pyo BBF) Dia datang bersama rombongannya.
Manajer berkata kalau ada karyawan yang kurang ajar, sementara tugasnya adalah
mengatur semua karyawan.
Ny Tae
mengingatkan kalau Manajer tak sanggup mengatur para karyawan haruskah ia
mencari orang lain untuk melakukan tugas manajer.
“Tidak Nyonya
akan kuyakinkan pekerjaan selesai sebelum minggu depan!” ucap manajer takut
kalau ia yang akan dipecat. Ny Tae meminta tak usah terburu-buru yang penting
semua dikerjakan dengan baik karena tamu spesial akan segera datang
Ny Tae meminta
menanam lebih banyak bunga agar semuanya terlihat bagus. Ini sudah musim semi
tapi suasananya seperti musim dingin. Manajer berkata kalau dananya perlu ada
tambahan.
Ny Tae
menelepon suaminya, ia khawatir dengan masa depan Woo Kyung karena sebagai
penerus putranya masih berkeliaran di luar sana.
Presdir Choi
mengingatkan kalau Dong Joo masih berkeliaran seperti itu dia tak akan bisa
mendapatkan kedudukan di perusahaan.
Dong Joo dewasa
menyusuri keramaian jalan menggunakan sepeda. Tak jauh dari tempat itu, Woo Ri
dan Seung Chul jalan bersama. Woo Ri menelepon Manajer teamnya dan berjanji
kalau sudah menjual 10 mobil ia akan mentraktir.
“ Woo Ri sejak
kapan kau menyukaku? Ciuman pertamamu kau berikan padaku kan?” tanya Seung Chul
di tengah perjalanan.
Woo Ri menatap
tajam, “Kalau kau berhasil menjual 10 mobil kau akan bisa membayar hutangmu!”
Seung Chul menyombongkan
diri kalau ia sanggup menjual 15 mobil bahkan dengan sisa uang itu ia akan
membelikan tas untuk Woo Ri.
Seung Chul
merangkul Woo Ri dan mengajak minum kopi.
Ada sales
minuman menjajakan dagangannya. Banyak orang yang berkerumun. Seung Chul dan Woo
Ri tiba disana dan menerima sampel minuman. Dong Joo
menghentikan laju sepedanya dan menatap penjual minuman itu. Ia hanya melihat
keramaiannya tak mendengar apapun, Dong Joo hanya tersenyum.
Woo Ri menerima
telepon. Ketika menerima telepon ia mendengar ada seseorang mengucapkan , “Ini
baunya seperti kotoran semut!”. Ia melupakan orang yang meneleponnya. Woo Ri
celingukan mancari sumber suara.
Cha Dong Joo tengah berada di kios penjual parfum. Penjual mengatakan kalau
itu adalah aroma lylac. “Ini juga baunya seperti kotoran semut!” sahut Dong
Joo.
Woo Ri menatap
tajam ke sumber suara. Kemudian Dong Joo langsung memakai earphone-nya.
Woo Ri
tengingat kalau dulu Ma Roo juga selalu mengenakan earphone dan berkata kalau
bunga yang dibawa Woo Ri baunya seperti kotoran semut.
Mata Woo Ri
mulai berkaca-kaca, “Kakak....”
Dong Joo
langsung memacu sepedanya.
Woo Ri akan
mengejar, Seung Chul menahan, “ apa yang kau lakukan?”
“Itu kakak..
Kak Ma Roo!” Woo Ri langsung lari mengejar. Seung Chul mengikutinya.
Tapi sayang Woo
Ri kehilangan jejaknya. “Dia memakai earphone!” ucap Woo Ri. Seung Chul berkata
apa hanya Ma Roo saja yang menggunakan earphone di negera ini.
“Dia bilang
baunya seperti kotoran semut!” sambung Woo Ri. “Hanya dia yang bicara seperti
itu. Itu kak Ma Roo, aku yakin itu kak Ma Roo!”
Ada mobil yang
mengerem mendadak hampir menabrak Dong Joo, pengemudi mobil marah. Dong Joo
menundukan kepalanya tanda minta maaf dan segera pergi dari sana.
Tak terima
pengemudi itu langsung menghampiri Dong Joo dan melepas earphone yang dipakai,
“Apa kau tuli? kenapa kau memakai benda ini? Bagaimana kalau kecelakan? kenapa
kau mengacuhkanku begitu?”
Dong Joo
memperhatikan orang yang berbicara padanya itu. pengemudi makin marah, “Kenapa
kau menatapku seperti itu?”
Dong Joo merebut
earphonenya. Pengemudi masih tak terima, “Apa kau mau mati? Kau mengacuhkanku?
Kau akan mati di tanganku hari ini?”
Pengemudi itu
memukul Dong Joo hingga terjatuh. Dong Joo menyentuh bibirnya yang berdarah.
Kemudian tertawa ringan. Mereka pun terlibat perkelahian dan berakhir di kantor
polisi
“Sampai kapan
kau akan terus seperti ini Nyonya Tae Yeon Suk?” tanya Dong Joo ketika menghampiri
ibunya di luar kantor polisi.
Ny Tae meminta
putranya masuk ke mobil dan bertanya kenapa Dong Joo mematikan ponselnya.
Dong
Joo mengambil ponsel dan mengaktifkannya lagi. “Kalau kau mengikutiku lagi aku
akan benar-benar menghilang!” Dong Joo mengedipkan mata ke ibunya sambil
tersenyum. Dong Joo langsung menjalankan sepedanya.
Disebuah
apartemen....
Shin ae mabuk dan
jalan sempoyongan membawa baju baru dan kalungnya. Ia memamerkan baju dan
kalungnya di hadapan Choi Jin Chul yang tengah minum.
Shin Ae
berterima kasih karena Choi Jin Chul sudah membelikannya, “Aku punya semua yang
kuinginkna tapi kenapa aku merasa hampa? Apa kau juga seperti itu?”
“Aku kesini
untuk mencari ketenanagan jadi jangan bicara omong kosong!” sahut Presdir Choi.
“Aku terkadang
marah pada Ma Roo. Aku tak memiliki perasaan padanya tapi kenapa kau
merindukannya? kenapa jadi begini?”
Shin Ae melepas
kalungnya dan akan pergi mandi.
Presdir Choi
menerima telepon dari istrinya. Ny Tae mengatakan kalau Dong Joo sudah menungu
di rumah. Shin Ae mendengar percakapan itu.
Presdir Choi
akan pulang. Shin Ae marah, “Apa artinya Dong Joo untukmu?”
Presdir sampai di halaman rumah. Langkahnya terhenti dan menatap kamar kakek
di lantai 2 (mungkin dia ingat kejadian
16 tahun lalu)
“Ayah....” Cha Dong Joo muncul di balkon kamar kakeknya. “Apa aku jatuh
dari sini?”
Presdir menatap Dong Joo dengan tatapan tak mengerti.Dong Joo melompati
pagar balkon dan sekarang ia berdiri di pagar balkon bagian luar. Dong Joo
melepas kedua tangannya dan berdiri sempoyongan.
“Cha Dong Joo!” teriak Presdir khawatir.Tangan Dong Joo langsung menggapai
pagar ia terkejut melihat kecemasan ayahnya.
Kemudian Dong
Joo tersenyum pada ayahnya.
>>
Episode Selanjutnya …